Home / Romansa / Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah / Bab 2. Nikah Juga Dengan Suami Idaman Se-Kebon

Share

Bab 2. Nikah Juga Dengan Suami Idaman Se-Kebon

last update Last Updated: 2025-10-18 00:38:42

"Kalau Alesha nggak nikah dengan Bang Fatih, mending Alesha menjadi perempuan tua saja. Alesha mau melajang seumur hidup dan tinggal sendiri di dalam hutan," ancam Alesha. Muka dibuat-buat segalak mungkin. Mata di micingkan tajam sampai berdenyut. Rasanya sedikit perih. Namun masih ditahan demi anak sebelas.

"Alesha, sana kamu masuk dulu Nak. Apa kamu gak malu sama Pak Kyai dan Nyai," tegur Yasmin, ibu kandung Alesha. Pasrah dengan sikap anak gadis yang tak lebih seperti anak TK.

Yasmin menghela nafas kecil dengan sikap kekanakan sang anak. Meskipun Alesha tomboy dan barbar, pikirannya masih kekanakan. Bertolak belakang dengan Fatih yang sangat dewasa.

"Bang Fatih nya, Bu?" tanya Alesha sendu. Ibunya orang yang paling tidak bisa dilawan. Senakal-nakalnya dia takut dikutuk jadi kutu. Sudah tidak jaman jadi batu.

"Kamu masuk dulu ya Nak. Kamu patuh sama Bapak dan Ibu," bujuk Yasmin dengan suara lembut. Suara lembut yang bisa mencairkan keras kepala Alesha.

"Iya deh," jawab Alesha pasrah dengan kedua bahu turun lemas.

Alesha berjalan dengan lesu. Ketika matanya bertemu dengan kedua mata sang Abang, langkahnya menjadi terhenti.

"Awas saja kalau Alesha gagal nikah. Tak doain Abang tak nikah-nikah. Cintanya juga bertepuk sebelah kaki," ejek Alesha menjulurkan lidah.

"Alesha!" tegur Yasmin tidak suka dengan perkataan sang anak gadis.

Alesha segera melengos pergi masuk ke dalam setelah pamit pada Kyai dan Nyai dengan senyum terbaiknya. Bagaimanapun mereka adalah calon mertuanya. Jadi harus bersikap ramah walaupun sudah terlanjur berbuat tidak sopan.

"Jadi bagaimana, Ustadz. Apakah lamaran kami diterima atau ditolak?" tanya Kyai untuk memastikan lagi.

Kyai juga sudah mengenal bagaimana sifat Alesha. Sifat Alesha apa adanya seperti itu yang membuat dia lebih menonjol dibanding santri lain. Tidak ada kebohongan, kepuraan dan kesombongan.

Dibalik sikap yang bar-bar dan bersikap semaunya, Kyai tahu jika Alesha merupakan anak yang baik dan tulus dalam pergaulan. Tidak menyeleweng dari ajaran agama. Tidak seperti ….

"Muzammil, apa kamu masih keberatan dengan lamaran ini. jika keberatan, kamu harus berikan penjelasan yang jelas agar kami bisa menerima keputusan kamu," ujar Ustadz Ahmad membuyarkan pikiran sang Kyai.

"Terserah Bapak saja. Intinya Muzammil sudah memperingati Bapak. Jika anak itu kekeh mau nikah dengan Fatih, dia harus siap menerima Fatih dari di luar dan dalam dari hal yang tidak diketahui," sahut Muzammil.

Muzammil menyerahkan semua keputusan ditangan Bapak dan Adiknya. Alesha juga berhak memilih siapa calon suaminya. Jika memang ada yang disembunyikan oleh Fatih, Alesha harus bisa menerima semua itu. Kecurigaannya juga belum terbukti.

"Jangankan luar dan dalam, bagian tengah-tengah Alesha juga ikhlas menerimanya!" sambung Alesha dengan suara menggema. Dari dalam kamar dia masih menguping pembicaraan lamaran tersebut. Bisa mati berdiri jika lamaran tersebut ditolak.

Mereka sonta melirik ke arah pintu kamar Alesha yang terlihat dari ruang tamu.

"Anak itu bikin malu saja. Maaf ya Pak Kyai dan Nyai," ujar Yasmin malu dengan dengan sikap tak tahu malu sangat anak.

"Iya, tidak apa-apa Ustazah. Namanya juga anak muda. Jiwanya masih menggelora," sahut Nyai Aisyah terkekeh pelan. Sama dengan Kyai, Nyai juga menyukai sikap Alesha.

"Jadi, keputusannya bagaimana?" tanya Kyai penuh harap bisa meminang Alesha untuk anaknya.

"Pak Kyai dan Bu Nyai lihat bagaimana respon Alesha. Kami bisa buat apa. Sebagai orang tua, kami ingin terbaik untuk anak kami. Kami juga sudah kenal bagaimana anak Pak Kyai dan Nyai dengan baik," sahut Ustadz Ahmad tersenyum hangat.

"Syukurlah. Berarti kalian menerima pinangan kami," ucapan Kyai lega. Sang Nyai juga tidak kalah lega lamaran tersebut diterima.

"Yes! Yes! Yes! Nikah dengan Bang Fatih! Nikah dengan Bang Fatih! Bang Fatih, i love you babeh!" teriak Alesha heboh. Loncat kegirangan

Lagi-lagi kedua orang tua dan Muzammil malu di hadapan Kyai dan Nyai. Teriakan Alesha kini terdengar sampai keluar rumah. Diikuti dengan suara gedebak gedebuk. Yakin jika Alesha sedang melompat di atas kasur. Semoga saja kasurnya tidak patah.

***

Dua bulan kemudian, Alesha dan Fatih melakukan ijab kabul di rumah pihak perempuan. Tanpa curiga sama sekali dengan proses akad nikah terlalu cepat. Pak Kyai menyakinkan agar hal baik jangan ditunda-tunda.

Para santri yang mengetahui Alesha akan menikah dengan Fatih seketika hati mereka patah secara berjamaah seperti kerupuk.

Mereka tidak setuju atas pernikahan tersebut. Ada beberapa santriwati yang dengan berani langsung protes ke Pak Kyai. Alesha tidak pantas-pantasnya dengan Fatih. Fatih bagaikan air yang tenang dan suci disandingkan dengan Alesha yang seperti minyak jelantah. Bagaikan langit dan tanah. Si putih bersih dengan sidebu kotor.

Semua penolakan para santri dijawab tentang oleh Kyai. Menyakinkan jika Alesha memang perempuan yang baik untuh Fatih. Ditambah dengan selama ini Kyai sering menjodohkan para santri. Tidak sedikit para santriwati dan santriwan yang ingin dijodohkan oleh Pak Kyai.

Perjodohan yang dipilih Pak Kyai memiliki rumah tangga yang damai. Belum pernah ada yang gagal. Semuanya hidup dengan damai dan tentram. Tidak jarang juga sifat pasangan yang dipilih bertolak belakang.

***

"Alesha, pelet apa yang kamu pakai sampai kamu bisa nikah sama Gus Fatih," protes Arafah salah satu teman baik Alesha yang bertubuh sedikit kurus dan tinggi.

"Iya tuh, kenapa pak Kyai malah pilih kamu sebagai istri Gus Fatih. Pelet mana yang bisa meluluhkan seorang Pak Kyai," tambah Zainab teman salah dua Alesha. Hanya mereka berdua yang bisa menerima dan terbiasa dengan Alesha. Beda dengan Arafah, tubuh Zainab lebih montok dan pendek. Dia suka makan dan malas gerak.

"Hehehe rahasia dong!" jawab Alesha tertawa puas di balik gaun pengantin.

Mereka bertiga saat ini sedang berada di dalam kamar Alesha atau kamar pengantin. Di luar kamar sedang proses ijab kabul. Mereka hanya menikah sederhana tanpa ada pesta pernikahan. Fatih menolak dilakukan acara besar. Alasannya karena dia masih sambung kuliah. Pestanya bisa diselenggarakan setelah selesai kuliah.

Kyai dan Nyai sempat menolak tidak ada pesta pernikahan. Bagaimanapun Fatih merupakan anak satu-satunya mereka. Sudah sewajarnya mereka ingin menyelenggarakan pesta pernikahan dengan mengundang seluruh santri sebagai bentuk syukur. Namun Fatih segera memberi pilihan, jika ingin pesta diselenggarakan maka dia ingin menikah selesai kuliah. Karena tidak ada pilihan Kyai memilih menikahkan mereka dulu dan menyelenggarakan pesta pernikahan di masa mendatang.

"Pelit amat sih."

"Nanti kalian ikut-ikutan lagi pelet Pak Kyai."

"Jadi beneran kamu pake pelet?" tanya mereka berdua dengan serius. Tadi mereka hanya bercanda.

"Kenapa kalian jadi serius. Lagian mana ada orang yang berani pelet Pak Kyai. Boro-boro setan datang, baru Assalamualaikum setannya sudah Wassalam," decak Alesha dikira serius oleh temannya.

"Yah kirain beneran. Mayan kan pelet Pak Kyai sekali lagi," canda Arafah dengan alis naik turun.

"Mau nikung nih?"

"Why tidak?"

"Dasar anak set…."

"Hut, calon pengantin nggak boleh mengumpat," tegur Zainab membungkam mulut Alesha dengan tisu agar make up tipisnya tidak rusak.

"Oh aku lupa. Hari ini kan aku jadi peri. Vakum berteman dengan setan sejenak. Iyakan istri Bang Fatih yang cantik membahana di seluruh pesantren, Umuach," puji Alesha sambil memberikan kecupan manja ke arah cermin.

"Iyuhhh!"

Bersambung ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 5. Apa? Bang Fatih Ada Pacar?

    Fatih telah selesai dengan urusannya. Saat kembali ke parkiran motor, di tengah jalan dia melihat Alesha yang sedang tertawa bebas dengan dua santri yang tidak dikenal olehnya. Di bawah pohon rindang. Dimana Alesha duduk di atas meja dan sebelah kaki di atas kursi."Itu istrinya kamu Gus Fatih? Saya masih heran kenapa Pak Kyai malah memilih dia dari ribuan santri yang ada," komentar salah satu ustadz yang menemani Fatih.Mata mereka bertiga terfokus pada Alesha yang tertawa sampai terpingkal-pingkal. Tidak ada kalem sama sekali."Kamu jangan bicara begitu. Itu pilihan Pak Kyai. Gus Fatih jangan dengar perkataan tadi ya," kata Ustadz satu lagi dengan tidak enak."Saya duluan ya, Ustadz. Assalamualaikum," pamit Fatih tanpa memberi komentar."Waalaikumsalam.""Tuh, kamu lihat ekspresi Gus Fatih. Perempuan yang kamu hina tadi sudah menjadi istri Gus Fatih." "Bukan hanya aku saja yang masih belum menerima keputusan Kyai. Para santriwan dan santriwati juga," belanya."Itu bukan urusan kita

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 4. Pamer Suami Dulu Sebelum Pergi

    "Abang, yakin kita pergi dengan motor ini," tunjuk Alesha ke arah motor yang berdiri gagah di depannya."Iya. Apa kamu keberatan naik motor ini. Atau kita pergi dengan mobil saja," usul Fatih."Jangan! Jangan! Jangan. Kita naik ini saja. Biar lebih romantis dan so good."Tentu Alesha dengan senang hati naik motor yang ada di depan matanya. Motor yang ada di depannya adalah salah satu jenis kesukaannya, Harley Davidson. Meskipun keluaran lama masih terlihat gagah. Motor ini adalah milik Pak Kyai yang sering digunakan oleh Fatih. Motor yang sudah digunakan sejak beliau muda. Lalu diwariskan untuk Fatih. Sudah tidak kuat lagi mengendarai motor gede. Lebih nyaman menggunakan mobil.Selain main sepak bola Alesha sangat menyukai berbagai jenis motor moge. Merek Harley Davidson adalah merek yang paling disukai. Cita-citanya ingin membeli salah satu merek motor tersebut. Namun harganya yang sangat mahal, dia mengurungkan niat. Tidak mungkin kedua orang tua dan Abangnya akan membeli motor ter

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 3. Pesan Muzammil kepada Fatih

    "Aku masih nggak habis pikir. Kok bisa-bisanyaPak Kyai bisa menikahkan kamu dengan Fatih," ujar Arafah masih tidak rela seorang Gus Fatih incaran santri Nikah mendadak."Apa? Nggak rela?" ejek Alesha."Iya dong. Aku gini-gini juga suka sama Gus Fatih. Siapa sih yang nggak mau nikah sama Gus Fatih.""Betul, aku juga mau. Lumayan bisa terjamin makan seumur hidup," nimbrung Zainab membuat kedua sejoli yang sedang berdebat diam. Kenapa topiknya jadi berubah."Apa?""Kamu kira keluarga Pak Kyai warung makanan?" ujar Arafah menjitak jidat Zainab dengan pelan."Kan Pak Kyai memang orang kaya. Banyak duit. Artinya bisa beli banyak makanan kan?" sahutnya mengelus bekas jitakan Arafah."Dah lah Alesha, abaikan saja dia. Sekarang jawab pertanyaan aku dengan serius. Kenapa Pak Kyai milih kamu. Kamu kan banyak kekurangan," ujar Arafah serius sambil memegang kedua bahu Alesha."Nah itulah kelebihanku, banyak kekurangan."Arafah menepuk jidat. Percuma tanya ke Alesha. Alesha pasti akan menyembunyik

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 2. Nikah Juga Dengan Suami Idaman Se-Kebon

    "Kalau Alesha nggak nikah dengan Bang Fatih, mending Alesha menjadi perempuan tua saja. Alesha mau melajang seumur hidup dan tinggal sendiri di dalam hutan," ancam Alesha. Muka dibuat-buat segalak mungkin. Mata di micingkan tajam sampai berdenyut. Rasanya sedikit perih. Namun masih ditahan demi anak sebelas."Alesha, sana kamu masuk dulu Nak. Apa kamu gak malu sama Pak Kyai dan Nyai," tegur Yasmin, ibu kandung Alesha. Pasrah dengan sikap anak gadis yang tak lebih seperti anak TK.Yasmin menghela nafas kecil dengan sikap kekanakan sang anak. Meskipun Alesha tomboy dan barbar, pikirannya masih kekanakan. Bertolak belakang dengan Fatih yang sangat dewasa."Bang Fatih nya, Bu?" tanya Alesha sendu. Ibunya orang yang paling tidak bisa dilawan. Senakal-nakalnya dia takut dikutuk jadi kutu. Sudah tidak jaman jadi batu."Kamu masuk dulu ya Nak. Kamu patuh sama Bapak dan Ibu," bujuk Yasmin dengan suara lembut. Suara lembut yang bisa mencairkan keras kepala Alesha."Iya deh," jawab Alesha pasrah

  • Kukira Suami Masyaallah Ternyata Astagfirullah   Bab 1. Lamaran Kyai Ditolak Abang

    "Gimana Pak Ustadz? Apa Pak Ustadz setuju kami meminang Nak Alesha untuk anak kami, Fatih?"'Gila! Gila! Gila! Ini beneran Gila!' jerit seorang perempuan dari balik pintu rumah sambil gigit kain sarung.Perempuan itu mengerut kening ketika pulang bermain, ralat, lebih tepatnya baru selesai nyolong mangga orang dengan anak kampung sebelah. Kerudung hitam yang di atas kepala sudah kusut dan kotor. Blus selutut yang acak-acakan. Tidak lupa kain sarung yang sudah bertengger di sebelah bahu. Bawahannya hanya celana tidur. Bukan celana legging atau celana longgar.Perempuan itu lebih suka pakai celana tidur dibanding celana lain. Lebih praktis. Pulang bisa langsung tidur. Tidak perlu mandi. Mandi hanya saat tercium wangi tak enak dari tubuhnya. Baginya mandi adalah pemborosan. Boros artinya dosa. Dosa artinya masuk neraka.Kembali lagi saat ini, melihat mobil Pak Kyai pemilik Pesantren tempatnya belajar, sekaligus tempat Bapak dan Abangnya mengajar, kakinya otomatis berlari secepat kilat k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status