Share

Bab 4. Menyadap HP Sanjaya

Meski awalnya Alvino sempat tidak percaya dengan permintaan sang kakak, tapi akhirnya permintaan tersebut dipenuhi juga. Aplikasi untuk menyadap HP sudah dikirimkan kepada sang kakak begitu panggilan mereka berakhir. 

Tentu saja Alvino juga menjelaskan cara memasang perangkat lunak tersebut di HP sang suami tanpa meninggalkan jejak dan menimbulkan kecurigaan, supaya tidak diketahui keberadaannya sama sekali. 

Zahera mengikuti semua arahan dan segera mengaplikasikan instruksi yang diajarkan sang adik pada ponsel sang suami. Zahera bergerak cepat karena setelah keluar dari ruang ICU, ponsel Sanjaya pasti akan diberikan kepada yang punya kembali, demi menjunjung tinggi menghormati privasi pasangan. 

Selama ini baik Zahera maupun Sanjaya memang tidak pernah saling menuntut untuk mengecek isi ponsel satu sama lain. Mereka benar-benar pasangan yang bisa membangun kepercayaan 100%. Sehingga mereka tidak merasa butuh untuk memantau isi ponsel pasangannya. 

"Maaf, Mas. Aku terpaksa harus melakukan hal ini karena jujur saja, kepercayaanku sama kamu sudah cacat dan harus aku pulihkan dengan sebuah pembuktian." 

Siang harinya, Sanjaya benar-benar sudah diperbolehkan pindah ke kamar rawat inap biasa. Dan jika sampai besok tidak ada keluhan lain lagi, kemungkinan besok juga sudah boleh keluar dari rumah sakit dan pulang. 

"Ma, kamu pasti kurang tidur ya selama di sini? Wajah kamu pucat banget, Sayang. Nanti malam kamu tidur di samping ranjang aku ya? Kasihan kalau kamu tidur di kursi lagi. Aku juga kangen banget pengen tidur sambil meluk kamu," ucap Sanjaya penuh perhatian.

Zahera hanya tersenyum tipis. Dia memang kurang tidur beberapa hari ini. Selain karena tidak nyaman, di kepalanya juga penuh benang kusut yang perlu diurai satu per satu lebih dahulu.

"Ma, boleh minta hp? Aku kangen Abi. Pengen video call Abi," pintanya kemudian dan membuat Zahera mengeluarkan ponsel sang suami untuk melakukan panggilan video kepada anak semata wayang mereka. 

Kedua bola mata Sanjaya terlihat berbinar saking senangnya. Dia terlihat benar-benar merindukan Abimanyu. Setelah ponsel di tangannya, Sanjaya tidak membuang waktu lagi dan segera melakukan panggilan video ke nomor Mama Anita yang pasti sedang menjaga Abimanyu. 

"Ma, Abi mana ma?" 

Begitu sambungan panggilan video diterima oleh Mama Anita, Sanjaya langsung saja menanyakan sang putra. Bahkan tanpa basa basi apalagi menanyakan kabar ibunya terlebih dahulu. Zahera mengulum senyumnya melihat suaminya terlihat begitu sungguhan merindukan Abimanyu. 

"Dasar anak durhaka! Telepon ibunya bukannya tanya kabar atau basa basi apa gitu, langsung aja nanyain Abimanyu," cecar Mama Anita terlihat kesal.

Sanjaya terlihat menggaruk kepalanya mendengar omelan sang ibu. Dia spontan saja langsung menanyakan anaknya tanpa berpikir untuk menanyakan kabar ibunya terlebih dahulu. 

"Ya, Maaf, Ma. Jaya kan khawatir sama Abi karena ini kali pertamanya Abi jauh dari kedua orang tuanya, dalam beberapa hari lagi. Makanya fokus aku langsung ke Abi," kata Sanjaya membela diri. 

Sanjaya pun kemudian melepas rindu pada sang anak dengan mengobrol lama di panggilan video tersebut. Zahera merasa terharu dan kembali goyah dengan apa yang sedang ditahannya. 

'Melihat kamu begitu sayang sama Abi, begitu dekat sama Abi. Jujur aja bikin aku ragu kalau kamu bisa sekejam itu mengkhianati kami, Mas. Aku akan cari bukti jika kamu tidak pernah berbuat curang atas pernikahan kita. Aku akan membuat orang-orang yang selalu menuduhmu melihat sendiri sebaik apa dirimu, Mas'. 

Sepertinya panggilan video mereka baru berakhir setelah hampir dua jam lamanya. Zahera sampai mengantuk sendiri mendengar mereka mengoceh sedari tadi. 

Padahal jika didengarkan, apa yang mereka bahas sama sekali tidak ada yang penting. Tapi suaminya bisa membuat Abimanyu betah bercerita banyak pada papanya. Bahkan mungkin lebih banyak yang diceritakan Abi kepada papanya daripada mamanya.

"Ma," panggilan Sanjaya membuyarkan lamunan Zahera. 

"Sudah teleponnya?" tanya Zahera berbasa basi, karena sejatinya dia sendiri sudah melihat suaminya sudah meletakkan ponselnya di atas meja. 

"Sudah, Sayang. Abi mau disuapin Mama Anita makan siang dulu katanya. Kamu capek banget ya, Ma? Pasti belum makan siang juga kan? Kamu ke kantin buat makan dulu aja, Ma. Aku gak mau kalau kamu jadi sakit karena kurang tidur dan kurang makan. Besok kan aku sudah boleh pulang. Kita harus pulang dalam kondisi sehat semua, Ma. Mau ya makan dulu?" 

Zahera memang lapar, tapi sejujurnya dia masih belum ada selera untuk makan. Namun pergi keluar sebentar sepertinya ide yang cukup bagus. Menurutnya, ini adalah saat yang tepat untuk melihat apakah suaminya akan menggunakan ponselnya untuk menghubungi seseorang saat ditinggal Zahera keluar, ataukah tidak. 

Ya. Zahera merasa perlu pengujian. Antara menguji kejujuran sang suami atau menguji aplikasi pemberian Alvino. 

"Kamu gak apa-apa aku tinggal ke kantin dulu?" tanya Zahera hati-hati.

"Gak apa-apa, Sayang. Justru aku khawatir kalau kamu sampai skip-skip waktu buat makan. Aku gak mau kamu sakit, Ma. Aku sayang kamu." 

Zahera membalas ucapan cinta sang suami dengan senyum tipis. Semenjak kepercayaannya luntur, Zahera enggan sekali mengucap kata ajaib tersebut. Dia terlalu takut mengucapkan kata cinta pada tempat yang salah. Jika sang suami terbukti bersalah, Zahera pasti akan menyesal jika keseringan membalas ucapan cinta seperti itu. 

"Em, kalau gitu aku makan di kantin dulu sebentar ya? Kalau ada apa-apa telepon aku aja." 

"Iya, Ma. Jangan khawatirkan aku. Aku udah baik-baik saja kok." 

Zahera pun pergi setelah memastikan suaminya memberinya ijin untuk keluar. Di kantin, selain makan siang, Zahera juga sibuk mengecek ponselnya. Panggilan video dari ponsel suaminya yang hampir 2 jam lamanya tadi muncul di informasi penyadapan di ponsel Zahera. 

Zahera menaikkan ujung bibirnya memuji hasil karya Alvino yang ternyata sudah teruji bekerja sesuai harapan. Tinggal menunggu saja apakah saat Zahera berada di kantin, Sanjaya akan menggunakan ponselnya untuk menghubungi selingkuhannya ataukah tidak. 

Sebuah lampu berkedip di ponsel Zahera. Memberi tanda ada notifikasi yang bisa dilihatnya. Napas Zahera seketika tercekat melihat adanya pemberitahuan aktivitas di ponsel Sanjaya yang sudah diberi alat sadap. 

Dengan tangan bergetar, Zahera melihat isi pesan yang dikirim suaminya pada sebuah nomor tanpa nama. 

[Pernikahan kita sudah selesai, Siska. Kuharap engkau mendapatkan penggantiku yang lebih baik. Terima kasih untuk semuanya dan beribu maaf karena terpaksa aku harus pulang demi anakku]

Zahera memijat dahinya yang terasa nyut-nyutan. Kalimat talak yang dikirimkan suaminya pada seseorang yang bernama Siska tentu saja menjadi bukti kuat jika selama ini Sanjaya mempunyai istri lagi selain dirinya. Air bening kristal mengalir begitu saja dari kedua mata Zahera. Zahera menangis tanpa suara.

"Tega kamu, Mas!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status