Share

Bab 10

last update Last Updated: 2022-09-01 14:51:02

"Wah ... Pangeran sudah datang rupanya, silahkan bergelayut tuan putri selangkangan," ledekku saat melihat yang datang adalah Mas Arga, aku juga nggak ngerti kenapa mulutku benar-benar tajam sekarang ini.

Hanin! 

Bentak Mas Arga, tapi suaranya tidak setinggi tadi pas di dampingi ibunya.

Tidak ku hiraukan bentakannya, kakiku dengan tegas melangkah ke kamar menyusun pakaianku dan anak-anak. Tidak selang berapa lama Mas Arga menyusulku ke kamar saat aku mulai mengangkat satu per satu koper yang sudah ku isi penuh.

"Hanin," panggilnya lembut, ku tulikan telingaku, kuseret dua koper sekaligus saat hendak melewatinya, Mas Arga kembali memegang pergelangan tanganku membuatku kembali emosi.

"Apa, sih?!" bentakku lalu ku hempaskan tangannya dengan kasar.

"Kamu kok jadi kasar, sih?" bukannya menjawab ia malah balik memberi pertanyaan yang sangat bodoh.

"Kamu tanya aku kenapa kasar, tanya sendiri pada dirimu Arga, jawabannya ada pada dirimu," jawabku berusaha tenang sambil menunjuknya.

"Oke, aku tahu aku salah, tapi kita bisa bicara baik-baik," ucapnya mengalah, bukannya aku luluh, bibirku malah menunjukkan senyum mengejek.

"Boleh Mas, kamu wajib bicara baik-baik dengan pelakor itu ya kedepannya, oke, biar kalian nggak cerai juga," sambungku lalu kembali ke seret koper itu sampai ke mobil.

Setelah semuanya selesai aku langsung menutup mobil, tapi sebelumnya aku bergegas keluar pagar menuju ke rumah Pak RT untuk memberi tahu jika ada sepasang kekasih yang tinggal satu atap, tapi belum menikah.

Setelah selesai, aku kembali masuk ke halaman rumah, ternyata Mas Arga dan pelakor itu sudah berdiri di teras, aku hanya tersenyum licik padanya lalu masuk ke mobil dan pergi meninggalkan rumah yang sudah 7 tahun kutempati itu.

Sebelum meluncur ke rumah peninggalan orang tuaku, kusempatkan ke rumah Sinta untuk menjemputnya. 

"Assalamualaikum," ucapku saat berada di ambang pintu rumah Sinta, terlihat dari kejauhan Sinta bergegas menghampiriku.

"Walaikumsalam, gimana, Nin?" tanyanya penasaran.

"Dia sudah menalakku dan aku akan tinggal di rumah peninggalan kedua orang tuaku, sekarang kemasi pakaianmu dan Fandi, yuk nginap di rumahku," ajakku tanpa basa-basi membuat Sinta menyergit.

"Kok buru-buru Nin, istirahat dulu," tawarnya dengan ramah, aku langsung menggeleng.

"Nggak usah Sin. Hana dan Dani sedang bersama Ayah mertuaku, takut mereka sampai duluan ke rumah, kita belum sampai disana," tolakku, kulihat Sinta mangut-mangut.

"Oke bentar ya, ku ambil keperluan dulu," lanjutnya, aku langsung mengangguk.

Tidak berapa lama kemudian, Sinta dan Fandi sudah rapi. Tanpa membuang waktu kami langsung menempuh perjalanan ke rumah baruku.

Sekitar satu jam kami sudah sampai di rumah baruku itu. Begitu kami sampai, kulihat Hana dan Dani sudah di teras bersama Ayah mertuaku.

Aku langsung turun dan bergegas mengahmpiri mereka yang diikuti Sinta dan Fandi. Fandi langsung berlari menghampiri Hana dan dani yang sedang bermain, kulihat ada mainan baru di tangan mereka, mungkin ayah membelikannya.

"Ayah udah lama sampai?" tanyaku sambil menyalam tangan Ayah yang diikuti dengan Sinta.

"Belum, kami baru sampai, kamu udah makan?" tanya Ayah. Aku memang tidak merasakan kasih sayang Ayah kandungku, tapi kasih sayang Ayah mertuaku sudah lebih dari kasih sayang Ayah kandung.

"Udah Ayah," jawabku berbohong padahal aku belum makan dari pagi, demi menyelesaikan semua masalah ini.

"Jangan sungkan sama Ayah, Nak. Jika kamu merasa tidak nyaman dengan Ayah mertuamu karena Arga, maka Ayah tidak apa-apa. Anggap 'lah Ayah sebagai Ayah kandungmu bukan mertuamu," terang Ayah membuatku bungkam seribu bahasa, hati seperti apa yang dimiliki Ayah mertuaku.

"Ya udah kalo gitu Ayah pulang ya," pamit Ayah membuatku kaget.

"Bukannya Ayah baru sampe, masuk dulu Ayah," bujukku, Ayah langsung melihat jam tangannya.

"Tidak apa-apa Nak, Ayah takut kemalaman di jalan, sekarang udah jam 5.30. Lain waktu Ayah datang lagi ya kesini," ucap Ayah lalu berjalan ke arah mobilnya, membuat mataku kembali memanas. 

Aku memang sudah memutuskan hubungan dengan Mas Arga dan Ibu mertuaku, tapi tidak dengan Ayah, beliau akan tetap jadi Ayahku selamanya.

"Hanin," panggil Sinta pelan sambil memegang pundakku, membuatku langsung tersadar lalu menoleh.

"Yuk masuk, udah mau adzan," ajaknya, aku langsung mengangguk lalu masuk ke dalam.

"Loh, itu nasi kotak siapa? Kok banyak banget sampe 10 kotak?" tanyaku, mendengar itu Bik Sumi langsung menghampiriku.

"Itu Non, tadi si Bapak yang ngasih katanya buat makan malam," jawab Buk Sumi, lagi-lagi aku terharu pada Ayah.

"O iya, Bibik biasanya pulang atau tinggal disini?" tanyaku karena memang belum tahu, kulihat Bik Sumi terkekeh.

"Rumah saya di samping Non, kita tetanggaan," jawabnya membuatku dan Sinta ikut tertawa.

"Maaf ya Bik, saya nggak tahu," 

"Tidak apa-apa Non, kalo gitu saya pulang dulu ya Non, udah mau Magrib, biasanya saya di sini sampe jam 5 sore, tapi tadi karena ada Bapak saya nggak enak," tuturnya membuatku mangut-mangut.

"Ya udah, Bibik sekalian bawa 5 kotak nasi itu kerumah Bibik aja, soalnya kami cuma lima orang juga," lanjutku yang dibalas anggukan olehnya.

***

PoV Arga

Aku duduk di sofa dan kembali mengingat kejadian tadi pagi, dimana aku menjatuhkannya talak pada Hanin. Apa setelah ini aku tidak bisa lagi ketemu Hana dan Dani? Ah, otakku buntu sekarang.

"Sayang," panggil Mita tiba-tiba duduk di sampingku, kulihat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam.

"Yuk aku antar pulang," ajakku, tapi Mita malah menggeleng.

"Kok pulang, sih? Kita di sini aja, sih," kesalnya lalu memanyunkan bibirnya membuatku langsung tertawa.

"Nggak bisa sayang tadi itu, aku lihat Hanin pergi ke arah rumah Pak RT, aku takut kalo kamu tidur disini kita akan di grebek," terangku membuatnya langsung kesal.

"Memang mantan istri kamu itu iblis ya, liat nih muka aku aja masih perih gara-gara tamparannya," tambah Mita membuatku langsung bungkam, aku juga bingung kenapa Hanin berubah 180°, padahal biasanya ia selalu mengalah dan tidak mau marah-marah.

"Iya udah, nggak usah di pikirin, yuk nanti kemalaman," lanjutku lalu menarik tangan Mita pelan.

Begitu kami keluar rumah, kulihat Pak RT hendak masuk ke pekarangan rumah.

"Sayang kamu masuk ya, ada Pak RT disana," suruhku, dengan segera Mita masuk ke dalam mobil. Lalu kulangkahkan kakiku menghampiri Pak RT.

"Assalamualaikum Pak Arga," sapa Pak RT ramah.

"Walaikumsalam Pak, ada yang bisa saya bantu," jawabku tidak kalah ramah.

"Em … begini Pak, bukan bermaksud mencampuri urusan keluarga Bapak, tadi Bu Hanin bilang ke saya kalo kalian sudah cerai dan Bu Hanin juga meminta untuk mengawasi rumah ini," terang Pak RT membuatku langsung kaget, Hanin memberi tahu tentang perceraian mereka.

"Gini Pak, saya tidak melarang Bapak melakukan apapun yang Bapak mau, tapi kalo bisa jangan disini Pak, saya juga tidak ingin berselisih dengan bapak, karena sudah hampir 6 tahun kita tetanggaan," lanjut Pak RT, membuatku seperti di tangkap basah sekarang.

"Baik Pak, terima kasih sudah mengingatkan saya," jawabku tidak ingin memperpanjang masalah. Setelah Pak RT pergi, aku langsung masuk ke dalam mobil.

"Kenapa sayang? Kok pucat gitu?" tanya Mita sambil mengusap wajahku.

"Hanin memberi tahu Pak RT tentang kita dan tadi Pak RT ngasih peringatan," terangku membuat Mita langsung berhenti mengusap wajahku, terlihat aura kemarahan di wajahnya.

"Memang cewek ini nyari masalah terus," gumamnya, tapi sorot matanya lebih tajam.

"Udah sayang, nggak udah di pikirin," lanjutku menenangkannya supaya tidak semakin berapi-api.

Setelah mengantar Mita pulang, aku kembali ke rumah, malam ini aku ingin menenangkan diriku terlebih dahulu, tapi apa yang kudapat.

Begitu aku masuk ke rumah, aku seperti mendengar suara teriakan Dani dan Hana seolah-olah mereka sedang kejar-kejaran. Langsung ku gelengankan kepalaku untuk menghilangkan bayangan itu lalu mengunci pintu.

Lalu aku masuk ke kamar ingin mengistirahatkan tubuhku yang terasa remuk seharian ini menghadapi perceraian dan kemarahan Ayah dan Hanin.

Bagitu aku membuka pintu kamar, samar-samar aku melihat Hanin sedang menyusun pakaian ke lemari.

"Hanin," panggilku sambil melangkah mendekat, begitu tanganku hendak menyentuh pundaknya.

Tiba-tiba aku tidak melihat Hanin lagi, dan ternyata tanganku memegang pintu lemari. Aku langsung duduk di tepi ranjang, kenapa aku dihantui bayangan mereka bertiga.

Ku usap berkali-kali wajahku untuk memperjelas pengalihatanku, lalu ku rebahakan tubuhku ke ranjang, tanpa menunggu lama, aku langsung terjun ke alam mimpi.

***

Pagi hari aku menggeliat lalu tanganku meraba ke samping, karena merasa tidak ada orang aku langsung membuka mataku dan berusaha duduk.

"Hanin," panggilku, tapi anehnya tidak ada sahutan. Tanpa membuang waktu aku langsung keluar dari kamar.

"Hana, Dani," panggilku, namun hasilnya tetap nihil. Tidak sengaja mataku melihat masih ada beberapa pecahan vas bunga di sudut lantai.

Detik kemudian aku langsung sadar dan menepuk jidatku, Hanin dan anak-anak 'kan sudah pindah.

Ku pungut kaca yang kececer tersebut mungkin Mita tidak melihatnya makanya masih ada yang tertinggal, karena kemaren malam Mita yang membersihkan pecahan vas tersebut.

"Aku bisa gila, jika seperti ini terus," gumamku sambil membuang kaca tersebut ke tong sampah.

***

Hari-hari berlalu Hanin dan anak-anak terlihat bahagia walaupun tanpa Arga, karena biasanya juga Arga hanya numpang tidur di rumah, untuk mengajak anak-anak main-main, ia bahkan sangat jarang.

"Bunda," panggil Hana, saat melihatku sedang memasak di dapur. Aku langsung menoleh melihatnya.

"Kenapa sayang?" tanyaku lembut padanya.

"Bunda, Ayah kok nggak ikut ke sini?" 

Jleb!

Pertanyaan Hana membuatku langsung pusing harus menjawab apa. Ternyata Hana sangat mengingat Ayahnya, berbeda dengan Dani sekalipun ia tidak pernah menanyakan hal itu padaku.

"Ayahmu pergi kerja lama," jawab seseorang membuatku langsung menoleh begitu juga dengan Hana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Ending

    "I--ibu," ucap Hanin bingung, Ibu mendekati Hanin lalu memeluknya membuat Hanin kaget. "Maafin Ibu Nak, selama ini Ibu jahat sama kamu, selalu remehin kamu, fitnah kamu," ucap Ibu menyesali perbuatannya sedangkan Hanin yang mendengar itu langsung tersenyum. "Tidak Bu, Ibu nggak sepenuhnya salah, aku juga banyak salah sama Ibu," jawab Hanin. "Pokoknya besok kalian harus jadi pengantin lagi, Ibu nggak mau tahu gimanapun caranya Ibu akan usahain semuanya malam ini," lanjut Ibu, Hanin hanya tersenyum lalu mengangguk. Malam itu juga semua di persiapkan untuk tambahan, seperti pelaminan, baju pengantin dan yang lain-lainnya. Sedangkan Hanin masih tidak percaya apa yang terjadi malam ini, rasanya itu hal yang tidak mungkin. *** Keesokan harinya, Dimas dan Arga sudah siap, tapi Hanin dan Puspita masih di kamar. "Bunda cantik banget," puji Hana saat melihat Hanin baru saja selesai di rias. Hanin langsung menoleh lalu tersenyum kemudian ia mengangkat Hana ke pangkuannya. "Putri Bunda ini

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 42

    "turut mengundang teman-teman, sahabat dan keluarga menyaksikan pengesahan kisah cinta kami yang begitu indah dalam resepsi pernikahan kamu Dimas angg dengan Puspita Hanin Damayanti-" Arga menghentikan bacaannya lalu ia menatap Hanin bingung "Puspita hanin? kamu ganti nama? setau aku nama kamu Hanindira Anggraini," tanya Arga bingung, sedangkan Hanin malah terkekeh lalu menutup mulutnya dengan tangann "itu bukan Hanin aku lah, Mas," jawab hanin membuat Arga mematung mulutnya juga ikut menganga tidak percaya "ja--jadi yang nikah sama Dimas-" ucapan Arga terpotong kala hanin mengangguk "Orang lain mas yang namanya juga Hanin," lanjut Hanin, seketika air mata Arga lolos begitu saja bibirnya juga mulai melengkung "Ka--kamu nggak nikah?" tanya Arga lagi, hanin hanya menggeleng sambil tersenyum membuat Arga langsung mengusap wajahnya sambil mengucap hamdalah flashback Setelah menemani Arga ruqyah, Dimas pamit pulang, ia bukan pulang ke rumahnya melainkan ke rumah Hanin. Disisi lai

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 41

    Arga membaca undangan tersebut, ia melihat nama Dimas dan Hanin terpampang di depan. Hatinya terasa seperti di iris sekarang melihat nama Hanin dan Dimas, Arga menelan salivanya dengan susah payah lalu detik kemudian ia tersenyum."Selamat ya, insyaallah aku akan datang menghadiri undangannya," ucapnya dengan berat hati pada Hanin, sedangkan Hanin hanya mengangguk sekilas."Aku juga punya sesuatu untuk kalian, tunggu sebentar," ujar Arga lalu ia tergesa-gesa mengambil sesuatu ke kamar.Beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar, dengan beberapa kertas di tangannya."Ini," ucap Arga sambil menyodorkan semua kertas itu pada Hanin."Apa ini?" tanya Hanin bingung."Bacalah," jawab Arga, tanpa membuang waktu Hanin langsung membaca satu persatu lembaran tersebut, matanya langsung membola."M--mas, i--ini apa? Kenapa semua warisan atas namaku dan anak-anak?" tanya Hanin bingung, Arga hanya tersenyum."Cuma kalian yang berhak mendapatkannya bahkan akupun nggak layak untuk mewarisi itu, aku

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 40

    PoV authorTiga hari setelah Arga berobat, ia merasa sudah sangat sehat sekarang di tambah lagi Dimas selalu menemaninya.Sekarang mereka dalam perjalanan menuju kantor Ayahnya untuk memberi tahu semuanya. Begitu sampai Arga langsung masuk, tapi Arga kaget melihatku Ibunya ada di dalam juga."Arga, kamu dari mana aja sih? Kasian Mita sudah hampir seminggu kamu tinggal," omel Ibu membuat Arga langsung menggaruk alisnya sekilas."Ibu kasihan sama anak orang, tapi Ibu nggak kasihan sama Arga yang setengah mati melawan penyakit," gumam Arga yang terdengar jelas oleh Ibunya."Penyakit? Penyakit apa?" tanya Ibunya lagi, tapi Arga malah berjalan mendekati Ayahnya."Yah, Arga mau ngomong sesuatu sama Ayah, penting," ucap Arga tanpa basa-basi membuat Ayah langsung mengangguk."Ngomonglah atau mau di luar," tawar Ayah."Di luar aja, Yah," ajak Arga lalu mereka berdua keluar.Sedangkan Dimas tetap di dalam menemani Ibu Arga supaya tidak menguping."Ada apa dengan Arga? Kasih tau saya," tanya Ibu

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 39

    "Mita menginginkan Arga, Om. Dia tetat kekeh supaya Arga menikahinya," jawab Dimas membuat Ayah Arga mangut-mangut."Benar, apa yang kamu bilang. Tapi, walau gimanapun Om nggak setuju punya menantu kayak dia," lanjut Ayah Arga.PoV hanin.Hari ini adalah hari pertamaku ngajar setelah sakit selama tiga hari, pagi-pagi sekali aku berangkat karena masih harus mengantar Hana ke sekolah dan mengantar Dani ke rumah Sinta, aku takut jika Dani di rumah sama Mbok Sumi, Ibu mertuaku bakal datang mengambilnya."Hana nanti kalo ada yang jemput Hana ke sekolah jangan mau ya Nak, tunggu Bunda sampai datang. Kalo kamu di paksa, lari aja ke kantor ngadu sama guru di situ ya," nasehatku pada Hana di dalam mobil."Iya Bunda. Tapi kalo Ayah yang jemput?" tanyanya membuatku langsung bingung."Izin dulu sama wali kelasmu, bilang di jemput Ayah biar Bunda nggak kecarian," lanjutku, Hana langsung mengangguk.Setelah mengantarkan mereka berdua, aku langsung bergegas menuju sekolah. Hampir setengah jam aku me

  • Kuikuti suamiku dengan GPS   Bab 38

    *PoV Author*Tiga hari kemudian, Mita sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Dimas dan Arga mengantarkan Mita ke rumah orang tua Arga.Selama perjalanan hanya ada keheningan, Arga dan Dimas di depan sedangkan Mita dan bayinya di kursi belakang."Mas, kamu bakal nginap di rumah Ibu, 'kan," tebak Mita, Arga melihat Mita sekilas dari spion."Nggak, aku punya rumah," jawab Arga datar membuat Mita langsung mendengus kesal."Kamu ngapain sih Mas, sendirian tau di rumahmu itu atau nggak aku sama baby Aydan ikut kesana," tawar Mita, Dimas yang mendengar itu hanya bisa menggaruk alisnya sekilas."Mita kamu masih masih waras apa gimana sih? Apa kata orang kita satu rumah yang belum menikah, aku udah bilang kita tunggu hasil tes DNA, titik. Nggak ada perdebatan," tegas Arga tanpa melihat Mita membuat Mita langsung menatap tajam ke arah Arga.Sampai di rumah orangtuanya, Arga langsung menurunkan semua barang Mita. Ibunya dengan semangat menyambut Mita dan bayi itu. "Menantu sama cucu Ibu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status