Share

Bab 3. Mengumpulkan Informasi

Setelah dirawat di ICU beberapa hari, akhirnya kondisi Sanjaya semakin membaik. Zahera menjaga dan merawat suaminya dengan telaten seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Sanjaya merasa seperti di atas angin karena yakin istrinya masih mempercayai dirinya penuh seperti biasanya. 

"Aku gak sabar pengen pulang. Kangen tidur sama kamu, kangen sama Abi. Abi nanyain aku gak, Ma?" ucap Sanjaya dengan manja setelah alat bantunya semua dilepas dan bisa berbicara dengan lancar lagi. 

Kondisi Sanjaya memang sudah sangat baik. Siang ini setelah dokter visit dan melihat tidak ada kondisi yang menurun, bisa dipastikan Sanjaya bisa dialihkan ke ruang rawat biasa sebelum kemudian boleh benar-benar pulang. 

 "Abi selalu nanyain kamu, Mas. Nanti kalau sudah dipindah ke ruang rawat inap biasa baru bisa video call sama Abi. Semoga saja dokternya cepat datang dan beneran bisa dipindah siang ini." 

Sebenarnya pagi ini bukanlah waktu untuk membesuk pasien ICU. Namun karena kemungkinan besar Sanjaya akan dipindahkan ke ruang rawat inap biasa siang ini, maka perawat di ruang ICU memanggil Zahera untuk diajarkan cara membersihkan pasien.

Karena selama di ruang ICU ini, kebutuhan bersih-bersih pasien di-handle oleh perawat rumah sakit. Sedangkan setelah di ruang rawat inap biasa nanti, keluarga pasien sendirilah yang akan mengurus keperluan bersih-bersih pasiennya. 

"Maaf ya, Ma. Aku jadi ngerepotin kamu terus," cicit Sanjaya mengambil simpati istrinya. 

Sanjaya memang selalu bersikap manis dan berkata lemah lembut kepada Zahera. Tatapan penuh cinta selalu dirasakan sepenuhnya oleh Zahera. Namun kejadian beberapa waktu yang lalu masih membekas di hati dan pikirannya.

"Aku masih istrimu kan, Mas? Jadi kamu gak perlu merasa merepotkan," tandas Zahera dingin. 

Padahal biasanya dia akan tersipu malu saking merasa dicintai sang suami sampai tidak tega membuatnya kerepotan. Tapi sejak hari itu, Zahera dihantui perasaan takut suaminya tidak setulus itu padanya. 

"Kamu masih marah perkara ada yang ngaku-ngaku sebagai istriku, Ma?" 

"Mas pikir aja sendiri!" 

Zahera segera keluar dari ruang ICU karena sudah selesai dengan urusannya di ruangan tersebut. Sanjaya menghela napas berat karena dari nada suara dan panggilan dari sang istri sudah jelas jika dia masih marah padanya. 

Biasanya, Zahera hanya akan memanggil suaminya dengan sebutan mas saat sedang ada cekcok seperti sekarang. Jika tidak ada masalah apa-apa, Zahera lebih suka memanggil suaminya dengan panggilan papa sekalian mengajarkan sang anak untuk memanggil Sanjaya dengan sebutan papa juga. 

Setelah keluar dari ruang ICU, Zahera membuka ponselnya dan mendapati sebuah pesan dari temannya yang bekerja di perusahaan suaminya. 

Meski bukan perusahaan besar, tapi posisi Sanjaya adalah CEO sekaligus Founder dari perusahaan yang bergerak di bidang jasa tersebut. Sanjaya memiliki sebuah perusahaan yang sudah dirintisnya sejak kuliah dahulu. Dan bisa dikatakan, Zahera lah yang menemani Sanjaya berproses hingga sekarang menempati posisi tertinggi di kerajaan bisnisnya. 

Laura : 

[Apa kamu yakin, bisa percaya sama apa pun yang akan aku ceritakan?] 

Zahera membaca pesan tersebut dengan menghela napas. Dulu Laura memang sering memperingatkan Zahera jika suaminya tidak sebaik yang terlihat di rumah. Namun selama ini Zahera menutup mata dan telinganya karena terlalu percaya pada Sanjaya. 

Dan kini, sepertinya Laura yang ragu akan bercerita karena malas sekali jika pengakuannya diragukan oleh Zahera lagi. Laura sepertinya percaya dengan pepatah yang mengatakan jika, menasehati orang yang terlalu dalam mencintai seseorang akan berakhir sia-sia. 

Zahera melakukan panggilan suara kepada Laura supaya mereka lebih enak untuk mengobrol. Dengan sedikit paksaan, Zahera akhirnya mendengar cerita Laura juga tentang kebusukan suaminya. 

"Terserah kamu mau percaya sama aku apa gak, Za. Tapi kenyataannya begitu. Mas Jaya selalu mencari anak gadis polos untuk dinikahi secara siri setiap kali ada project di luar kota yang perlu dikerjakan dalam jangka sekian bulan. Meski ujungnya mereka ditinggal sembarangan kayak sampah dan kembali ke rumahmu tanpa rasa bersalah. Tapi apa yang dilakukan suamimu itu sudah sangat diluar nalar. Sorry to say, tapi suamimu sangat menjijikkan. Dia memang sangat baik sama kamu dan anakmu, tapi percayalah, suamimu tidak sebaik itu, Zahera. Buka mata dan telinga kamu. Cari tahu sampai kamu tidak seperti istri yang bodoh selalu percaya dengan suamimu itu. " 

Zahera meremas dadanya yang terasa sesak. Informasi yang didapatkan dari Laura kurang lebih sama dengan yang didengarnya dari beberapa orang yang sebelumnya dihubungi oleh Zahera juga. 

Hatinya patah. Dan yang lebih membuat mentalnya down adalah, kenyataan bahwa selama ini hanya dirinya saja yang terlalu percaya diri dengan kesetiaan sang suami sampai tidak pernah mendengarkan pesan atau nasehat dari orang-orang di sekitarnya. 

Bukan salahnya juga jika memuja sang suami dengan sangat percaya diri. Karena selama ini, Sanjaya selalu terlihat sempurna saat bersamanya. Dia selalu meratukan Zahera dan menyayangi Abimanyu dengan sepenuh hati. Dia tidak pernah menyakiti anak istrinya sekalipun. Apapun yang mereka minta dan inginkan, selalu diberikan tanpa menunggu lama. 

"Aku harus percaya sama siapa, Mas! Kenapa yang kamu perlihatkan dengan apa yang aku dengar dari orang-orang di sekitarmu berbanding terbalik? Apa kamu punya kepribadian ganda? Apa aku yang gak peka? Atau mereka hanya berbohong dan berniat menghancurkan pernikahan kita? Aku bingung, Mas! Aku gak tau siapa yang harus aku percaya saat ini."

Zahera menangis dan meremas sendiri rambut panjangnya untuk melampiaskan rasa frustasinya. Dia sungguh dilema hingga krisis kepercayaan. Bahkan pada dirinya sendiri. Zahera merasa mulai meragukan insting dan nalurinya. 

Dengan tangan bergetar, Zahera kembali mengambil ponselnya dan menghubungi nomor seseorang. Zahera memutuskan untuk menyelidiki suaminya lebih jauh lagi sebelum memilih untuk lebih percaya pada siapa mengenai hal ini.

"Dik, kakak boleh minta bantuan?" 

Zahera menelepon Alvino. Adiknya yang sedang kuliah di luar negeri karena mendapatkan beasiswa penuh berkat otaknya yang encer. 

Alvino adalah anak Ilmu Teknologi yang sangat cerdas dan berbakat. Dia mampu membuat berbagai aplikasi yang unik dan bermanfaat, meski terkadang sering juga idenya out of the box. 

"Tumben minta bantuan sama aku, Kak. Bukannya kakak selalu bisa selesaikan masalah kakak sendiri tanpa bantuan siapa-siapa? Ajaib banget kakak sampai minta bantuan aku," sindir Alvino dengan tidak sopannya. 

Meski kadang-kadang mereka terlihat tidak akur, sebenarnya mereka saling menyayangi. 

"Kasih kakak aplikasi buat sadap HP, Dik. Sekalian alat buat tracker posisi dan sadap suara yang bisa ditaruh dimana-mana tanpa ketahuan. Kakak mau sadap Mas Jaya setelah keluar dari rumah sakit," cicit Zahera tanpa mendengarkan sindiran sang adik. 

"Kakak sehat? Gak salah minum obat kan?" 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
memangnya suami mu itu laki2 g normal dan cukup dg cinta mu utk memuaskan nafsunya saat jauh dari kamu.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status