แชร์

Bab 3. Pesan Muzammil kepada Fatih

ผู้เขียน: Andriani Keumala
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-18 00:39:31

"Aku masih nggak habis pikir. Kok bisa-bisanya

Pak Kyai bisa menikahkan kamu dengan Fatih," ujar Arafah masih tidak rela seorang Gus Fatih incaran santri Nikah mendadak.

"Apa? Nggak rela?" ejek Alesha.

"Iya dong. Aku gini-gini juga suka sama Gus Fatih. Siapa sih yang nggak mau nikah sama Gus Fatih."

"Betul, aku juga mau. Lumayan bisa terjamin makan seumur hidup," nimbrung Zainab membuat kedua sejoli yang sedang berdebat diam. Kenapa topiknya jadi berubah.

"Apa?"

"Kamu kira keluarga Pak Kyai warung makanan?" ujar Arafah menjitak jidat Zainab dengan pelan.

"Kan Pak Kyai memang orang kaya. Banyak duit. Artinya bisa beli banyak makanan kan?" sahutnya mengelus bekas jitakan Arafah.

"Dah lah Alesha, abaikan saja dia. Sekarang jawab pertanyaan aku dengan serius. Kenapa Pak Kyai milih kamu. Kamu kan banyak kekurangan," ujar Arafah serius sambil memegang kedua bahu Alesha.

"Nah itulah kelebihanku, banyak kekurangan."

Arafah menepuk jidat. Percuma tanya ke Alesha. Alesha pasti akan menyembunyikan fakta bisa menikah dengan Gus Fatih agar orang lain tidak bisa mendapatkannya.

***

"Bagaimana saksi? Sah?" tanya penghulu.

Di luar kamar Alesha proses ijab kabul dilakukan dengan hikmat. Di sana tidak terlalu ramai. Hanya ada kedua orang tua pihak pengantin dan juga beberapa kerabat terdekat serta orang penting saja.

"Sah!" ucap saksi.

"Alhamdulillah."

Akhirnya Alesha sah menjadi istri Fatih.

Di dalam kamar Alesha tersenyum lebar. Sekarang dialah pemilik satu-satunya Bang Fatih idaman semua santriwati.

"Hehehe, kalian jangan iri ya."

"Kamu jangan lupa sama kami setelah nikah dan jadi menantu Pak Kyai."

"Tentu dong. Kalian berdua kan dayang-dayang kesayanganku," ujar Alesha songong.

"Dayang dengkulmu," dengus Zainab dan Arafah.

***

"Fatih kamu ikut aku sebentar," panggil Muzammil ketika hanya tinggal pihak keluarga saja. Alesha juga sudah keluar menemui suaminya dan disuruh masuk ke kamar kembali.

Muzammil sudah terbiasa memanggil Fatih hanya dengan nama saja jika saat berdua. Tidak ada kata Gus ataupun Ustadz di antara mereka berdua.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu."

Fatih mengangguk pelan tanpa perlawanan. Malahan bersyukur teman baik di Pesantren itu memanggilnya. Dia sudah lelah menghadapi tamu yang sedari tadi mengucapkan selamat.

"Muzammil, apa yang kamu bicarakan dengan Fatih?" tegur Ustadz Ahmad.

"Hanya sebentar Pak. Kami sudah lama nggak jumpa," sahut Muzammil tersenyum kecil.

"Fatih, walaupun kalian berteman, sekarang Muzammil adalah Abang ipar kamu. Kamu harus lebih hormat sama dia," kata Kyai sebelum mereka pergi.

"Iya, Abi. Fatih tahu," balas Fatih dengan lemah lembut. Kemudian mengikuti langkah Muzammil keluar rumah.

***

"Apa yang ingin kamu bicarakan, Muzammil?"

"Sebelum itu, aku ucapkan selamat untuk kamu. Kamu sudah menikah dengan adikku," sahut Muzammil melenceng.

"Terima kasih," jawab Fatih datar.

"Apa kamu senang dengan pernikahan ini?" tanya Muzammil melihat reaksi datar Fatih

Fatih mengangkat bahu.

"Ini kan perjodohan," jawab Fatih seadanya.

"Jadi kamu tidak senang? Kalau kamu tidak suka, kenapa kamu menerimanya?" tanya Muzammil tidak puas dengan respon sahabatnya.

"Kamu tahu sendiri bagaimana aku. Kapan aku pernah bisa menolak keinginan kedua orang tuaku. Mereka yang mengendalikan atas hidupku. Semua pilihanku sudah diatur sejak kecil."

Tentu Muzammil tahu betul kehidupan Fatih tidak semulus yang orang pikirkan. Sejak kecil Fatih dituntut agar menjadi pedoman bagi santri lainnya. Dia dipaksa melakukan apa yang disuruh Kyai dan Nyai. Sehingga waktunya untuk bermain sangat jarang.

Fatih lebih banyak menghabiskan waktu untuk menghafal Quran dan memperdalam ilmu agama. Bahkan untuk bermain dan menikmati hidup sangat jarang. Hanya dia satu-satunya yang dekat di pesantren ini dan berani mendekat. Karena kedua orang tua mereka memang sudah dekat sejak lama.

"Aku tahu ini berat untuk kamu. Tapi aku harap kamu bisa menjaga adikku dengan baik."

"Aku akan melakukan semampuku. Aku ini juga manusia biasa."

Muzammil menghela nafas. Apa yang harus diharapkan dari orang yang selalu pasrah.

"Oh ya, ada hal lain yang ingin aku tanya sama kamu?"

Kini ekspresi Muzammil jadi serius. Berbeda beberapa detik yang lalu yang terlihat biasa.

Fatih yang bisa merasa aura sangat sahabat berbeda, dua menegakkan tubuh secara reflek. Sangat jarang Muzammil serius begini satu berdua.

"Apa yang ingin kamu tanyakan?" tanya Fatih dibikin penasaran dan dag dig dug.

"Gini Fatih, apa kamu menyembunyikan sesuatu. Atau melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan anak pesantren?"

"Apa yang maksud kamu?" tanya Fatih balik. Sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan Muzammil.

"Berapa bulan lalu, aku sempat pergi ke ibu kota. Saat itu aku seperti melihat sosok kamu masuk ke dalam diskotik merangkul perempuan. Sosok itu sangat mirip dengan kamu. Itu bukan kamu kan?" tanya Muzammil hati-hati.

"Sudah pasti bukan aku. Kamu pasti salah lihat. Mana mungkin itu aku," ujar Fatih bersikap biasa. Dia sempat panas dingin ditanya oleh Muzammil dengan pertanyaan yang tidak diduga.

Memang benar yang dilihat oleh Muzammil adalah dirinya. Tidak ada yang tahu jika sifatnya di luar pesantren bagaimana.

"Syukurlah kalau itu bukan kamu. Sekarang aku lega. Nah, sekarang aku titip Alesha sama kamu. Aku harap kamu sabar dengan dia. Kurang lebih kamu tahu bagaimana Alesha. Dia cewek tomboy dan barbar. Kalau ngomong suka blak-blakan. Jika dia salah tolong ajari dia. Jangan sampai kalian berdua bertengkar," pinta Muzammil untuk menjaga adik kesayangannya.

"Kamu tenang saja. Aku tidak mungkin memukul Alesha," kekeh Fatih.

"Bukan itu yang aku takutnya. Sekali kamu hajar dia, kamu bakal dihajar habis sama dia. Alesha bukan tipe perempuan yang suka ditindas. Dia pandai ilmu beladiri. Aku aja kalah sama dia.”

Fatih kembali diam. Senyumnya hilang. Apakah dia telah menikahi cewek samson. Sifat Alesha yang ini adalah hal yang tidak diketahui olehnya. Setahunya Aisyah cuma cewek tomboy yang menyukai kebebasan. Bukan kekerasan.

"Jika ada sesuatu sama kalian, jangan sungkan menghubungi aku. Sekarang aku Abang ipar kamu," ujar Muzammil yang kini terkekeh geli.

"Aku tidak menyangka kalau kamu yang bakal jadi adik ipar aku."

Fatih menghela nafas. Apa keputusan ini tepat. Dia menerima pernikahan ini karena menganggap Alesha bukan perempuan yang repot. Perempuan yang mengejar-ngejarnya. Alias orang yang memandangnya karena anak Kyai.

Soal Alesha yang menyukainya hanya dianggap angin berlalu. Alesha hanya menyukai orang tampan. Jika mereka ke kota, Alesha bisa melirik lelaki lain. Banyak yang lebih tampan darinya. Sehingga dia bisa bebas.

"Aku dengar minggu depan kamu langsung pindah ke ibukota bersama Alesha?"

"Iya, aku harus segera kembali. Tugasku masih banyak. Sebentar lagi aku akan lulus. Jadi ya gitu."

"Aku paham. Aku juga sudah tahu kalau kamu akan membawa Alesha ke ibukota. Aku percaya kan adikku sama kamu. Semoga Alesha kerasan hidup di ibukota. Karena hidup di sana sangat keras."

"Aku pasti akan menjaganya dengan baik."

'Semoga saja.'

Bersambung ….

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 5. Apa? Bang Fatih Ada Pacar?

    Fatih telah selesai dengan urusannya. Saat kembali ke parkiran motor, di tengah jalan dia melihat Alesha yang sedang tertawa bebas dengan dua santri yang tidak dikenal olehnya. Di bawah pohon rindang. Dimana Alesha duduk di atas meja dan sebelah kaki di atas kursi."Itu istrinya kamu Gus Fatih? Saya masih heran kenapa Pak Kyai malah memilih dia dari ribuan santri yang ada," komentar salah satu ustadz yang menemani Fatih.Mata mereka bertiga terfokus pada Alesha yang tertawa sampai terpingkal-pingkal. Tidak ada kalem sama sekali."Kamu jangan bicara begitu. Itu pilihan Pak Kyai. Gus Fatih jangan dengar perkataan tadi ya," kata Ustadz satu lagi dengan tidak enak."Saya duluan ya, Ustadz. Assalamualaikum," pamit Fatih tanpa memberi komentar."Waalaikumsalam.""Tuh, kamu lihat ekspresi Gus Fatih. Perempuan yang kamu hina tadi sudah menjadi istri Gus Fatih." "Bukan hanya aku saja yang masih belum menerima keputusan Kyai. Para santriwan dan santriwati juga," belanya."Itu bukan urusan kita

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 4. Pamer Suami Dulu Sebelum Pergi

    "Abang, yakin kita pergi dengan motor ini," tunjuk Alesha ke arah motor yang berdiri gagah di depannya."Iya. Apa kamu keberatan naik motor ini. Atau kita pergi dengan mobil saja," usul Fatih."Jangan! Jangan! Jangan. Kita naik ini saja. Biar lebih romantis dan so good."Tentu Alesha dengan senang hati naik motor yang ada di depan matanya. Motor yang ada di depannya adalah salah satu jenis kesukaannya, Harley Davidson. Meskipun keluaran lama masih terlihat gagah. Motor ini adalah milik Pak Kyai yang sering digunakan oleh Fatih. Motor yang sudah digunakan sejak beliau muda. Lalu diwariskan untuk Fatih. Sudah tidak kuat lagi mengendarai motor gede. Lebih nyaman menggunakan mobil.Selain main sepak bola Alesha sangat menyukai berbagai jenis motor moge. Merek Harley Davidson adalah merek yang paling disukai. Cita-citanya ingin membeli salah satu merek motor tersebut. Namun harganya yang sangat mahal, dia mengurungkan niat. Tidak mungkin kedua orang tua dan Abangnya akan membeli motor ter

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 3. Pesan Muzammil kepada Fatih

    "Aku masih nggak habis pikir. Kok bisa-bisanyaPak Kyai bisa menikahkan kamu dengan Fatih," ujar Arafah masih tidak rela seorang Gus Fatih incaran santri Nikah mendadak."Apa? Nggak rela?" ejek Alesha."Iya dong. Aku gini-gini juga suka sama Gus Fatih. Siapa sih yang nggak mau nikah sama Gus Fatih.""Betul, aku juga mau. Lumayan bisa terjamin makan seumur hidup," nimbrung Zainab membuat kedua sejoli yang sedang berdebat diam. Kenapa topiknya jadi berubah."Apa?""Kamu kira keluarga Pak Kyai warung makanan?" ujar Arafah menjitak jidat Zainab dengan pelan."Kan Pak Kyai memang orang kaya. Banyak duit. Artinya bisa beli banyak makanan kan?" sahutnya mengelus bekas jitakan Arafah."Dah lah Alesha, abaikan saja dia. Sekarang jawab pertanyaan aku dengan serius. Kenapa Pak Kyai milih kamu. Kamu kan banyak kekurangan," ujar Arafah serius sambil memegang kedua bahu Alesha."Nah itulah kelebihanku, banyak kekurangan."Arafah menepuk jidat. Percuma tanya ke Alesha. Alesha pasti akan menyembunyik

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 2. Nikah Juga Dengan Suami Idaman Se-Kebon

    "Kalau Alesha nggak nikah dengan Bang Fatih, mending Alesha menjadi perempuan tua saja. Alesha mau melajang seumur hidup dan tinggal sendiri di dalam hutan," ancam Alesha. Muka dibuat-buat segalak mungkin. Mata di micingkan tajam sampai berdenyut. Rasanya sedikit perih. Namun masih ditahan demi anak sebelas."Alesha, sana kamu masuk dulu Nak. Apa kamu gak malu sama Pak Kyai dan Nyai," tegur Yasmin, ibu kandung Alesha. Pasrah dengan sikap anak gadis yang tak lebih seperti anak TK.Yasmin menghela nafas kecil dengan sikap kekanakan sang anak. Meskipun Alesha tomboy dan barbar, pikirannya masih kekanakan. Bertolak belakang dengan Fatih yang sangat dewasa."Bang Fatih nya, Bu?" tanya Alesha sendu. Ibunya orang yang paling tidak bisa dilawan. Senakal-nakalnya dia takut dikutuk jadi kutu. Sudah tidak jaman jadi batu."Kamu masuk dulu ya Nak. Kamu patuh sama Bapak dan Ibu," bujuk Yasmin dengan suara lembut. Suara lembut yang bisa mencairkan keras kepala Alesha."Iya deh," jawab Alesha pasrah

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 1. Lamaran Kyai Ditolak Abang

    "Gimana Pak Ustadz? Apa Pak Ustadz setuju kami meminang Nak Alesha untuk anak kami, Fatih?"'Gila! Gila! Gila! Ini beneran Gila!' jerit seorang perempuan dari balik pintu rumah sambil gigit kain sarung.Perempuan itu mengerut kening ketika pulang bermain, ralat, lebih tepatnya baru selesai nyolong mangga orang dengan anak kampung sebelah. Kerudung hitam yang di atas kepala sudah kusut dan kotor. Blus selutut yang acak-acakan. Tidak lupa kain sarung yang sudah bertengger di sebelah bahu. Bawahannya hanya celana tidur. Bukan celana legging atau celana longgar.Perempuan itu lebih suka pakai celana tidur dibanding celana lain. Lebih praktis. Pulang bisa langsung tidur. Tidak perlu mandi. Mandi hanya saat tercium wangi tak enak dari tubuhnya. Baginya mandi adalah pemborosan. Boros artinya dosa. Dosa artinya masuk neraka.Kembali lagi saat ini, melihat mobil Pak Kyai pemilik Pesantren tempatnya belajar, sekaligus tempat Bapak dan Abangnya mengajar, kakinya otomatis berlari secepat kilat k

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status