Share

Bab 40

Author: Mami ice bear
last update Last Updated: 2025-05-26 18:00:39

“Dasar mulut comberan! Bisa-bisanya dia bilang begitu. Yang bayarin juga si Andini, bukan dia! Kenapa malah dia yang ribet?”

Rukmini melangkah cepat di trotoar kecil, tumit sandalnya menghentak-hentak aspal dengan ritme kesal.

Mulutnya tak berhenti bergerak, bergumam marah dengan suara cukup nyaring untuk menarik pandangan pejalan kaki yang berpapasan dengannya.

Wajahnya merah padam, gincu merah menyala di bibirnya terlihat semakin mencolok saat bibir itu mengerucut dalam gerakan penuh emosi.

“Si Andini aja santai, nggak keberatan, malah senang bisa bantu. Kenapa si Mirna yang nyolot? Saudara bukan, orang tua juga bukan. Dasar manusia aneh!”

Tangannya melambai di udara, seolah mencoba menepis hawa panas kemarahan yang membungkus tubuhnya. Napasnya memburu, dada naik turun seiring amarah yang terus membuncah.

“Orang kalau punya penyakit hati ya begitu itu,” gerutunya lagi. “Orang lain senang sedikit
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 45

    “Aku merasa… Mas Niko mulai mengkhianati janji suci kami, Mbok…”Suaranya lirih, namun menghujam tajam. Ruang makan yang tadinya hanya dihuni suara detak jam dinding, kini mendadak dipenuhi keheningan yang berat. Mbok Ratmi, yang tengah menuangkan teh ke dalam cangkir, menghentikan gerakannya. Cangkir itu nyaris tergelincir dari tangannya jika wanita tua itu tak segera menggenggamnya erat.Perlahan, ia menoleh. Wajah tuanya tampak menegang, dan mata yang biasa teduh kini memandang Andini dengan sorot cemas.“Maksudnya, Neng?” tanyanya pelan, hampir berbisik. Ia tidak ingin langsung menarik kesimpulan. Tapi dari nada suara Andini, dari sorot matanya yang sayu, dari jemarinya yang terus bermain dengan ujung baju, Mbok Ratmi tahu bahwa yang hendak disampaikan bukanlah hal kecil.Andini duduk membungkuk di kursinya, kedua tangannya saling bertaut erat di pangkuan. Wajahnya tertunduk, dan nafasnya tertahan di kerongkongan. Ia tak segera menjawab, seakan sedang memilih kata yang paling ti

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 44

    “Aku hanya kembali mempekerjakan Mbok Ratmi. Apa itu salah?” ujar Andini, tenang tapi tajam.Niko menatapnya lama. Tatapannya kosong, tapi ada yang berkecamuk di dalamnya, bukan sekadar marah. Sorot mata itu memancarkan kebingungan, frustasi, dan rasa kehilangan kendali yang mulai merayap diam-diam.“Kita itu suami istri, Andin,” ucap Niko akhirnya, suaranya sedikit menurun, seolah ingin menarik kembali tensi yang sempat melonjak. “Kita harusnya bisa membicarakan semua ini baik-baik.”Ia berjalan mendekat, berdiri beberapa langkah di hadapan sang istri yang masih duduk di tepi ranjang. “Bukan malah membicarakannya di tempat umum seperti tadi.”Andini tertawa kecil. Bukan karena lucu, tapi karena getir. Ia menunduk sebentar, lalu menatap Niko, tatapannya tajam namun lelah.“Kita?” ia mengulang dengan nada sinis. “Kapan terakhir kali kamu benar-benar mau mendengar pendapatku, Mas?”Niko bungkam. Hanya bibirnya yang sedikit bergerak, seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi urung. Bahunya m

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 43

    “Maksudmu apa ngomong begitu?”“Nggak ada,” jawab Andini singkat. “Lagian, kamu itu bukan disalahkan, Andini. Tapi hamil ya memang kodratnya perempuan,” ujar Niko cepat, suaranya sedikit meninggi, seolah ingin segera mengakhiri percakapan yang mulai menusuk harga dirinya.Andini terkekeh pelan. Bukan tawa yang hangat, melainkan seperti sembilu yang diseret di atas luka lama. Ia menyilangkan tangan di depan dada, tatapannya menusuk ke arah pria yang dulu ia cintai dengan utuh. “Iya, sih. Tapi kalau aku nggak hamil-hamil, nanti tahu-tahu kamu bawa wanita lain ke dalam rumah tangga kita dan mengatakan kalau dia sudah hamil. Lalu kamu wajib bertanggung jawab. Kalau begitu, aku juga yang akan disalahkan, kan?”Niko tercekat. Rahangnya mengeras, matanya berkedip pelan seolah ingin menepis sesuatu yang tak ingin ia akui. Nafasnya mulai tak beraturan, terdengar lebih berat dari sebelumnya. Ucapan Andini seperti pukulan telak yang tak bisa ia hi

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 42

    “Selama ini, aku yang mengurus rumah ini sendirian. Saat aku capek karena ngurusin ini itu. Apa kamu mau peduli atau sekedar berinisiatif untuk ikut membantu, Mas?” tanya Andini dengan tatapan lurus ke arah sang suami. “Itu tugas istri, Andini! Mengurus rumah dan suami, itu bagian dari kewajiban seorang istri!” balas Niko. Nada suara laki-laki itu terdengar tajam dan menekan, seperti cambuk yang mengoyak udara. Ia berdiri tegak di depan pagar dengan kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya. Sorot matanya keras, seperti sedang mengadili seorang terdakwa.Andini tidak langsung membalas. Ia memandang lurus ke arah sang suami, wajahnya tenang, tapi matanya menyimpan gelombang emosi yang baru saja bangkit dari dasar kesabarannya. Tubuhnya sedikit gemetar, bukan karena takut, tapi karena menahan rasa muak yang selama ini ia simpan rapat-rapat.Tadinya, Andini akan pergi bersama Nino dan dua sahabatnya ke rumah Lisa, pacar Nino. Namun, akhirnya Andini me

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 41

    “Nggak ada apa-apa Mbok. Yuk jalan,” ucap Mirna yang terus menggandeng lengan Mbok Ratmi. Beberapa menit kemudian…Mereka tiba di depan rumah Andini. Pagar besi putih menjulang tinggi, dilengkapi dengan kamera pengawas di beberapa sudut. Rumah itu masih terlihat megah, tapi suasana di sekitarnya terasa berbeda. Ada keheningan aneh yang menyelimutinya, seolah rumah itu menyimpan sesuatu yang tak kasat mata.Mbok Ratmi berhenti di depan pagar, menatap rumah itu dengan tatapan bimbang.“Pencet bel aja, Mbok. Nanti juga Andini keluar,” ujar Mirna santai.“Tapi…”“Nggak apa-apa, Mbok. Ini masih rumah Andini kok,” potong Mirna, mencoba menenangkan kegelisahan yang jelas terlihat di wajah wanita tua itu.Mbok Ratmi menghela nafas panjang. “Saya sudah dua tahun lebih nggak ke sini, Bu Mirna. Semua terasa sedikit…”Ting! Tong!Tak ingin Mbok Ratmi terus ragu, Mirna maju dan menekan bel.

  • Kukembalikan Suami Benalu pada Ibunya   Bab 40

    “Dasar mulut comberan! Bisa-bisanya dia bilang begitu. Yang bayarin juga si Andini, bukan dia! Kenapa malah dia yang ribet?”Rukmini melangkah cepat di trotoar kecil, tumit sandalnya menghentak-hentak aspal dengan ritme kesal. Mulutnya tak berhenti bergerak, bergumam marah dengan suara cukup nyaring untuk menarik pandangan pejalan kaki yang berpapasan dengannya. Wajahnya merah padam, gincu merah menyala di bibirnya terlihat semakin mencolok saat bibir itu mengerucut dalam gerakan penuh emosi.“Si Andini aja santai, nggak keberatan, malah senang bisa bantu. Kenapa si Mirna yang nyolot? Saudara bukan, orang tua juga bukan. Dasar manusia aneh!”Tangannya melambai di udara, seolah mencoba menepis hawa panas kemarahan yang membungkus tubuhnya. Napasnya memburu, dada naik turun seiring amarah yang terus membuncah.“Orang kalau punya penyakit hati ya begitu itu,” gerutunya lagi. “Orang lain senang sedikit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status