Share

Bab 3 Mantu Ayu Ting-ting

"Jangan keterlaluan kamu, Rani! Jika maharnya sebesar itu, mana ada lelaki yang mau jadi suamimu!" ucap Bang Jali, meninggikan suaranya.

"Hush! Jangan ngomong begitu! Kalau persyaratan menjadi istrimu juga seperti itu, nggak akan ada yang mau jadi istrimu!" jawabku masih santai. Meladeni orang seperti dia, tak perlu dengan emosi juga. Dengan begini saja, pasti dia semakin kebakaran jenggot.

"Kamu tidak tahu saja, banyak yang mengantri untuk menjadi istriku. Apalagi pekerjaanku sudah mapan. Seharusnya kamu bersyukur, karena beruntung akan menjadi istri seorang PNS!"

Beruntung apanya? Yang ada malah buntung. Mending dapat suami buruh tani, tapi mau bekerja sama dan saling membantu untuk orang tua. Daripada dapat PNS, maunya menang sendiri.

"Ya, karena mereka yang antre, belum tahu kehidupan seperti apa yang nantinya akan dijalani setelah menikah. Makanya mereka sampai rela antre. Coba kalau sudah tahu akan dijadikan romusha, pasti mereka semua kabur satu persatu."

"Romusha bagaimana maksudmu?"

"Ya, itu! Kerja beresin rumah, kerja bantu cari duit juga. Terus kapan istri istirahatnya? Punya suami kok kayak dijajah Jepang!"

"Sudah menjadi tugas istri mengerjakan pekerjaan rumah tangga!" Dia terus saja kekeuh pada pendiriannya.

"Dan sudah menjadi tugas suami mencari nafkah!" balasku tak mau kalah.

"Istri bekerja mencari uang, hanya untuk membantu keuangan suaminya, agar bisa cepat memiliki rumah sendiri. Emang mau selamanya menumpang dengan mertua?"

"Sandang, pangan, papan, itu adalah tanggung jawab suami, bukan istri. Tanggung jawab istri, menjaga harta suami, mendidik anak. Tak ada mencari nafkah agar terpenuhi papannya."

Bang Jali terdiam. Hidungnya kembang kempis seperti menahan amarah.

Jika tak sanggup untuk memenuhi segala kebutuhan istri, untuk apa menikah coba? Aku juga tak sebodoh yang dia pikirkan. Mana mungkin mau menjadi babu plus-plus. Bukannya dapat gaji, malah kerja bakti. Sorry, dory strawberry!

Suasana yang awalnya adem ayem, kini berubah rusuh. Acara lamaran berubah menjadi acara debat sengit. Bang Jali, seakan merasa paling benar, dengan segala pemikirannya. Dan aku merasa semua pemikiran lelaki itu salah dan harus dibenahi.

Sebenarnya, aku juga akan meringankan beban suami dengan tidak mempersulit mahar. Tapi, karena calon suami seperti Bang Jali, makanya aku akan minta setinggi langit dan seindah bulan.

"Rumah butut, pekerjaan hanya sebagai buruh pabrik, tapi mahar minta milyaran rupiah. Nggak tahu malu! Daripada mengeluarkan uang banyak, dan dapat istrinya kamu, lebih baik aku melamar Ayu ting-ting! yang sudah jelas dalam segala hal!" sungut Bang Jali.

Geli sekali melihatnya seperti itu. Baru bekerja sebagai guru yang kebetulan sudah negri saja, sok mau melamar artis. Paling berapalah gaji dia sebulannya. Kurasa gajiku sebagai mandor di pabrik sama besarnya dengan dia.

Ternyata lelaki jika sudah kalah telak, akan menghina sampai ke akarnya. Aku pikir, wanita saja yang bisa seperti itu.

"Ya, silahkan Bang. Lamar saja Ayu ting-ting. Palingan, masih sampai pintu gerbangnya, abang sudah diusir," ucapku cekikikan. Dan tentu saja membuat lelaki itu semakin marah. Wajahnya sudah merah padam seperti tersiram air mendidih.

"Ayo, Bu, Pak, kita pulang saja. Batalkan pernikahan ini. Jangan lupa, cincin tunangannya ambil kembali!" ucap Bang Jali sengit. Wajah kedua orang tua Bang Jali serta keluarganya juga tak kalah sengit.

Selain menahan malu, mereka juga pasti menahan pipis.

"Alhamdulillah ... " celetukku lantang dan membuat semua orang memandangku dengan aneh.

Bagaimana tidak aneh, biasanya wanita yang gagal menikah akan menangis tersedu-sedu. Sementara aku, malah mengucapkan syukur.

Ibu menyenggol lenganku pelan. Saat tersadar spontan mengucapkan hamdalah, aku langsung menutup mulut dengan kelima jari. 

Kulepaskan cincin di jari manis yang sempat disematkan oleh calon ibu mertua.

"Dengan senang hati, kukembalikan cincin pertunangan kita, Bang!" Aku berdiri menghampiri lelaki itu. Tangan ini langsung menyerahkan sang cincin tepat di telapak tangan mantan calon suami. Tak lupa senyuman termanis kuberikan padanya, sebagai salam perpisahan.

"Kukembalikan dengan ikhlas," bisikku, yang pasti didengar olehnya.

"Ingat, tidak hanya satu cincin, tapi dua cincin yang harus dikembalikan sebagai denda karena pertunangan ini putus!" ucapnya ketus.

"Hey, Bang PNS, yang mutusin kan situ! Rani ya nggak harus balikin dua kali lipatlah. Malah seharusnya, cincin itu hangus alias jadi milik Rani karena Abang yang membatalkannya!" celetuk, Murti tetangga samping rumahku.

Semua tetanggaku, memanggilnya Bang PNS, karena saat berkenalan dia selalu saja mengucapkan gelarnya sebagai guru yang sudah negri.

"Enak saja! Kegagalan pernikahan ini, kan disebabkan oleh dia!" tunjuknya yang tepat di keningku.

"Gara-gara dia meminta mahar yang tak masuk akal, makanya pertunangan ini putus. Jadi, dia harus mengganti rugi dua kali lipat!" lanjutnya, melirik sinis ke arahku.

"Udah Bang, pulang saja! Malu sama gelar sebagai PNS, tapi pertunangan putus, minta ganti dua kali lipat. Macam orang nggak mampu aja, Abang ini!" celetuk Misnah, dan berhasil membuat Bang Jali terdiam.

Bukan karena tetangga mereka membelaku. Tapi karena, semua yang mereka lihat dan dengar makanya semua berada di pihakku. Kecuali keluarga mereka.

Kadang suka heran. Mereka, punya anak perempuan. Apa mau, anaknya diperlakukan seperti itu nantinya? Atau memang sudah begitu adat istiadat keluarga Bang Jali? Entahlah. Malas memikirkannya.

"Sudah miskin! Tidak tahu diri. Untung anakku tidak jadi menikah denganmu!" ucap mantan calon ibu mertua sewot. Sesak napasnya sudah hilang. Berganti dengan keangkuhan.

Calon Bapak mertua juga ikut berdiri. Tapi ia tak mengeluarkan kata, sepatah ataupun duapatah. Hanya wajahnya saja, yang memperlihatkan kekesalan yang begitu besar.

Tak ada lagi ucapan salam, atau pun saling berjabatan tangan. Mereka semua pergi tanpa permisi.

"Daaa ... Selamat mendapatkan mantu Ayu Ting-ting!" teriakku sambil melambaikan tangan. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isabella
wkwkwkwk ayu Ting Ting aja pilih pilih.
goodnovel comment avatar
Ardhy Daffa
lanjut kak seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status