Ternyata Lily dan ibunya memang tidak pernah menyukai Annisa. Ibu masih geram dengan tindakan Annisa yang melaporkan dirinya pada Dani, sehingga ibu sengaja bersekongkol dengan Lily untuk membalas Annisa. "Hahaha.. Akhirnya kita berhasil mengusir Mbak Annisa dari rumah ini, Bu," kata Lily. "Sst.. Jangan bicara terlalu keras! Nanti Dani mendengarnya," kata ibu Dani. "Ternyata ibu pintar berakting juga," kata Lily. "Kamu juga, Li. Akhirnya Ibu bisa membalas perbuatan Annisa. Kita tinggal menunggu waktu dan membujuk Dani untuk menceraikan istrinya itu. Ibu sudah ga sabar, ingin mencarikan istri untuk Dani. Istri yang lebih cantik dan kaya, punya usaha sendiri mungkin, sehingga kita tidak kekurangan uang," kata ibu. "Setuju, Bu. Oya, bicara soal uang, aku membutuhkan uang, Bu. Ibu harus kasih uang jajanku lebih banyak, karena tadi aku membantu Ibu berakting dan membuat skenario ini," kata Lily. "Kamu kan masih pegang uang dari hasil menjual perhiasan Annisa, masa mau minta uang lagi
Lily keluar dari kamar Dani dan kembali ke kamar ibu. Lily masuk ke kamar ibu dengan senang dan mencium kartu ATM di tangannya. "Aku berhasil mendapatkan uang, Bu," kata Lily sambil memamerkan kartu ATM Dani di tangannya. Ibu tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Dasar kamu, Li! Kakak sendiri juga dibohongi," kata ibu. "Kan ibu yang mengajariku, harus bisa mendapatkan semua yang kita inginkan," kata Lily dengan bangga. ---Annisa pergi dari rumah Dani dengan berjuta rasa di hatinya. Annisa merasa sedih, kecewa, marah, kesal, dan bingung. Dani, suaminya sendiri tidak mempercayai perkataannya. Semua orang hanya melihat dan langsung mempercayai video itu. Karena hari sudah gelap dan pikiran Annisa yang masih kacau, Annisa berpikir akan terlalu beresiko jika ia harus pulang ke rumah orang tuanya sekarang. Annisa berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk menelepon Karina, saudara sepupunya. Rumah Karina berjarak satu jam dari rumah Dani. Karina belum menikah, dan mempunyai sebuah usah
Annisa dan Karina berhasil menemukan lokasi yang tepat untuk membuka usaha laundry mereka. Annisa mengurus semuanya dengan cepat, mulai dari mempersiapkan kios yang akan dipakai, membeli mesin cuci dan alat-alat yang dibutuhkan, mencari karyawan, dan memesan papan nama dan brosur untuk promosi. Lokasi laundry mereka ini masih di sekitar perumahan yang padat penduduk dan tempat kos. Banyak mahasiswa dan karyawan kantor yang tinggal di lingkungan itu. Karina memang sangat jeli melihat peluang bisnis dan lokasi yang mendukung usaha mereka. Annisa sedang menyapu ruangan kios dan mempersiapkan tempat itu. Annisa mengerjakan semuanya dengan bersemangat bersama dengan beberapa orang karyawan. Dua hari lagi tempat laundry ini akan dibuka. Tidak lupa Annisa meminta doa restu dan dukungan dari bapak dan ibunya. Sekarang ini, Annisa belum bisa menemui bapak dan ibu. Annisa juga belum bisa menceritakan semua persoalan rumah tangganya, karena takut akan membebani pikiran orang tuanya. Saat ini
"Sial!! Kenapa bisa ketemu dia di sini?" kata Lily. "Ada apa sih sayang? Kenapa kamu lari ketakutan begitu?" tanya Om Darwin. Om Darwin dan Lily sudah menjalin hubungan gelap selama beberapa bulan. Om Darwin sudah memiliki seorang istri dan tiga orang anak, yang mungkin usianya hampir sebaya dengan Lily. "Itu Om, tadi ada teman sekolah Lily dulu. Lily kaget, jadi langsung lari deh," kata Lily berusaha tersenyum. "Oo, tapi temanmu itu cantik juga. Kapan-kapan boleh kenalkan dia sama Om, ya," kata Om Darwin. Lily hanya terdiam dan tersenyum kecut. 'Dasar! Sudah tua, jelek, gendut, masih genit saja! Kalau bukan karena uangnya banyak dan ga pelit, malas juga aku dekat-dekat dengan Om Darwin ini. Bikin aku malu saja kalau bertemu teman atau orang yang mengenal aku. Sudah tua, banyak maunya, ga tahu diri!" Lily memaki Om Darwin di dalam hatinya. Om Darwin memeluk Lily dari belakang dan menciumi rambut Lily yang wangi. Lily sebenarnya merasa risih setiap kali Om Darwin menyentuhnya. A
Annisa menatap layar ponselnya dengan sedih. Sudah beberapa minggu berlalu sejak kepergiannya dari rumah Dani. Namun belum satu kalipun Dani menghubunginya atau sekedar menanyakan tentang Shafira. Di malam hari saat akan tidur, seringkali Shafira menangis dan menanyakan tentang papanya. Annisa sangat mengerti bahwa Shafira merindukan papanya itu.Namun Annisa menahan dirinya, ia tidak ingin menghubungi Dani terlebih dahulu, karena itu akan menunjukkan bahwa ia mengakui kesalahannya. Annisa mencoba bertahan, memberikan pengertian pada Shafira, atau mengalihkan perhatiannya dengan mengajak bermain atau membacakan buku cerita. Sore itu, ponsel Annisa berdering, Annisa segera mengambil HP dari dalam tas nya dan melihat nama Dani di layar. "Hallo, Nis. Dimana kamu?" tanya Dani. "Aku ada di suatu tempat, Mas. Aku tidak bisa memberitahukan padamu," kata Annisa. "Aku sudah mencoba datang ke rumah orang tuamu, tetapi kamu tidak ada di sana. Orang tuamu juga tidak mau memberitahu aku dimana
Pagi itu Annisa baru saja membuka laundry, beberapa karyawan sedang membersihkan ruangan kios itu. Saat itu ada dua orang pelanggan yang masuk ke kios sambil membawa plastik besar berisi pakaian kotor yang akan dicuci. Saat karyawan laundry menimbang pakaian yang akan dicuci, Annisa mendengar perkataan kedua orang itu. "Kasihan banget, tetapi memang memalukan, berani-beraninya dia merebut suami orang," kata salah satu ibu. "Iya, padahal katanya masih mahasiswi loh, kenapa mau menjadi pelakor begitu?" kata ibu yang lainnya. "Sepertinya ada sesuatu yang menghebohkan, ada apa nih, ibu-ibu?" tanya Annisa."Itu Mbak, tadi di perumahan blok A, ada keramaian. Ternyata ada satu rumah digerebek sama ketua RT dan warga. Ternyata katanya ada seorang gadis muda yang tertangkap basah tinggal bersama seorang pria, tanpa ikatan pernikahan. Malah pria itu sudah mempunyai istri. Istri sah pria itu yang mendatangi Pak RT dan menangkap basah suaminya. Deg.. Annisa terkejut, dan dia langsung memiki
Dua hari setelah peristiwa yang menggemparkan itu, Annisa melihat rumah yang ditempati Lily sudah sepi dan tak berpenghuni. Ternyata Lily sudah diusir dari rumah itu. Annisa berharap Lily sudah menyadari kesalahannya dan tidak akan mengulanginya. Lily ternyata tidak pulang ke rumah ibunya, Lily memilih bersembunyi sementara di rumah kos temannya. Lily sangat menyadari, jika ia pulang dalam kondisi luka-luka seperti itu, pasti akan terjadi kehebohan. Lily harus menunggu lukanya sembuh dan kondisinya membaik. Namun Lily sangat cemas, ia takut ada yang merekam kejadian itu dan membagikannya di media sosial. Lily takut ibunya akan mengetahui kejadian itu dari orang lain. "Jadi apa langkahmu selanjutnya, Li?" tanya Novia, teman kampus Lily. "Aku belum tahu, Nov. Dalam beberapa hari ini aku akan menghubungi Om Darwin," kata Lily. "Apa? Kamu akan menghubungi dia lagi? Kamu tidak takut istrinya akan mencaci maki kamu lagi?" tanya Novia. "Tentu aku akan lebih berhati-hati, Nov. Aku harus
"Mas, ini semua salah Mbak Annisa," kata Lily. "Apa? Kenapa kamu jadi menyalahkan Annisa?" tanya Dani. "Mas, Bu, Mbak Annisa yang menjebak aku dan mengedarkan video itu. Dia menaruh dendam padaku dan keluarga kita, karena aku merekamnya saat menganiaya ibu. Jadi ia menggunakan cara yang sama untuk memfitnah dan menjatuhkan aku," kata Lily. "Memangnya Annisa dimana? Apa kamu tahu keberadaan istri dan anakku sekarang?" tanya Dani. "Mm.. Sebenarnya dia masih ada di kota ini, Mas. Aku tahu dimana dia sekarang," kata Lily. "Apa? Kenapa kamu tidak memberitahu Mas? Kamu pasti tahu betapa pusingnya Mas mencari mereka," kata Dani. "Maafkan aku, Mas. Mbak Annisa melarang aku memberitahu Mas dimana dia tinggal sekarang. Bahkan dia sampai mengancam aku, jika aku memberitahu Mas, dia akan melakukan sesuatu yang buruk padaku. Aku tidak menyangka kalau Mbak Annisa tega berbuat seperti ini padaku. Bagaimanapun juga, aku ini adik iparnya. Dia malah melakukan sesuatu yang merusak nama baik dan ma