Share

Bab 8 Gara-gara Tidak Fokus

Sudah jam lima sore, para pekerja pabrik Mabel, mulai membubarkan diri. Termasuk aku.

"Memang kamu tega, Ran! Masa aku lagi makan, main tinggal aja!" gerutu Sinta saat kami bertemu di jalan menuju parkiran.

"Habis, kalau deket kamu, kewarasanku ikut menghilang! Pengennya itu, ngania-ya orang aja!" sahutku terus melangkahkan kaki cepat.

"Ck! Kayak baru kenal aku aja kamu ini!"

"Karena udah kenal lama, makanya aku was-was kalau udah dekat kamu. Takut ketularan!"

"Hissh! Emang kamu pikir, aku virus apa? Eh, ngomong-ngomong, aku nebeng ya! sepeda motorku tadi pagi mogok. Jadi, nggak bisa dibawa. Perginya aja tadi aku diantar sama bapak, naik sepeda ontel," rayunya sambil mengedipkan mata.

"Iya, ya udah ayo!" Aku menaiki sepeda motor dan diikuti olehnya yang duduk di jog belakang. 

"Tapi, antar sampe rumah ya. Jangan diturunin di jalan."

"Iya! Gampang. Jangan lupa uang bensinnya!" selorohku, sambil melajukan sepeda motor.

Hanya dia harta satu-satunya yang kupunya. Motor butut hasil kerja keras selama ini. Dibeli secara cash, walaupun second. Daripada baru tapi kredit, aku lebih memilih cash, walaupun bekas. Alasannya karena malas mikirkan hutang. Kalau dikalikan, juga ruginya banyak. Udah kaya, makin kaya lah dealer motor di Indonesia ini. Sementara aku, semakin melarat mikirin kreditan.

"Perhitungan banget sih jadi orang! padahal, kan searah."

"Iya, arah kampungmu ke kiri, kampungku ke kanan!" gerutuku.

"Ya nggak apa lah! Hitung-hitung cari pahala. Sekalian nanti, aku kasih tau lelaki yang naksir sama kamu!"

"Ck! Itu lagi bahasanmu!"

"Siapa tau jodoh. Orangnya baik, kok. Pekerja keras juga."

"Kenapa nggak sama kamu aja!"

"Ck! Aku sih mau aja. Tapi dianya yang nggak mau sama aku. Bayangin aja, kalau ketemu di jalan, yang ditanyain kamu terus, sampe bosen dengernya. Gimana ada celah untuk kutikung hatinya coba?"

"Itu semua, karena dia cuma penasaran sama aku. Nanti kalau udah deket, pasti dia bosen dan cari yang baru."

"Makanya jangan lama-lama kenalan, langsung nikah!"

Enak aja dia kalau ngomong. Nggak tau kalau aku masih trauma dengan Bang Jali. Baru kenal dua minggu udah mau diajak tunangan. Ujung-ujungnya putus di tengah jalan.

"Kamu pikir, menikah segampang itu? Baru kenal langsung ngajak nikah. Kan belum tahu sifatnya. Kalau sama dengan yang udah-udah gimana?"

"Oalah, Ran! Yang namanya sifat asli, semua orang nggak akan pernah tau. Meskipun udah bertahun-tahun pacaran. Karena setiap orang, pasti nyembunyiin sifat aslinya sampai dia menikah. Kamu lihat kan, yang pacaran bertahun-tahun tapi usia pernikahannya cuma beberapa bulan. Itu semua karena sifat aslinya baru ketahuan pas udah jadi pasangan suami istri. Pacaran lama juga nggak menjamin kamu tau sifat asli lelaki. Yang ada cuma nambah dosa aja pacaran terlalu lama. Tiap jumpa pegangan tangan. Tiap jalan berhenti di gelap-gelapan ci*uman. Pikirkan udah berapa banyak dosa yang ditumpuk. Lagian, nggak ada manusia sempurna di muka bumi ini. Setiap kelebihan, pasti ada kekurangan. Termasuk diri kita sendiri. Nih, ya. Kalau aja ada yang mau langsung melamar aku. Pasti langsung kuterima. Asal sesuai dengan kriteria."

Bener juga yang dibilang Sinta. Meskipun ot*knya agak miring, kalau ngomong asal ceplos, tapi kadang pemikirannya ada benernya juga.

Banyak juga kok yang ta'aruf, tapi pernikahan mereka langgeng. Padahal, mereka tak saling kenal dan tau sifat masing-masing dari pasangannya. Sedangkan yang berpacaran lama, hanya beberapa bulan aja usia pernikahannya. Ya, walaupun nggak semuanya begitu.

"Kadang, ot*kmu bener juga, Sin. Aku sempet nyesel baru kenal langsung mau diajak tunangan loh. Karena kejadian ini."

"Ngapain disesali yang udah terjadi. Anggap aja itu sebagai perjalanan hidup."

"Iya, juga ya. Tapi, tetep aja. Aku kan belum ketemu dan kenalan sama orangnya. Ngapain berpikiran sejauh itu."

"Hmmm ... Orangnya ganteng, loh. Cuma agak hitam aja, terpanggang sinar matahari. Kalau dibandingkan sama Si Jali, jelas kalah telak dia gantengnya. Si PNS itu, kan cuma menang putih aja."

"Nggak usah sebut namanya lagi, bisa! Eneg aku dengarnya."

"Iya, nggak akan kusebut namanya lagi."

Lima belas menit sudah berlalu, akhirnya kami sampai di kediaman Sinta.

"Sttt! Itu orangnya, Ran!" bisik Sinta, melirik ke jalan. Aku spontan mengikuti pandangannya.

Ternyata benar, ada seorang lelaki muda yang sedang melintas sambil memperhatikan kami. Dia tersenyum saat bertemu pandang denganku Tak ingin dikatakan sombong, aku pun ikut senyum sebagai balasannya.

Ternyata memang wajahnya cukup tampan. Seperti aktor twilight, yang jadi srigalanya itu. Si Jacob, kalau nggak salah. Tapi ini versi Indonesia. Jadi, nggak terlalu berotot.

Lelaki itu, terus saja melihat ke arahku, tanpa memperhatikan jalannya.

"Eh, Bang Juna! Awas, di depan ada parit!" teriak Sinta pada lelaki itu.

'GRASAK!'

Tak sempat menghindar, akhirnya dia nyungsruk ke parit.

"Tuh, kan! Makanya, kalau lagi jalan, yang dilihat jalannya Bang. Bukan malah jelalatan!" teriak Sinta lagi, tanpa berusaha menolongnya.

Mungkin karena malu, lelaki yang dipanggil Juna tersebut oleh Sinta, tak lagi melihat ke arah kami. Ia berusaha keluar dari parit dan pergi begitu saja.

Bukannya simpati, Sinta justru tertawa terbahak-bahak, sambil memegangi perutnya. Bahagia sekali dia melihat orang kesusahan.

"Heh, udah! Kasihan, tu orang malu, kamu ketawain."

"Habis lucu sih. Bisa-bisanya nyungsep di parit. Karena terpesona kecantikanmu!" Aku juga jadi ikut tersenyum mengingat kejadian yang barusan terjadi.

"Ehemm. Tuh, kan. Langsung kesemsem! Baru lihat orangnya, udah senyum-senyum sendiri,"

"Apaan sih. Itu tadi, karena dia duluan yang senyum. Makanya aku bales senyum. Nanti dikatain sombong pula!"

"Halah, alasan! Tapi ... Ganteng kan?"

"Lumayan," sahutku keceplosan.

"Cuiitt, cuiitt. Nggak butuh waktu lama untuk move on nih!"

"Apaan, sih! Udahlah, aku mau pulang dulu."

"Oke, makasih ya! Mau nitip salam nggak sama yang tadi? Salam tempel gitu misalnya!"

"Sak karepmu! Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam. Hati-hati di jalan. Kalau jatuh, jangan lupa bangun!" teriak Sinta saat aku sudah melajukan sepeda motor.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dedi Novian
cerita nya asyik..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status