Share

CH-473

Penulis: Evanscapenovel
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-05 07:46:16

Xiao Tian menarik napas dalam, dada naik turun perlahan. Langkahnya mantap saat menuruni tiang emas, dari ketinggian satu juta meter.

Begitu kakinya menyentuh tanah, suasana berubah drastis.

Xiao Rui, yang sejak tadi menunggu di bawah, mendengus keras. Wajahnya memerah, matanya menyimpan kilatan kemarahan yang tak lagi bisa disembunyikan. Luka harga dirinya terlalu dalam untuk disembuhkan oleh waktu.

“Xiao Tian, jangan terlalu bangga karena mengukir nama di puncak tiang emas!” suaranya melengking, mencoba menunjukkan keangkuhan yang sudah tak memiliki dasar. “Walaupun kamu memiliki bakat tinggi, kamu belum apa-apa! Setelah keluar dari dunia warisan ini, kamu harus membayar semua yang telah kamu lakukan padaku!”

Namun, sebelum ancamannya selesai terucap—

WHOOSSHH!!

Bayangan berkelebat. Dalam sekejap, Xiao Tian telah berdiri di hadapan Xiao Rui. Tak seorang pun melihat pergerakannya. Seperti bayangan kematian yang muncul tanpa peringatan, keberadaannya menyelimuti udara dengan tek
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kultivator Inti Semesta   CH-474

    Keheningan yang sempat terjaga kembali pecah saat Xiao Tian mengalihkan pandangan pada Xiao Yue. Tatapannya lebih tenang dibandingkan sebelumnya, namun tak kehilangan ketajamannya. Tidak ada permusuhan, tapi juga tidak ada rasa lunak. “Kamu sedikit berbeda dari teman-temanmu. Jangan buat aku kehilangan rasa hormat yang tersisa,” ucapnya, suara itu datar tapi jelas membawa peringatan. Lalu ia menoleh sekilas ke arah Xiao Zimo. “Nasehati dia, sebelum aku benar-benar membunuhnya.” BOOM!!! Aura pembunuh yang tersimpan dalam tubuh Xiao Tian meledak seperti badai dahsyat. Tekanan itu bukan sekadar energi. Itu adalah kehendak mutlak dari seorang yang telah membakar batasan dunia, seseorang yang tidak lagi terikat oleh hukum buatan manusia atau klan. Aura itu mengalir deras seperti gelombang yang menelan semua yang ada di sekitarnya. Setiap partikel udara seolah menjerit di bawah tekanan yang tak terlihat, dan ruang di sekelilingnya terasa bergetar dalam diam. Ribuan bayangan seperti kem

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Kultivator Inti Semesta   CH-475

    Namun, sebelum suasana bisa kembali tenang, dunia warisan langit berbintang tiba-tiba bergetar hebat. Getaran itu seperti gempa surgawi, memukul tanah, langit, dan seluruh ruang yang mengelilinginya. Tanah berdenyut, langit berkedut, dan dimensi itu sendiri seolah melenguh. Seluruh elemen berguncang, dan gelombang energi menyebar dari inti dunia itu. Gelombang itu tidak sekadar kekuatan, tetapi pertanda akan sebuah perubahan besar yang tak bisa dihentikan. Getaran ini tidak hanya dirasakan oleh para generasi muda yang berada di dalamnya, tetapi juga oleh semua monster tua dan pemimpin kekuatan yang menanti di luar. Mereka saling bertukar pandang, membaca pertanda lewat riak energi dan pecahan cahaya yang menyelinap keluar dari celah dimensi. Di antara mereka, Xiao Fa, Tetua Klan Xiao inti, langsung memusatkan seluruh persepsinya ke arah dunia warisan itu. Wajahnya serius, matanya menyorot tajam, penuh harap sekaligus tekanan. Kedua telapak tangannya mengepal di belakang punggung, me

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Kultivator Inti Semesta   CH-476

    Saat semua orang masih membicarakan nama Xiao Tian yang menggetarkan seluruh Alam Langit Berbintang, tiba-tiba gerbang raksasa yang terhubung langsung dengan dunia warisan langit berbintang mulai bergetar. Suara bergemuruh memecah keheningan, seperti suara runtuhnya dunia yang terbelah dari dalam. Retakan dimensi terlihat samar di tepi gerbang, dan dari sana, sosok terakhir yang paling mereka tunggu, dan paling mereka takutkan, perlahan muncul. Xiao Tian. Langkah kakinya mantap. Ia keluar dengan tenang, membelakangi gerbang raksasa yang baru saja ia lewati. Tidak ada kesan tergesa atau gentar. Matanya datar, namun sarat ketegasan. Namun, ketika kakinya menyentuh tanah di luar gerbang, Xiao Tian langsung merasakan tekanan atmosfer yang berbeda—padat dan menyesakkan. Udara terasa kental seperti lumpur dimensi, seolah tidak menginginkan kehadirannya. Napasnya terasa berat, dada seolah ditekan ribuan ton beban. “Sial, mengapa aku keluar ke tempat ini?” gumamnya dalam hati, alisnya menge

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Kultivator Inti Semesta   CH-477

    Jangankan orang-orang yang merasa bingung dengan kejadian yang tiba-tiba ini, Xiao Tian sendiri diliputi kebingungan. Jiwanya bergetar, bukan karena takut, melainkan karena ketidaktahuan yang mendalam. Siapa yang telah menolongnya? Ini jelas bukan kekuatan Leihuo Dashi. Ia mengenali dengan sangat pasti, aura ini bukan berasal dari dalam dirinya. Bahkan Leihuo Dashi pun tidak memiliki jejak energi seperti ini—murni, agung, dan seolah berasal dari hukum semesta yang tak tertulis. Sementara semua orang di udara hanya bisa bertanya-tanya tanpa suara, sebuah pemandangan mengejutkan terjadi di hadapan mereka. Kubah emas yang menyelubungi Xiao Tian perlahan mengangkat tubuhnya ke udara. Tidak terburu-buru, tidak melonjak, tetapi naik dengan stabil, mengabaikan segala bentuk tekanan dari luar. Cahaya dari kubah itu begitu terang dan agung, seakan menolak semua bentuk gangguan duniawi. Cahaya tersebut bukan sembarang cahaya, melainkan simbol pengakuan dan perlindungan dari eksistensi yang tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Kultivator Inti Semesta   CH-478

    Jawaban itu membuat dada Xiao Tian terasa sedikit hangat. Di tengah ancaman dan tekanan dari segala arah, ada satu suara yang memberinya ruang untuk bernapas. Ia tidak menduga bahwa Xiao Yue bersedia mengambil risiko sejauh itu demi dirinya. Meskipun ia tidak tahu seberapa besar kekuatan dunia warisan langit berbintang, dia yakin tempat ini tidak akan diam jika dirinya benar-benar dalam bahaya. Dan sekarang, bukan hanya dunia ini yang menyadari keberadaannya, tetapi juga satu dari darah inti Klan Xiao yang memilih untuk tidak berpaling. Xiao Fa menatap Xiao Tian dengan sorot mata penuh amarah. Urat-urat di pelipisnya menonjol. Rahangnya mengeras, dan napasnya terdengar berat seperti hembusan kemarahan yang tertahan. “Bajingan kecil, ketika Tetua Suci tiba, kamu tidak akan memiliki tempat untuk berlindung lagi!” Namun, yang ia terima bukan ketakutan, melainkan cengiran penuh ejekan. Xiao Tian mengangkat dagunya sedikit. Tatapannya menusuk, dan sorot matanya menunjukkan bahwa ia buka

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Kultivator Inti Semesta   CH-479

    Gerbang raksasa menghilang. Tiang emas menghilang. Rerumputan dan langit emas memudar, dan yang tersisa hanyalah lanskap kosong Alam Guijian seperti sebelumnya. Tanah kembali datar dan sunyi. Langit memucat. Aroma kekosongan menyebar, membungkam segala riak pertarungan yang sempat menggetarkan semesta. KRAAKKK!! Tiba-tiba langit robek seperti kertas yang tercabik. Suaranya menggema seperti retakan dunia, memaksa seluruh makhluk di sekitarnya untuk mendongak. Dari retakan langit itu, muncul seorang lelaki tua berjubah putih yang tampak tenang, namun auranya seperti jurang tanpa dasar. Tidak ada badai energi. Tidak ada tekanan dipaksakan. Namun, hanya dengan satu langkahnya turun dari celah langit, seluruh langit Alam Guijian seakan berhenti bernapas. Suara detak jantung seolah menghilang, waktu sendiri terpaksa menunduk. Para pemimpin kekuatan besar langsung membungkuk, bahkan Pemimpin Paviliun Bayangan Naga Abadi yang sebelumnya setenang batu karang, kini tak bisa bergerak. Napasny

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Kultivator Inti Semesta   CH-480

    Kesadaran ilahi itu menelusuri triliunan mil dengan tenang namun mematikan. Tidak ada satu pun ahli yang berani bergerak, apalagi bernapas lega. Bahkan satu pikiran jahat saja bisa terbaca dengan jelas oleh kekuatan ini. Dunia seperti dihentikan, hanya menyisakan kehendak Tetua Suci yang menjadi pusat segalanya. BUZZ!!! Lelaki tua itu menarik kembali kesadarannya dengan mendengus pelan, matanya berkilat. Sorot itu menunjukkan bahwa ia tidak hanya menemukan jejak, tetapi sudah menetapkan tujuan. “Aku menemukanmu!” Hanya itu yang ia ucapkan, sebelum tubuhnya menghilang begitu saja dari tempat berdirinya. Tidak meninggalkan gelombang kekuatan apa pun, hanya keheningan yang menyelimuti. Seolah kepergiannya sama tajamnya dengan kekuasaannya—sunyi, tapi menggetarkan semua lapisan langit. Para tetua dan ahli Alam Langit Berbintang langsung mengusap keringat dingin dari dahi mereka. Napas mereka kembali hadir, tapi tidak utuh. Bahkan Pemimpin Paviliun Bayangan Naga Abadi yang biasanya tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Kultivator Inti Semesta   CH-481

    Mendengar namanya dipanggil secara langsung, dan orang itu berani meremehkan posisinya sebagai Tetua Suci, ekspresi Xiao Wen berubah muram. Dahinya berkeringat deras, dadanya naik turun menahan amarah. Napasnya tersengal marah, tapi matanya tidak menemukan sumber suara yang bisa dijadikan sasaran. “Siapa sebenarnya kamu? Apakah kamu sedang menyalakan api perang terhadap Klan Xiao ku?” teriaknya dengan suara menahan tekanan. Sorot matanya liar, mencoba mencari jejak si pemilik suara yang membekukannya di udara. “Hahaha… menyalakan api perang? Xiao Wen, kamu terlalu melebih-lebihkan dirimu. Di dalam Klan Xiao, siapa yang berani mengatakan perang terhadap tuan muda. Sekarang kembalilah. Mengingat kamu adalah Tetua Suci, aku akan memberikan wajah demi Yang Mulia Dewa Tertinggi, Xiao Jian. Namun, jika kamu berani ikut campur tangan secara langsung terhadap seorang junior lagi, aku pastikan bahkan Tetua Agung di Klan Xiao pun tidak akan ada yang bisa melindungi nyawa tuamu itu!” Kata-ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05

Bab terbaru

  • Kultivator Inti Semesta   CH-496

    Di sisi lain, di wilayah generasi tua, situasi jauh lebih tegang. Di sebuah dataran yang berbeda dari lahar sebelumnya, kekuatan yang saling berhadapan sudah terkumpul dalam formasi penuh. Pemimpin Paviliun Gerbang Kematian berdiri di garis depan, diapit oleh Pemimpin Rumah Suci Matahari Hitam dan Rumah Suci Langit Berdarah. Di belakang mereka, para tetua berdiri sejajar, auranya menggelegar. Mereka mengepung dua kelompok kecil: Pemilik Villa Hati Seribu Bintang dan Pemimpin Paviliun Bayangan Naga Abadi, bersama para tetua mereka yang terlihat jauh lebih sedikit. Gu Yang, Pemimpin Paviliun Gerbang Kematian, melangkah maju, senyum licik mengembang di wajahnya. “Gu Yang, apa maksudnya ini?” tanya Pemimpin Paviliun Bayangan Naga Abadi, suaranya tenang tapi tegas. Wajahnya tidak menunjukkan kepanikan, sebaliknya sangat tenang, seolah ia telah memperkirakan semua ini sejak awal. Gu Yang tertawa panjang. “Hahaha, orang tua... kalian telah hidup terlalu lama. Daripada menjadi makhluk tua

  • Kultivator Inti Semesta   CH-495

    Di luar, tak satu pun tahu apa yang sedang terjadi. Mereka tidak memahami kekuatan itu, tidak mengenal kemampuan melahap selevel ini. Mereka hanya bisa menyaksikan monster darah sebesar gunung itu perlahan memudar—dari kokoh, menjadi transparan, lalu hancur menjadi aliran energi yang tersedot ke dalam cincin Xiao Tian. BAANG!!! Monster darah itu akhirnya meledak. Energinya terserap sepenuhnya ke dalam cincin Xiao Tian. Di saat yang sama— PLOF! PLOF! PLOF! Neo Jhinyu, Wong Hai, dan Xi Wangmu memuntahkan darah segar. Wajah mereka kini benar-benar seperti mayat hidup. Daging mereka menghilang. Hanya kulit keriput yang menempel pada tulang. Mata mereka nyaris keluar dari rongganya. Ketiganya menatap Xiao Tian dengan mata membelalak, tubuh mereka gemetar hebat. Rasa takut tak lagi bisa disembunyikan. Nafas mereka bergetar, dan langkah pun tak bisa lagi diambil. Teknik rahasia mereka—teknik yang telah mereka gunakan untuk membantai banyak kekuatan besar, bahkan menghancurkan beberap

  • Kultivator Inti Semesta   CH-494

    Xiao Tian menatap monster darah itu tanpa berkedip. Tatapannya dingin, namun dalam hatinya bergemuruh rasa ingin membantai. Ia sangat ingin mengeluarkan pedang karat misterius yang selama ini setia bersamanya. Energi pekat dari monster darah itu adalah santapan sempurna bagi artefak itu. Namun, ia menahan keinginannya. Karena dia tahu, sekali pedang itu keluar, maka penyamarannya akan berakhir. Semua orang akan langsung mengenalinya, sebab pedang karat misterius bukanlah artefak biasa. Ribuan pasang mata sudah mengenalnya sebagai tanda tangan Xiao Tian. Dalam hati, dia berkomunikasi cepat. “Roh tua, tenang saja. Walaupun kamu tidak aku keluarkan, aku akan memastikan monster darah itu menjadi makananmu!” Jawaban belum terdengar, namun dari dalam cincin dewa, aura pedang karat misterius mulai bergemuruh antusias, seolah-olah mengerti maksud tuannya. Cincin itu bergetar ringan, mengeluarkan denyut lembut yang tak terdengar oleh siapapun kecuali Xiao Tian. Di sisi lain, Neo Jhinyu, W

  • Kultivator Inti Semesta   CH-493

    Neo Jhinyu mencoba bangkit dengan membalas. Giginya bergemeletuk menahan emosi yang berbaur dengan rasa malu. “Sebenarnya siapa kamu? Aku tidak percaya kamu adalah anggota Villa Hati Seribu Bintang!” Xiao Tian mengangkat dagunya sedikit, mendengus dingin. Dalam sikapnya tidak ada tergesa. Suaranya tetap tenang, seolah ia adalah hakim yang akan memutuskan akhir hidup di hadapannya. “Siapa aku itu bukan urusanmu. Hal yang perlu kamu tahu adalah, tempat ini akan menjadi kuburanmu.” Mata Neo Jhinyu menajam. Ia tak bisa lagi berpura-pura tenang. Sorot matanya bergetar hebat, wajahnya memucat, tapi dari mulutnya meluncur teriakan terpaksa. “Sial, karena kamu menolak untuk mengampuni kami, maka walaupun kami mati, kami akan menyeretmu mati bersama!” Suara teriakannya menggema. Ia menatap Wong Hai dan Xi Wangmu, memberi aba-aba dengan pandangan yang sudah penuh keputusasaan. “Gabungkan teknik terkuat kita. Biarkan bajingan itu mati bersama kita!” Tanpa ragu, ketiganya langsung membaka

  • Kultivator Inti Semesta   CH-492

    Dengan tenang, Xiao Tian mengangkat tangannya. Dari dalam tubuhnya, kilatan petir melingkar dan membentuk sebuah cambuk panjang yang mendesis ganas, memancarkan tekanan seperti binatang buas yang baru dibangkitkan dari tidur panjang. Cambuk itu tidak hanya bergerak, tapi mengaum—menggigilkan tulang-tulang siapa pun yang mendengarnya. Lalu, dia bergerak. Bagaikan singa kelaparan yang menerkam kawanan tikus. Slash! Slash! “EAAAAAAHHHHH!!” “EAAAAAAHHHHH!!!” “EAAAAAAHHHHH!!!” Jeritan demi jeritan mengoyak udara panas. Setiap kali cambuk petir menghantam tubuh lawan, bukan hanya luka yang tercipta—tetapi ledakan. Tubuh-tubuh meledak menjadi kabut darah, daging mencair, tulang hancur, dan jiwa terlempar sebelum lenyap. Tanah bergetar, udara terasa sesak karena aroma darah yang membumbung tinggi. Darah menyembur ke segala arah. Suara cambuk dan jeritan kematian membentuk orkestra kematian yang tidak bisa dilupakan oleh siapa pun yang mendengarnya. Bahkan para anggota Paviliun Bayang

  • Kultivator Inti Semesta   CH-491

    Wajah Long Hotian menjadi sangat buruk. Ia tahu, kekuatan seperti ini bukan hal yang bisa mereka lawan. Ia mungkin bisa melarikan diri jika ingin, tapi anggotanya—termasuk Bai Ruochen—tidak akan selamat. Skenario ini adalah jebakan yang sempurna. Perangkap yang telah disusun dengan rapi, dan kini mulai dijalankan. Di tengah tekanan hebat itu, saat semua orang menahan nafas, dan sebagian mulai dilanda kepanikan— Xiao Tian melangkah maju. Langkahnya tenang, bahkan ringan. Wajahnya datar, tak menunjukkan rasa gentar sedikit pun. Setiap gerakannya tidak menciptakan gelombang energi besar, namun diam-diam menyalakan perubahan atmosfer. Seakan ruang mengenali bahwa sesuatu yang asing telah bergerak. “Akhirnya… kebetulan aku sudah pegal tidak bertarung. Kalian cukup untuk sedikit merentangkan otot-otot ku!” Semua pandangan tertuju padanya. Para anggota ketiga kekuatan besar mengalihkan fokus mereka. Namun alih-alih waspada, mereka justru tertawa keras—tawa mengejek, meremehkan, seolah k

  • Kultivator Inti Semesta   CH-490

    Dataran tandus yang awalnya hening berguncang hebat, seperti ditarik dari inti bumi oleh kekuatan yang tak terlihat. Suara retakan menyebar di segala arah, angin berdesir memutar liar, menciptakan pusaran energi yang mencakar langit. Dua pusaran raksasa terbentuk dengan sempurna tepat di tengah-tengah dataran. Pusaran itu berputar perlahan, namun menyimpan kekuatan luar biasa yang seakan mampu menelan seluruh langit di atasnya. Salah satu pusaran memancarkan cahaya ungu keemasan, sinarnya berdenyut pelan seperti napas makhluk hidup. Sementara yang satu lagi menyala merah darah bercampur hitam pekat, menciptakan bayangan kelam yang menyebar hingga ke kaki para pengamat. Pemilik Villa langsung berseru lantang, suaranya bergema kuat di seluruh penjuru area. Nada bicaranya tidak terburu-buru, namun penuh otoritas. “Kalian generasi muda, memasuki pusaran sebelah kiri! Sedangkan yang berusia di atas empat puluh tahun, kalian memasuki pusaran sebelah kanan! Generasi muda dan generasi tua

  • Kultivator Inti Semesta   CH-489

    “Kita harus bergegas. Paviliun Bayangan Naga Abadi sudah menunggu kita terlalu lama. Mereka akan ikut masuk ke area terlarang,” ucap Pemilik Villa dengan suara penuh wibawa. Salah satu Tetua bertanya pelan, nada suaranya hampir tenggelam di tengah gemuruh siaga kapal perang. “Tuan, apakah itu tidak menjadi pemborosan?” “Tidak. Paviliun Bayangan Naga Abadi ikut berkontribusi untuk merawat area terlarang ini. Lagipula lokasinya berada di perbatasan antara Villa Hati Seribu Bintang dan Paviliun Bayangan Naga Abadi. Jadi itu adalah hal wajar untuk berbagi kekayaan.” Jawaban itu membuat semua Tetua langsung diam. Tidak ada lagi pertanyaan. Semua langsung menaiki kapal perang. Satu per satu, formasi pelindung diaktifkan dan energi mengalir deras, menyelimuti seluruh badan kapal dengan lapisan perlindungan rapat. Kapal itu melesat menembus langit, meninggalkan jejak cahaya panjang di belakangnya. Sepanjang perjalanan, suasana dalam kapal dipenuhi bisik-bisik dan pandangan penuh rasa ingi

  • Kultivator Inti Semesta   CH-488

    Xiao Tian mengikutinya dari belakang, langkahnya mantap namun tanpa suara, dan ketika burung raksasa itu terbang, pemandangan megah Villa Hati Seribu Bintang terbentang luas di bawah mereka. Gunung-gunung yang menembus awan jumlahnya tak terhitung. Ada air terjun spiritual yang jatuh dari puncak-puncak suci, padang rumput berbunga, hingga formasi-formasi terapung yang berkilauan di langit. Tiang-tiang cahaya spiritual menghubungkan langit dan bumi, dan setiap sudut wilayah itu menunjukkan kemegahan sebuah kekuatan yang telah mengakar selama ribuan tahun. Semua pemandangan ini tidak bisa dilihat oleh orang luar, hanya mereka yang berada di lingkaran inti Villa yang bisa menyaksikannya. Dari kejauhan, beberapa murid dan Tetua yang sedang beraktivitas di langit dan daratan melihat Bai Ruochen terbang bersama seseorang. Tatapan mereka langsung tertuju ke pemuda asing yang duduk di belakang Putri Suci. “Siapa pemuda itu? Beruntung sekali dia bisa duduk di belakang Putri Suci sambil menu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status