Share

Hanya manis di bibir

Penulis: Vonny Elyana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-04 20:55:26

Suatu siang, ketika sedang menggendong dan menenangkan Shafira yang rewel, tanpa sengaja Annisa mendengar sesuatu yang tak pernah ia duga. Ibu mertuanya sedang berbicara dengan seseorang di dekat pagar tembok tetangga rumah itu. Dahlia mengintip dengan hati-hati, ternyata ibu mertuanya sedang berbicara dengan Bu Tia. Bu Tia tinggal di sebelah rumah Dani. 

"Iya Bu, menantu saya itu pemalas. Annisa itu selalu bangun kesiangan, sampai saya yang harus menyiapkan sarapan untuk suaminya yang akan berangkat bekerja, mengurus dan memandikan anaknya, dan bersih-bersih rumah. Maklumlah, mungkin dari dulu Annisa itu tidak dididik dengan benar sama orang tuanya," kata ibu. 

"Wah, menantu begitu harus ditegur loh, Bu. Jangan dibiarkan saja seperti itu!" kata Bu Tia. 

"Saya ini sudah berusaha menasehati dia baik-baik, Bu. Kemarin saya menegur Annisa, tapi dia malah pergi dari rumah. Saya jadi bingung dan serba salah. Saya tidak mau ada keributan di rumah," kata ibu mertua terdengar bijak. 

"Ya ampun, beruntung sekali Annisa menjadi menantu Ibu. Kalau menjadi menantu saya, pasti saya akan marah dan kesal setiap hari," kata Bu Tia. 

"Iya, Bu. Yang lebih parahnya, dia itu pelit dan tidak mau mengurus anak dengan baik. Menyusui saja dia sudah tidak mau, kasihan cucu saya tidak terurus. Annisa itu sering membeli makanan enak untuk dirinya sendiri, pakaian, perawatan ke salon, jalan-jalan bersama temannya, tidak memikirkan saya dan suaminya." kata Ibu Dani dengan mimik wajah sedih. 

"Aduh, parah banget, sih? Kelihatannya saja baik dan kalem ya si Annisa itu. Ternyata seperti itu watak aslinya," kata Bu Tia. 

"Iya, Bu. Saya juga tertipu sama penampilannya. Saya pikir dia itu baik dan lembut. Tapi ternyata semakin lama mengenalnya dia berubah menjadi seperti itu. Dani saja tidak berani menegurnya, Bu. Kalau ada yang ga berkenan di hati Annisa, dia bisa marah besar dan mengancam pergi dari rumah, atau bercerai.

Yah, terkadang saya cuma bisa diam dan sabar, Bu. Tidak semua yang saya alami bisa saya ceritakan ke anak saya. Kasihan Dani, saya ga mau mereka bertengkar dan akhirnya membebani pikiran Dani," kata Ibu Dani. 

"Tapi itu sih keterlaluan, Bu. Ibu terlalu baik sama dia. Lalu, apa Annisa ga memberi uang untuk Ibu?" tanya Bu Tia. 

"Wah, jangankan kasih uang belanja untuk saya, Bu. Uang listrik rumah ini saja harus saya minta dulu ke Dani, baru dia memberikannya tanpa sepengetahuan istrinya. Annisa itu menguasai gaji dan uang anak saya, Bu. Saya ga mau sampai meminta sama dia, Bu. Saya masih punya harga diri," kata Ibu Dani. 

"Ibu ini sabar sekali, jarang loh ada mertua yang sangat baik seperti Ibu," kata Bu Tia memuji.

Annisa menghela nafas panjang, ternyata ibu mertuanya belum berubah. Kali ini ibu mertuanya itu menjelek-jelekkan dirinya di depan orang lain. Ingin rasanya Annisa menghampiri ibu mertuanya dan Bu Tia, tapi Annisa masih berusaha menahannya. Ia tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri di depan semua orang. 

Lagipula Annisa melihat Shafira sudah terlelap tidur di gendongannya. Annisa masuk ke dalam kamar dan membaringkan Shafira di atas tempat tidur.  

Annisa mulai berpikir, dia harus menghadapi ibu mertuanya itu dengan cara yang lain. Bukan dengan emosi dan marah-marah seperti sebelumnya, tapi dengan cara yang tepat dan cerdas. 

---

Hari minggu seperti biasanya Dani tidak bekerja dan menghabiskan waktu di rumah bersama Annisa dan Shafira. Tapi hari itu Annisa akan melakukan rencananya. 

"Mas, hari ini aku ijin keluar rumah, ya. Aku mau ke salon," kata Annisa. 

"Oh, ya sudah. Tapi nanti Mas ada janji dengan Mas Dewo, mau menjenguk teman yang sakit," kata Dani. 

"Bu, aku titip Shafira, ya. Aku mau jalan-jalan dulu, suntuk di rumah terus. Aku mau sedikit menghamburkan uang suamiku," kata Annisa dengan nada sinis. 

"Eh, mau kemana kamu? Bagaimana kalau Shafira rewel dan menangis mencari kamu?" tanya ibu. 

"Ga perlu kuatir, Bu. Ibu kan sudah biasa mengurus Shafira, aku biasanya juga hanya bermalas-malasan di rumah ini. Oh ya, Bu, itu ada sayuran di kulkas. Ibu masak sendiri saja, ya. Aku sudah tidak sempat, sudah ada janji dengan teman," kata Annisa sambil tersenyum. 

Ibu Dani menatap kepergian Annisa dengan geram, dalam hatinya Ibu Dani mulai merasa Annisa melakukan semua itu untuk menyindir dirinya. Ibu Dani terpaksa melakukan pekerjaan rumah dan mengurus Shafira sepanjang hari itu. Ia merasa kesal dan lelah. Dani juga sudah pergi bersama Dewo. 

Sore hari, Annisa pulang membawa beberapa plastik berisi barang belanjaan dan seporsi nasi ayam geprek. Annisa tersenyum senang dan dengan sengaja meletakkan barang belanjaannya di meja makan. Lalu ia menikmati makanan yang dibelinya tadi. 

"Nis, kamu membelikan untuk Ibu juga, kan? Ibu lapar sekali. Tadi Ibu belum sempat masak," kata ibu Dani. 

"Maaf, Bu. Nisa cuma beli satu porsi. Nisa kan biasa makan enak sendirian, tidak memikirkan orang lain. Lagipula ini pedas loh, Bu. Tidak sehat untuk orang yang sudah lanjut usia," kata Annisa dengan santai. 

Ibu Dani terlihat kesal dan langsung masuk ke kamarnya sambil menutup pintu dengan keras. Annisa hanya tersenyum kecil melihat ibu mertuanya marah seperti itu. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kukembalikan Suami Pada Mertua Munafik   Pernikahan Karina dan Jhon

    Lily sempat mengunjungi Annisa dan ingin mengambil Bagas kembali. Namun tentu saja Bagas yang tidak pernah mengenal Lily langsung menolak. Bagas menangis dan berteriak, lalu bersembunyi di balik pintu.Lily menatap Bagas yang kini sudah bertumbuh menjadi anak yang sehat dan pintar. "Mbak Nisa, aku kangen sama Bagas. Aku ingin menebus kesalahanku dan merawatnya," kata Lily. "Kalau kamu menyayangi Bagas, biarkan dia tinggal bersamaku, Li. Aku gak akan mengijinkan kamu membawanya, karena itu hanya akan membuatnya terluka. Dia bahkan gak mengenal kamu, Li," ujar Annisa. Lily memejamkan matanya dan diam beberapa saat. "Dulu kamu pergi begitu saja, tanpa memikirkan bagaimana Bagas bisa hidup. Kamu asyik dengan duniamu sendiri dan gak pernah menanyakan kabarnya. Sekarang kamu kembali dan mengatakan ingin membawanya? Aku akan berjuang untuk mempertahankan Bagas tetap bersamaku. Saat ini dia sudah menjadi anakku, adiknya Shafira," kata Annisa dengan tegas. "Bagas, ini mama kandungmu, Saya

  • Kukembalikan Suami Pada Mertua Munafik   Kembalinya Lily

    Pagi itu Dani kembali melangkahkan kakinya ke minimarket tempat ia menjadi tukang parkir. Ia berusaha tetap bersemangat, sekalipun kondisi ini bertentangan dengan harapannya. Sebentar lagi Winda akan melahirkan dan membutuhkan biaya. Dani biasa bekerja dari pagi sampai sore. Sekalipun ia memakai topi dan masker agar wajahnya tidak mudah dikenali, tetapi akhirnya beberapa tetangga melihat dirinya saat sedang bekerja. Namun kini Dani pasrah, ia tidak peduli lagi dengan ucapan orang-orang. Bahkan ada yang mengedarkan berita bahwa Dani, papa Shafira bekerja sebagai tukang parkir. Selama Shafira ada di rumah Ibu Dani, rumah itu lebih ramai dari biasanya. Beberapa tetangga datang untuk berfoto bersama Shafira. Hari-hari Shafira menjadi sangat melelahkan. Menjelang siang, Ibu Dani mendengar suara ketukan di pintu depan. Ia segera membukakan pintu dan melihat punggung seorang gadis yang membelakanginya. "Cari siapa?" tanya Ibu Dani. Wanita berambut panjang dan pirang itu berbalik badan.

  • Kukembalikan Suami Pada Mertua Munafik   Mengambil Shafira kembali

    Mendengar berita tentang Lily, Surya segera pulang dan menjemput Annisa. Mereka langsung menuju ke rumah sakit dengan perasaan yang tak menentu. Geram, kesal, cemas, dan amarah memenuhi hati Annisa dalam perjalanan ke rumah sakit itu. "Mengapa mereka gak memberi tahu keadaan Shafira pada kita, Mas?" tanya Annisa dalam kegeraman. "Tenang, Sayang, beruntungnya jaman sekarang berita cepat menyebar melalui media sosial, sehingga kita bisa mengetahui keadaan Shafira dan dimana dia sekarang," jawab Surya sambil tetap fokus mengemudi."Aku gak akan pernah mengijinkan Mas Dani dan ibunya untuk menyentuh Shafira lagi!" ucap Annisa. Surya sangat memaklumi rasa sakit dan kemarahan yang sedang melanda Annisa. Annisa adalah wanita yang mengandung dan membesarkan Shafira dengan penuh cinta, sehingga wajar ia merasa marah ketika melihat anaknya sakit dan menderita seperti itu. Annisa dan Surya akhirnya tiba di rumah sakit Permata. Annisa sudah tidak sabar, ia ingin segera berlari menuju kamar p

  • Kukembalikan Suami Pada Mertua Munafik   Shafira Sakit

    Dani sangat terkejut ketika melihat Shafira ada di rumah ibunya. Ia langsung memeluk Shafira dan menumpahkan rasa rindu yang sudah lama terpendam dalam hatinya. "Fira, Papa kangen sekali," ucap Dani. "Pa, Fira mau pulang ke rumah Mama," jawab Shafira sambil menangis. "Bu, kenapa Fira bisa ada di sini?" tanya Dani."Memangnya kenapa? Itu yang kamu mau, kan? Ibu menjemputnya tadi, karena kamu gak punya usaha dan inisiatif untuk mengambil anakmu kembali," jawab ibu. Shafira terus menangis tanpa henti sejak tiba di rumah itu. Berbagai cara sudah Dani lakukan untuk menenangkan Shafira, tetapi ia tetap rewel dan memanggil-manggil nama Annisa. Dani memberi isyarat pada Winda untuk mengajak Shafira ke kamar, karena ia ingin lebih banyak berbincang dengan ibunya. Winda menggandeng tangan Shafira dan membujuknya masuk ke dalam kamar. Dani mulai beralih menatap ibunya dan berbicara dengan volume suara yang tidak terlalu keras. "Bu, apa Ibu mengambil Shafira dengan paksa? Kasihan Annisa dan

  • Kukembalikan Suami Pada Mertua Munafik   Ibu Dani merebut Shafira

    "Apa?! Kamu jadi tukang parkir? Memalukan! Apa gak ada pekerjaan lain?" seru Ibu Dani. "Kalau ada pekerjaan lain yang lebih baik, aku pasti mau, Bu. Masalahnya aku sudah mencoba melamar pekerjaan ke banyak tempat lain, tapi sampai sekarang gak ada jawaban. Aku rasa sementara gak masalah kalau aku menjadi tukang parkir, yang terpenting itu halal dan kita bisa makan," jawab Dani. "Ibu gak mau! Apa kata orang lain? Keluarga kita ini terhormat, kamu juga sudah Ibu sekolahkan tinggi, masa hanya menjadi tukang parkir?" oceh Ibu Dani. Winda berusaha memberanikan diri untuk bicara, menengahi keributan itu. "Bu, ini hanya untuk sementara. Kita doakan saja Mas Dani cepat mendapat pekerjaan yang lebih baik. Aku setuju pendapat Mas Dani, yang penting sekarang kita bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari,""Siapa yang minta pendapatmu? Pokoknya Ibu mau kamu mengerjakan pekerjaan lain, bekerja di kantor dan punya gaji tetap!" Winda tersentak dan langsung kembali bungkam. Sementara itu Dani hanya

  • Kukembalikan Suami Pada Mertua Munafik   Annisa Hamil

    Sambil mengemudi mobil, Surya melirik Annisa yang banyak diam sejak pertemuan dengan Dani dan istrinya tadi. Annisa terlihat melamun dan berpikir, sesekali ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kembali. "Sayang, ada apa? Apa kamu masih merasa sakit hati melihat Dani bersama wanita lain?" tanya Dani. "Ah, bukan begitu, Mas. Aku hanya sedikit terkejut tadi. Tapi aku bersyukur, karena aku dan Mas Dani sudah menemukan pasangan baru dan kebahagiaan masing-masing," jawab Annisa. "Kalau kamu masih merasa aneh, aku memakluminya. Kamu dan Dani cukup lama menikah, jadi wajar jika tetap ada kenangan di antara kalian berdua," ujar Surya. Annisa mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Surya. Ia berkata lembut, "Mas Dani adalah bagian dari masa laluku. Sekarang aku punya kamu, Mas. Kebahagiaanku sempurna karena ada kamu dan anak-anak kita,""Terimakasih, Sayang. Kamu juga harus tahu, bahwa aku sangat bahagia memiliki kalian," ujar Surya. "Oh ya, bagaimana kalau kita percepat saja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status