Share

Membalas Ibu Mertua

Selama beberapa hari Annisa melakukan pembalasan pada ibu mertuanya. Annisa membalikkan perlakuan mertuanya itu dengan cara yang sama. Annisa tampak manis di depan Dani, melayani Dani dan ibu mertuanya dengan baik. Namun ketika Dani sudah berangkat bekerja, Annisa masuk ke dalam kamar dan bermain bersama Shafira. Annisa tidak mau memasak atau membersihkan rumah seperti biasanya. Untuk makan siang, Annisa akan memesan makanan untuk dirinya sendiri, atau pergi keluar rumah bersama Shafira. 

Malam itu, Ibu Dani mendekati Dani dan mengadukan perbuatan Annisa padanya. 

"Dan, Ibu lelah sekali," kata Ibu Dani. 

"Kenapa, Bu? Apa kita mencari asisten rumah tangga lagi saja?" kata Dani. 

"Dan, istrimu itu beberapa hari ini tidak mau membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Ibu harus memasak, mencuci, menyetrika pakaian, menyapu, dan lain-lain. Ibu tidak tahan lagi melihat istrimu itu. Dia tidak membantu, tapi malah bermalas-malasan." kata Ibu Dani. 

 Dani terkejut mendengar perkataan ibunya. Dani tahu istrinya bukan wanita yang malas mengerjakan pekerjaan rumah, pasti ada sesuatu yang membuat Annisa berubah seperti itu. 

"Sayang, coba kemari sebentar, Mas mau bicara," kata Dani. 

"Ada apa, Mas?" tanya Annisa sambil duduk dan memangku Shafira. 

"Nis, kata ibu beberapa hari ini kamu tidak mau membantu ibu? Apa benar begitu?" tanya Dani. 

"Mas, aku hanya melakukan tepat seperti yang Ibu katakan. Coba Mas tanya pada ibu, apa yang dia katakan pada Bu Tia dan mungkin orang-orang lain," kata Annisa. 

"Maksudnya apa sih, Nis? Sebenernya ada apa ini?" tanya Dani. 

"Mas, ibu mengatakan pada Bu Tia, bahwa aku ini pemalas, tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah, selalu bangun siang, berfoya-foya dengan uang darimu, selalu belanja dan membeli makanan enak untuk diriku sendiri. Kalau tidak percaya, Mas tanya langsung saja pada Bu Tia. Mungkin saja ada perkataan ibu yang terlewat dan belum aku dengar. Jadi apa aku salah kalau melakukan semua yang ibu katakan itu? Aku hanya membantu ibu, supaya ibu tidak menjadi seorang pembohong," kata Annisa.  

"Dan, itu tidak benar, Annisa sudah memfitnah Ibu, Nak," kata Ibu Dani. 

"Kalau begitu, Dani akan bertanya pada Bu Tia," kata Dani sambil bangkit berdiri dan seolah akan berjalan ke rumah Bu Tia. 

"Eh, Dan, tunggu. Mm.. Jangan perpanjang masalah ini lagi, lupakan saja!" kata Ibu Dani. 

"Jadi benar apa yang Annisa katakan tadi, Bu? Ibu menceritakan semua itu pada para tetangga? Ibu menjelek-jelekkan Annisa? Untuk apa sih, Bu? Apa tujuan Ibu berbuat begitu?" tanya Dani. 

"Maaf, Nak. Ibu tidak sengaja melakukannya," kata Ibu Dani. 

"Ah, sudahlah! Aku lelah, Bu," kata Dani. 

---

Keesokan harinya, Lily pulang ke rumah. Lily seorang gadis yang cantik dan suka berpakaian seksi. Selama ini Ibu Dani sangat menyayangi dan memanjakan Lily. Ibu sangat senang jika Lily pulang ke rumah. 

Hubungan Annisa dengan Lily tidak terlalu dekat. Jika pulang ke rumah, Annisa jarang berbicara dengan akrab dengan Lily. Karakter Lily sedikit mirip dengan ibunya, suka mengambil keuntungan dari orang lain. Selama ini Lily hanya mendekati Annisa jika sedang memerlukan sesuatu. 

Tok.. Tok.. Tok.. 

Annisa membukakan pintu kamarnya, ia melihat Lily berdiri dan tersenyum di depan pintu kamarnya. 

"Mbak, aku boleh bicara sebentar?" tanya Lily. 

Annisa mempersilahkan Lily masuk ke dalam kamarnya. Lily duduk di tempat tidur dan berusaha mendekati Shafira. Namun karena Shafira jarang bertemu dengan Lily, Shafira segera menjauhi Lily dan memeluk Annisa dengan erat. Sesekali Shafira mengintip Lily yang duduk di hadapan Annisa. 

"Ada apa, Li?" tanya Annisa. 

"Mbak, aku mau minta tolong," kata Lily dengan mimik wajah yang berubah seketika. 

"Minta tolong apa?" tanya Annisa. 

"Mbak, aku membutuhkan uang untuk biaya kuliahku. Bisa ga aku meminjam uang?" kata Lily. 

"Untuk apa Li? Bukannya biaya kuliahmu sudah dibayar? Seingat Mbak, Mas Dani sudah memberi uang untuk itu," kata Annisa. 

"Iya, Mbak. Tapi uangnya masih kurang. Sebenarnya kemarin aku ada keperluan mendesak, tapi aku ga berani meminta uang lagi ke ibu atau Mas Dani, jadi aku pakai sedikit uang itu. Lalu sekarang aku membutuhkan uang untuk membeli buku juga, Mbak," kata Lily. 

"Jadi kurang berapa uangnya?" tanya Annisa. 

"Satu juta lima ratus ribu, Mbak," kata Lily dengan santainya. Seolah-olah uang sejumlah itu bukanlah jumlah yang besar. 

"Hah? Banyak sekali? Mbak dan Mas Dani mana ada uang segitu, Li?" kata Annisa. 

"Tolonglah, Mbak. Kali ini saja, kalau uang itu tidak dibayar tiga hari lagi, aku bisa dikeluarkan dari kampus. Aku ga akan berani menghadapi ibu dan Mas Dani, Mbak," kata Lily dengan ekspresi wajahnya sedih dan hampir menangis. 

"Lalu Mbak harus cari dari mana? Mbak kan ga bekerja, Mas Dani juga belum gajian,"

"Lalu aku harus bagaimana, Mbak? Apa aku pasrah saja dikeluarkan dari kampus dan tidak bisa melanjutkan kuliah?" kata Lily. 

"Mbak, aku pinjam perhiasan Mbak dulu, ya? Aku janji akan ganti kalau sudah bekerja nanti," kata Lily dengan serius. 

Dengan berat hati Annisa melepaskan anting dan cincin yang melingkar di jari manisnya, lalu menyerahkan semua itu pada Lily. 

"Ini, cuma ini yang Mbak Nisa punya. Mbak berharap kamu kuliah dengan sungguh-sungguh dan bertanggungjawab, jangan menggunakan uang kuliah untuk hal lain yang tidak terlalu dibutuhkan," kata Annisa. 

"Iya, terimakasih banyak, Mbak. Aku ga akan lupakan kebaikan Mbak Nisa ini. Tapi tolong, jangan bilang ini sama Mas Dani. Lily takut Mas Dani akan marah, Mbak," kata Lily. 

"Baiklah, Mbak ga akan bilang sama Mas Dani," kata Annisa. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mitha Sus
koin lagi.. hadeh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status