Share

Kumiskinkan Suami Tukang Selingkuh
Kumiskinkan Suami Tukang Selingkuh
Penulis: Dian Matahati

Bab 1. Istri Lain Sanjaya

Zahera berjalan setengah berlari menuju ruang ICU dimana dia mendengar suaminya dirawat. Setahunya, Sanjaya — suaminya yang sedang ada project pekerjaan di Surabaya selama sebulan ini, mengabarkan jika kemarin akan datang ke rumah sakit hanya untuk melakukan tindakan bedah mulut atau operasi kecil, dalam rangka mencabut gigi bungsu yang selama ini selalu menjadi masalah di kesehatannya. 

Namun tiba-tiba saja, malam harinya Zahera justru dikabarkan jika sang suami harus dipindahkan ke ruang rawat intensif / ICU karena kondisinya kritis. 

"Gimana kondisi suami saya, Dok?" tanya Zahera dengan panik begitu menerobos ruang ICU yang sebenarnya tidak boleh ada yang masuk di luar jam besuk. 

"Maaf, ini dengan keluarga atas nama siapa ya, Bu?" 

"Sanjaya Pratama. Katanya tadi malam mulai masuk ICU," jawab Zahera lagi dengan cepat.

"Kalau boleh tau, ini dengan siapanya?" 

"Saya? Saya istrinya, Dok!" kata Zahera lagi agak kesal karena pertanyaan singkatnya justru dibalas dengan rentetan pertanyaan yang panjang. 

"Lho, kok beda sama yang tanda tangan tadi malam? Soalnya kondisi pasien sudah dijelaskan kepada perempuan muda yang tadi malam mengaku sebagai istrinya juga. Bahkan beliau juga yang menjadi penanggung jawab selama dirawat di sini. Coba ibunya tanya sama istrinya Pak Sanjaya saja ya. Soalnya sudah dijelaskan tadi pagi sama beliau." 

"Loh, ini gimana sih? Yang istrinya itu saya. Saya istri sahnya Mas Jaya. Kenapa saya malah disuruh tanya sama orang lain yang saya gak tau siapa dia?" 

Zahera sangat emosi saat tim medis yang berada di dalam ruang ICU seakan mempersulitnya untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi sang suami. Apalagi dengan alasan jika sudah memberitahukan kondisi tersebut kepada perempuan yang mengaku sebagai istri suaminya. 

Perdebatan di ruang ICU itu tentu saja tidak bisa dibiarkan berlarut karena akan mengganggu kenyamanan pasien-pasien yang tentu saja membutuhkan suasana tenang. 

"Sus, tolong panggilkan saja keluarga Pak Sanjaya yang semalam. Biar ibunya tahu siapa yang tadi malam mengaku sebagai istri Pak Sanjaya juga. Jadi mereka berdua bisa menyelesaikan sendiri urusan kekeluargaan ini di luar ruangan," titah sang dokter kepada perawat ruang ICU untuk segera dilaksanakannya. 

"Baik, Dok."

Zahera mendengarkan panggilan tersebut dengan hati yang bergemuruh. Rasanya di dadanya sudah akan ada bom waktu yang siap meledak kapan saja. Andai saja dia tidak ingat sedang berada di mana. Pasti dia akan mengobrak-abrik seluruh ruangan luas tersebut untuk melampiaskan amarahnya. 

Sambil menunggu seseorang yang dipanggil dari alat pengeras suara atas nama keluarga Tuan Sanjaya Pratama masuk ke ruang ICU, Zahera melakukan pengamatan sekilas mencari keberadaan sang suami. 

Matanya lekas memindai ruang yang hanya berbatas tirai berwarna hijau itu dengan nomor 5 di bagian atasnya. Meski tidak begitu jelas karena dari jauh, tapi Zahera yakin jika pasien yang terbaring tidak sadar dengan wajah yang penuh alat bantu itu adalah suaminya. 

Radarnya bisa menyala dengan cepat untuk mencari keberadaan suami yang sudah menikah dengannya selama 9 tahun lamanya itu. Mengingat angka kebersamaan mereka yang tidak sebentar itu, membuat sudut hati kecilnya nyeri. 

'Kenapa ada yang mengaku sebagai istrimu di sini, Mas? Apa yang sebenarnya terjadi? Kamu tidak sedang…. menduakanku kan?' batin Zahera sangat pedih. 

Keterdiaman Zahera harus diinterupsi dengan kedatangan seseorang yang membuka pintu ruang ICU. Posisi Zahera yang membelakangi pintu membuat dadanya berpacu semakin kencang. 

"Dengan keluarganya Pak Sanjaya?" tanya seorang perawat untuk memastikan.

"Iya, Sus. Saya istrinya." 

Zahera langsung menoleh secepat kilat setelah mendengar sendiri jawaban seorang perempuan yang entah siapa, dengan percaya diri mengaku sebagai istri suaminya. 

"Apa? Istri Pak Sanjaya? Kamu gila ya? Sejak kapan suamiku menikahi kamu?" sahut Zahera dengan tatapan membunuh. 

Zahera terlihat jelas menggunakan tatapan mengintimidasi untuk memperlihatkan kekuatannya. Dia seakan siap menebas siapa saja yang mengusik miliknya. Tentu saja nyali perempuan yang diserangnya dengan tatapan tajam langsung menciut. 

"K-kami baru menikah sebulan yang lalu," jawabnya dengan tergagap. 

Anggota tim medis yang melihat gelagat tidak benar di kedua perempuan yang sama-sama mengaku istri salah satu pasiennya itu, akhirnya mengusir keduanya dan meminta mereka menyelesaikan urusan pribadi di luar ruang ICU. 

Mereka juga menjelaskan jika jam kunjung pasien di ruang ICU hanya pada jam 16.00 sampai dengan 17.00 WIB saja. Dan hanya boleh 1 pengunjung yang berada di dalam untuk membesuk. 

Karena dipaksa keluar, Zahera pun keluar dengan menarik tangan perempuan yang belum dikenalnya tersebut. Tentu saja dengan kasar dan tidak sabar. 

"Au! Kasar sekali sih! Kamu menyakiti pergelangan tanganku, Mbak. Pantas saja Mas Jaya bilang mau cerai sama istrinya. Kelakuannya aja bar-bar begini." 

"Apa?" bentak Zahera dengan lantang begitu mereka keluar dari ruang ICU. 

Tatapan para penunggu pasien yang lain diabaikan oleh keduanya karena fokusnya hanya pada satu sama lain. 

"Iya. Mas Jaya bilang kalau dia sedang proses bercerai dengan istrinya. Makanya aku mau dinikahi secara siri dulu. Karena katanya setelah perceraian kalian beres, aku mau dinikahi secara resmi menggantikan posisimu." 

Zahera tertawa mendengar bualan perempuan yang dirasanya sudah gila. Hubungannya dengan Sanjaya selama ini sangat baik dan harmonis. Meski sering berhubungan jarak jauh karena tuntutan pekerjaan sang suami yang berpindah-pindah lokasi, tapi tidak pernah sedikit pun mereka mendengar ada permintaan pisah dari satu sama lain. 

"Kamu halu ya? Hubungan kami selama ini baik-baik saja. Bahkan kami sudah dikaruniai seorang putra yang sekarang sedang kutitipkan ke ibunya Mas Jaya. Mas Jaya juga belum lama ini ngajak program hamil anak kedua kok. Jadi mana mungkin Mas Jaya bilang mau menceraikan aku?" tandas Zahera dengan sangat yakin. 

Perempuan yang dicecar Zahera pun hanya mengangkat bahunya dengan santai. Kemudian berlalu pergi begitu saja setelah mengatakan untuk menanyakan sendiri kepada suami mereka. 

Ah, membayangkan Sanjaya mempunyai istri lain selain dirinya membuat amarah Zahera kembali naik ke ubun-ubun. Otaknya terus mensugesti untuk tidak percaya dengan perkataan perempuan tersebut. Namun disisi lain, hatinya seakan tidak bisa berbohong jika keberadaan perempuan tadi sangat mencurigakan.

'Tidak mungkin jika tiba-tiba ada seseorang yang mengaku sebagai istri dengan sangat yakin, kalau memang tidak ada apa-apa di antara mereka. Tapi, apakah benar kamu sekejam itu sama aku, Mas? Bukankah selama ini hubungan kita baik-baik saja? Aku salah apa? Aku kurang apa?'

Zahera menutup wajahnya dengan kedua tangan, kemudian terduduk di kursi tunggu yang dingin. Sayangnya, dinginnya kursi besi yang didudukinya tidak cukup mampu untuk meredam amarahnya. 

"Aku harus cari tahu kebenarannya. Kalau kamu terbukti salah, aku gak akan tinggal diam!"

Komen (4)
goodnovel comment avatar
atisafrina prasetya
dasar buaya darat si Jaya
goodnovel comment avatar
Hari Anto
mantap.cari kebenarannya
goodnovel comment avatar
Endy Marris
ayo zahera....cari kebenaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status