Home / Rumah Tangga / Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya / Bab 3 Janji Sebelum Ijab Kabul

Share

Bab 3 Janji Sebelum Ijab Kabul

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2023-03-09 16:53:11

"Aku brengsek, katakanlah begitu. Tapi, aku terpaksa melakukan ini semua."

Lusi tersenyum miring mendengar perkataan pria itu. 'Terpaksa katanya? Mana ada hubungan terpaksa yang menyebabkan wanita sundal itu hamil?' rutuk Lusi dalam hati.

"Terpaksa yang nikmat, ya, Mas. Kamu sampai menghamili Mila karena keterpaksaanmu."

Raka mengerang keras. Dia mengguyar rambutnya dengan kasar, lalu kembali menatap Lusi dengan sendu. Wah, hebat sekali suaminya itu. Dia bisa melakukan akting dengan baik.

"Makanya, dengarkan aku dulu, Lus. Aku akan jelaskan kenapa sampai Mila hamil. Aku hanya ingin kamu mendengarkan penjelasanku." Suara Raka sangat lirih, sesaat Lusi tersentuh. Tetapi, bayangan Mila yang memeluk mesra lengan Raka membuat iba itu hilang begitu saja.

"Tidak perlu kamu jelaskan apa pun, Mas. Karena semua sudah terlambat. Tidak ada yang berubah, karena nyatanya kamu harus menikahi Mila."

Raka terdiam. Dia masih menatap Lusi sendu. Kali ini sesal menyelinap antara kesedihan di mata Raka. Lebih baik tidak tahu, karena itu akan memperteguh keputusan Lusi.

"Mas, kamu masih ingat dengan janji kita sebelum menikah?"

Raka diam lagi. Genangan air sudah terlihat di pelupuk mata. Lusi berusaha membuat benteng setinggi mungkin, tidak mau mengalah terhadap permohonannya yang menyakitkan.

"Jika kamu bermain tangan dan selingkuh, saat itu juga kamu harus rela jatuhkan talak tiga aku."

Terlihat Raka memejamkan mata bersamaan dengan jatuhnya air mata. Lusi yakin, Raka masih ingat dengan janjinya sebelum mereka melakukan ijab kabul.

Selama menikah, Raka memang tidak pernah bermain tangan. Saat menahan pun suaminya lebih diam. Lusi kira semua itu sudah cukup membuktikan kalau Raka adalah pria baik.

Namun, dia bajingan nyata yang telah menjilat ludahnya sendiri. Pengkhianat sejati. Lusi muak dan marah.

"Apa sakahku, Mas? Katakan kekuranganku, sampai kamu tega mendua. Ini lebih menyakitkan karena kamu main api dengan Mila, temanku sendiri!" Kobaran amarah yang sebelumnya mereda tersulut jua.

Semua tanya yang membebani pikiran, membuat Lusi tak bisa membendungnya lagi dan akhirnya dikeluarkan juga. Sungguh, dia tidak mengerti. Kalau memang Raka tidak puas dengannya, Raka harus bicara jujur. Dia tidak akan keberatan.

Raka menggeleng-gelengkan kepala. Kedua tangannya masih menggenggam tangan Lusi dengan erat. Ingin melepaskan diri pun tak bisa, Raka terlalu kuat.

"Tidak, Sayang. Tidak ada kekurangannya. Aku yang salah, aku yang khilaf. Maka dari itu, tolong maafkan aku. Jangan tinggalkan aku, Lus. Demi anak kita."

Tangis seketika Lusi berhenti mendengar Raka mengucapkan kata anak. Dia tertawa sumbang sambil menatap kesal.

"Demi anak kita kamu bilang? Harusnya kamu mikir itu sebelum berselingkuh, Mas. Di mana otakmu, heh?!"

Raka menunduk lagi. Terlihat bahunya bergetar. Dia menangis. Selama mengenalnya, baru kali ini Lusi melihat Raka menangis. Benarkah dia menyesal? Lantas, apa penyebab Raka selingkuh darinya?

"Marahlah, Lus. Pukul dan caci aku semaumu. Tapi, jangan paksa aku untuk menjatuhkan talak kamu. Itu sulit dan sangat menyiksaku," katanya sambil menunduk.

Bahunya masih bergetar dan pelan terdengar jelas di telinga Lusi. Sungguh, dia merasakan sesak dan sakit mendengar tangisan pria itu.

Untuk pertama kalinya selama mereka bersama, pria gagah ini terlihat lemah dan terpuruk. Padahal, sewaktu bertemu dengan Lusi, Raka begitu cuek dan dingin.

Lusi tidak mengerti kenapa Raka seperti itu, seolah mempermainkan rasa sakit yang dirasakan wanita itu. Ini adalah kejadian yang membuatnya terhempas ke dalam jurang kesakitan yang tak bersadar, gelap, pengap dan menyesakkan.

“Lalu, menurutmu perbuatanmu aku tidak menyiksa, Mas? Kenapa denganmu, Mas? Setan apa yang telah merasukimu sampai tega melakukan biadab seperti ini? Kenapa?” Lusi mencengkeram pundak Raka dengan kuat. 

Ditekan kukunya itu agar membuat Raka sakit. Tapi, Raka hanya bergeming dan menunduk. 

'Kamu menahan sakitmu, Mas? Tapi, sayangnya aku tidak mau seperti itu.'

"Katakan, Mas. Kamu bilang mau menjelaskan kenapa sampai Mila hamil. Beri aku alasan agar bisa bertahan."

Lusi melepaskan cengkeraman itu dan terduduk tegak di depan Raka. Mencoba memberikan ekspresi tegar walaupun hati wanita itu sudah hancur tak tertata. Tidak, dia tidak berniat untuk bertahan. Lusi hanya memancing kejujuran Raka saja.

Seperti gelas yang pecah, walaupun bisa disusun kembali dan utuh. Tetapi, bekasanya tidak akan pernah hilang, sampai kapan pun.

Raka masih diam. Dia sama sekali tak menatap Lusi dan masih betah menunduk. Apakah dia malu dengan perbuatannya sendiri?

Lusi pun membiarkannya diam. Dia ingin tahu, sampai mana keberaniannya. Karena saat ini, Lusi sedang tak karuan rasa. Mendebatnya pun hanya akan membuat emosi wanita itu bergejolak hebat.

'Tenang, Lus. Kamu harus tenang. Sesakit apa pun luka yang sekarang ada, amarah tidak akan menyelesaikan masalah. Aku adalah wanita berpendidikan, tak pantas jika hanya mengandalkan emosi saja.' Lusi terus memberikan sugesti baik dalam batin.

Dia harus bisa mengendalikan hati juga berpikir jernih. Dengan begitu, jalan keluar dari masalah ini akan datang dengan sendirinya.

"Mas, katakanlah. Kalau kamu tidak mengatakannya, besok aku akan mengajukan gugatan cerai padamu," ucap Lusi dengan nada yang tenang.

Raka langsung mendongak, mata itu memerah, tapi Lusi sama sekali tak merasa iba. Raka menatapnya sedih, wajah pria itu sudah mendung,  hendak menumpahkan hujan. Sayangnya, Lusi lagi-lagi tak peduli. Sesal Raka sudah terlambat.

"Tidak, Lus. Jangan, jangan ceraikan aku. Baiklah, aku akan jujur padamu. Tapi, tolong jangan tinggalkan aku," ujarnya dengan suara parau dan nada yang sangat memohon.

Lusi tak menjawab permintaannya dan memilih untuk diam, menatap mata itu datar. Sesaat, diamati wajahnya yang terlihat tirus. Ini berbeda sekali dengan Raka yang dulu.

Lusi jadi berpikir, apakah ini karena Raka berhubungan dengan Mila, sampai mengubah bobot tubuhnya? Dia ingin menanyakan apakah kesehatan pria baik-baik saja.

Namun, semua itu Lusi tahan di kerongkongan. Tidak, dia harus menahan rasa peduli pada Raka. Pria itu bahkan tak peduli pada perasaan Lusi saat ini.

"Katakan, Mas. Sejak kapan kalian berselingkuh?" tanya Lusi sebelum Raka memulai cerita.

Mungkin, Raka akan memberikan cerita yang berbelit-belit jika Lusi memintanya untuk menjelaskan. Tapi, kalau dia yang bertanya, Raka tidak bisa berkutik. Pilihannya hanya ada dua, bohong atau jujur.

Sekarang, Lusi tengah menguji kesabaran Raka. Bagaimana jawaban Raka?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Bu Iim
2 bab beres gak ada kejelasan dr perbuatan Raka,saat Raka maksa ingin menjelaskan Lusi gak butuh oenjelasan,saat Lusi minta oenjelasan Raka mewek diam saja,gak jelas banget
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si raka dungu dan banyak drama demikian juga si lusi yg menye2 gede bacot
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 644 Kembali Bertemu dengan David

    Saat pintu rumah itu dibuka, Mila terdiam. Dia melihat sekeliling rumah yang begitu mewah, arsitekturnya juga megah. Wanita itu sampai meneguk saliva dengan susah payah. Bahkan harta yang dia punya sekarang pun tidak akan sebanding dengan harga rumah ini, tapi entah kenapa David membuat rumah ini jauh dari pemukiman. Sepertinya untuk menyembunyikan rahasia besarnya, termasuk tentang hubungan mereka berdua. "Kenapa diam saja? Ayo masuk!" seru Aldo membuyarkan lamunan Mila.Wanita itu dengan susah payah berusaha untuk memberanikan diri. Bagaimanapun dia harus menyelesaikan masalah ini dengan David dan segera pulang. Wanita itu tidak mau terjadi hal yang buruk kepada dirinya dan anak yang ada di dalam kandungan. Dengan agak kasar Aldo mendorong Mila untuk kembali berjalan. Aldo menyuruh wanita itu untuk naik ke lantai 2. Semakin tak karuan perasaan Mila. Mungkin saja memang ada bahaya yang ada di sana. "Kamu akan menjebak saya?!" tanya Mila lagi."Jalan saja, tidak usah banyak bicara

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 643 Rumah Megah yang Terpencil

    Tak lama kemudian Aldo dan Mila sampai di sebuah rumah yang jauh dari perkampungan. Tempat ini sangat terpencil dari kota, bahkan dari pinggiran Jakarta. Atau mungkin ada di perbatasan Jakarta. Mila sampai melihat ke sekitar, hanya ada pepohonan yang berjajar rapi. Rumah ini pun berada terpencil dan hanya satu-satunya di antara perkebunan itu. Dia tidak tahu itu pohon apa, yang pasti Mila dibawa ke tempat di mana orang-orang tidak tahu tempat itu.Mila merasa kalau dia sudah berada di tempat yang salah. Wanita itu pun langsung melirik kepada Aldo dengan tatapan tajam. "Kamu menculik saya ke mana, hah?!" Sayangnya, Aldo tidak mengatakan apa-apa. Saat sampai di depan gerbang rumah megah itu, ada dua penjaga yang berpakaian serba hitam. Mereka memakai kacamata dan membukakan gerbang untuk mobil Aldo. Dengan cepat gerbang itu segera dikunci setelah mobil Aldo melewati dan sampai di depan pintu rumah itu. Aldo keluar dari mobil, sementara Mila masih kebingungan. Dia tidak tahu harus m

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 642 Project Baru

    "Halo, ada apa?" tanya Maura, wajahnya masih kesal. Nadanya juga ketus, membuat orang yang di seberang sana kaget sampai menjauhkan ponselnya sendiri."Mbak, kenapa sih tiba-tiba saja marah? Aku kan nelepon baik-baik," ucap orang di seberang sana yang ternyata Imel. Maura berusaha untuk menenangkan diri. Lagian salah Imel, tiba-tiba saja menelepon saat dirinya sedang bad mood. "Ya, ya. Sudah cepat katakan, apa lagi? Kalau mau minta uang tambahan, nggak ada, ya. Sesuai dengan kesepakatan kita, 50% : 50%.""Bukan masalah itu, Mbak. Aku malah mau ngasih tahu, kalau kita punya project baru dan ini akan menguntungkan kita kedua," ucap Imel dengan semangat, membuat Maura yang sebelumnya kesal langsung sembringah. Dia sampai terduduk tegak dengan wajah berseri-seri. "Project baru? Sebutkan apa itu? Memang apa yang harus aku lakukan?" tanya Maura dengan semangat pula. "Gini, Mbak. Kata Mas Raka, dia akan kasih upah pada siapa saja yang bisa memberikan informasi tentang siapa David sebena

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 641 Harga Kebebasan

    Aldo menyeringai tajam, sepertinya wanita ini masih juga belum sadar bagaimana posisinya saat ini. Tetapi tampaknya sangat menarik kalau membuat wanita ini kelabakan. "Baiklah, kalau begitu saya akan membebaskan Anda, tapi saya yakin Anda pasti tidak akan bisa memenuhi nominal yang saya inginkan," ucap Aldo membuat Mila kesal.Wanita itu menyilangkan kedua tangan di depan dada, sembari menaikkan dagu. Menandakan kalau dia tidak suka dengan perkataan pria itu. "Jangan sembarangan kamu! Sebutkan nominalnya. Butikku itu sudah terkenal di olshop manapun, jadi berapa uang yang kamu minta, pasti saya akan berikan," timpal Mila dengan percaya diri, karena dia yakin bisa menebus dirinya sendiri jika pria ini meminta uang darinya.Menurutnya tak masalah kehilangan banyak uang, yang penting keselamatan dirinya terjamin. Apalagi Mila takut kalau Raka sampai tahu bagaimana masa lalunya dengan David.Aldo mengangguk-anggukan kepala. Dia menoleh sembari tersenyum kecil."Baiklah, 10 miliar." Sek

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 640 Baru Sadar

    Mila terkesiap. Dia tidak menyangka kalau pria ini bisa membaca pikirannya. Wanita hamil itu sampai meneguk saliva dengan susah payah."Anda tahu saya adalah orang yang lebih berpengalaman dalam bidang ini. Jangan pernah coba-coba untuk menipu saya. Apalagi berusaha kabur, kalau Anda tidak percaya silakan telepon Pak David dan pastikan kalau saya memang adalah bawahannya," ujar Aldo dengan percaya diri, tetapi tentu saja Mila tidak melakukan itu.Bahkan sang wanita sudah memblokir dan menghapus nama David dari ponselnya. Mereka hanya bertemu satu malam dan bisa mendapatkan uang sebanyak itu atas belas kasihan David. Bahkan David sudah berbicara kalau dia akan melupakan kejadian itu selamanya dan tidak akan pernah mengungkit-ngungkit lagi, tetapi kenapa semua tidak sesuai dengan perkataan David? Harusnya pria itu menepati janji. Sebagai seorang laki-laki yang dipegang adalah ucapannya, tetapi tidak bagi David. Ini benar-benar memuakkan untuk Mila. Baru saja dia ingin mengendalikan Ra

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 639 Curiga

    Melihat diamnya Maura, Winda pun tersenyum senang. Sekarang setidaknya dia sudah punya pembela. Walaupun mungkin Bu Sinta menjadi mertua yang materialistis, tetapi itu lebih baik daripada dia berjuang sendiri dan diperas oleh anak kecil seperti Maura. "Kenapa diam saja? Bingung, kan? Jadi, sekarang jangan datang lagi ke tempatku. Kamu aku pecat! Lagian, kalau kamu memang mau kerja sama orang lain, ikuti aturannya. Jangan semena-mena. Kalau kamu seperti ini, yang ada aku rugi," ujar Winda. Setelah itu sang wanita memilih untuk pergi. Dia memakai mobilnya agar segera sampai di rumah Bu Sinta. Walaupun tak jauh dari sana, tetapi yang penting dia cepat ketemu dengan mertuanya. Kalau berjalan, bisa-bisa Maura menyusul atau mungkin berbuat jahat kepadanya.Winda pergi begitu saja, mobilnya meninggalkan Maura yang berdiri dengan kebingungan.Maura yakin ada yang tidak beres di sini. Pasti Bu Sinta dan wanita itu punya sesuatu sampai mereka bisa bersekongkol. Karena terakhir yang diketahui

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status