Share

Bab 5. Sanjaya ke Luar Pulau

Zahera sudah menyimpan bukti screenshot talak yang dijatuhkan suaminya pada seorang wanita lain yang bernama Siska. Dia yakin foto itu akan berguna suatu saat nanti. 

"Aaarrrrggghhh…" 

Zahera kacau. Marah, sedih, kecewa dan rasa tidak percaya bercampur menjadi satu. Butuh waktu satu jam lamanya sebelum kemudian Zahera kembali ke ruangan suaminya dirawat dan berpura-pura tidak mengetahui sesuatu. 

Meski hatinya ingin sekali segera melabrak suaminya yang sudah berkhianat, tapi otaknya masih berusaha keras untuk tidak bersikap gegabah. 

Zahera sudah membaca berbagai hal tentang perceraian. Jika saat ini dia meminta cerai kepada sang suami, bisa saja dia akan kehilangan hak asuh atas Abimanyu karena dianggap tidak mampu menghidupi sendiri putranya yang kebutuhan khusus tersebut. 

Belum lagi kedekatan Abimanyu dengan Sanjaya yang tidak diragukan lagi. Zahera tidak mau membuat anaknya syok apalagi kehilangan anak tersebut. Zahera tidak mau ambil resiko. Dia sama sekali tidak akan mau jika hal itu sampai terjadi. 

"Abi, kuatkan mama, Nak. Mama akan berusaha menahan semua rasa sakitnya sampai kita siap untuk bahagia berdua."

***

"Lama banget sih, Ma. Kan aku udah kangen," rajuk Sanjaya setelah Zahera kembali ke ruang rawatnya. 

"Maaf, aku capek banget jadi sekalian meregangkan punggung, kaki, tangan dulu tadi," lirih Zahera.

"Iya, gak apa-apa, Ma. Makasih banyak kamu sudah mau sabar rawat aku di sini. Aku janji buat cepat sembuh supaya kita bisa cepat pulang." 

Zahera hanya mengangguk untuk menanggapinya. Meski dengan setengah hati, Zahera pun berpura-pura bersikap biasa saat bersama Sanjaya. Sampai tentu saja Sanjaya begitu senang karena Zahera tidak lagi mengungkit masalah Siska yang mengaku sebagai istrinya saat di ruang ICU.

Sepulang dari rumah sakit, Sanjaya sendiri bersikap seperti tidak terjadi apa-apa di rumah tangganya. Dia tetap manis dan menebar perhatian penuh kasih pada istri dan anaknya. Benar-benar tidak memperlihatkan jika dia pernah menikahi wanita lain di belakang Zahera. 

"Ma, kamu menghindar dari aku ya? Aku ada salah?" ucap Sanjaya saat mereka hendak tidur. 

Beberapa hari di rumah Zahera selalu menolak saat suaminya akan menyentuhnya secara intim. Zahera juga memperlihatkan sikap yang dingin meski tidak secara terang-terangan. Padahal dulu mereka selalu mesra di mana pun mereka berada. Jelas saja Sanjaya merasakan perubahan besar itu. 

"Nggak kok, Pa. Perasaan kamu aja kali. Aku masih menyiapkan segala sesuatu yang papa butuhkan seperti biasa kan?" 

Zahera memang masih mengerjakan semua kewajibannya sebagai istri dalam melayani Sanjaya, kecuali urusan ranjang. Zahera merasa jijik membayangkan suaminya pernah dijamah wanita selain dirinya. 

"Tapi kamu menolak aku terus seminggu ini, Ma. Sejak aku masuk rumah sakit, kita belum menyatu sekali pun lho, Ma. Kamu gak kasihan sama aku?" 

"Maaf, Pa. Aku masih datang bulan," aku Zahera yang tentu saja sebuah kebohongan. 

"Yah, padahal besok kan aku sudah harus pergi ke Balikpapan buat urus project pemasangan CCTV selama 2 sampai 3 bulan di sana," rajuk Sanjaya menampilkan wajah cemberutnya. 

"Maaf, Pa." 

Sanjaya menghela napas tanpa menanggapi permintaan maaf dari Zahera yang sangat singkat. Perusahaan yang dibangun Sanjaya memang hanya berupa perusahaan kecil yang bergerak di bidang jasa pemasangan sekaligus pengadaan kamera CCTV untuk instansi-instansi. Baik CCTV yang analog maupun digital. 

Meski sudah mempunyai cukup banyak karyawan, tapi Sanjaya selalu ikut ketika ada project besar instalasi CCTV di luar kota. Katanya dia tidak tenang jika tidak terjun langsung untuk mengawasi pegawainya mengerjakan tugasnya. 

Selain itu, Sanjaya juga bisa menjadi lebih dekat dengan customernya ketika dia ikut datang diproses pemasangan CCTV yang dikerjakan perusahaannya. Meski dengan demikian, dia harus rela sering meninggalkan Zahera dan Abimanyu. 

"Apa papa akan berpaling dariku karena ini?" 

"Astaga! Kamu kok bilang gitu? Gak lah, Ma. Aku cinta banget sama kamu, Ma. Mana mungkin aku bisa berpaling." 

"Ya kali aja kan, Pa. Gara-gara aku datang bulan pas waktunya kamu mau ke luar kota. Jadinya kamu kepikiran buat jajan di luar sana," sindirnya.

Zahera sekuat tenaga menahan gejolak di dadanya untuk tidak mengumpat dan mengabsen semua nama hewan di kebun binatang saat mengingat kecurangan yang pernah dilakukan sang suami di belakangnya. 

"Nggak, Ma. Sudah jangan berpikir negatif begitu. Lebih baik kita cepat istirahat dan tidur," ucap Sanjaya sambil menarik istrinya dalam pelukannya. 

Zahera tidak menanggapi lagi dan tidak lama kemudian terdengar deru napas teratur dari Sanjaya. Setelah yakin Sanjaya sudah cukup pulas. Zahera segera melepaskan dirinya dari pelukan hangat Sanjaya.

Pelukan yang dulu sangat nyaman dan membuatnya candu. Kini yang tersisa hanya rasa jijik membayangkan tangan dan tubuh suaminya sudah pernah menyentuh wanita lain di belakangnya. 

Zahera tidak pernah bisa menahan air matanya untuk jatuh setiap kali membayangkan hal itu dalam sepinya. Meski dari luar Zahera tampak kuat dan tangguh, tapi di saat sendiri dan sepi seperti ini, sisi lemahnya akan mudah muncul. 

"Demi Abimanyu dan diriku sendiri, aku harus bisa bertahan sesuai rencanaku. Aku hanya akan bersedih sebentar, kemudian menelan bulat-bulat kesakitan dan kesedihan ini untuk membalas perbuatannya. Aku gak akan pergi sebelum bisa memberi pelajaran yang sepadan untuk manusia tidak berakhlak seperti kamu, Mas!" desis Zahera lirih sambil menatap tajam pada Sanjaya yang sudah pulas. 

***

Pagi harinya, Zahera mengantarkan Sanjaya dinas ke luar pulau sampai di Bandara. Tentu saja setelah keduanya mengantarkan Abimanyu ke sekolah khusus yang sesuai dengan kebutuhan istimewa sang anak. Sekolah yang sangat mahal karena di sana Abimanyu juga mendapatkan treatment sesuai kelebihan yang dimilikinya. 

"Aku bakalan kangen banget sama kamu dan Abi, Ma." 

"Aku juga, Pa." 

Zahera menanggapi seadanya. Kalimat itu memang selalu diucapkan sang suami setiap dirinya akan pergi ke luar kota atau luar pulau dalam jangka yang cukup lama. Dulu Zahera akan sangat murung dan sedih setiap melepaskan Sanjaya pergi. Namun hari ini, rasa itu entah menguap kemana. 

"Jaga diri baik-baik di rumah, Ma. Aku titip anak kita. Jangan dimarah-marahin ya kalau dia nakal. Telepon aku aja biar nanti aku yang menasehati Abi." 

Kedua bola mata Zahera berkata-kaca. Sanjaya pasti mengira Zahera bersedih karena akan berpisah sementara darinya, seperti biasanya. Padahal kali ini, Zahera bersedih karena dia baru menyadari kata-kata manis sang suami, berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan di belakangnya. 

'Dulu aku merasa selalu jatuh cinta lagi berkali-kali, setiap kamu berkata manis seperti ini untukku dan Abi. Tapi sekarang aku ragu, apakah itu tulus dari hatimu atau hanya bualan semata,' lirih Zahera di dalam hatinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status