Share

Bab 6. Memulai Misi

Selesai dari bandara mengantar kepergian Sanjaya, Zahera tidak langsung pulang menuju rumahnya. Dia membelokkan arah mobilnya menuju sebuah restoran dimana dia sudah membuat janji dengan seseorang. 

"Pak Anwar?" sapanya setelah sampai di meja yang dijanjikan.

"Bu Zahera ya?" 

"Betul, Pak. Maaf sudah menunggu saya lama ya?" ujar Zahera lagi sambil mengedarkan pandangan pada ketiga anak muda yang duduk semeja dengan Pak Anwar.

"Nggak kok, Bu. Kami baru sampai juga," balas Pak Anwar dengan ramahnya. "Oh ya, kenalkan ini Azam, Risti sama Gusti, tim yang akan membantu penyelidikan kita," sambungnya lagi memperkenalkan anak buahnya yang selama ini membantu Pak Anwar dalam melakukan pekerjaannya. 

Zahera pun berkenalan dengan ketiganya secara bergantian. Pak Anwar mengenalkan anggota timnya beserta keahlian masing-masing. Azam dan Risti yang biasanya akan terjun ke lapangan untuk mengikuti target dan melakukan penyamaran sesuai misi yang dijalankan. 

Sedangkan Gusti yang memiliki ketrampilan di bidang peretasan, biasanya akan memantau dari jauh dan bersiap dengan laptopnya jika dibutuhkan keahliannya untuk menghapus jejak mereka yang mungkin saja akan tertangkap oleh CCTV lokasi tersebut. 

Zahera sedikit bergidik karena investigasi semacam ini memang dekat dengan tindak kriminal meski yang sedang dilakukan bukan untuk tindak kejahatan. 

Setelah berkenalan, Zahera meminta mereka memesan makanan terlebih dahulu sebelum masuk ke pembicaraan utama yaitu misi untuk mencari bukti perselingkuhan sang suami yang sedang bekerja di Balikpapan. 

Saat ini Zahera sedang melakukan pertemuan penting dengan tim investigator swasta yang akan disewanya dalam menyelidiki Sanjaya selama dinas di luar pulau. 

Zahera butuh bukti lebih banyak tentang kecurangan suaminya sebagai bahan gugatan cerai yang akan dilayangkan kepada Sanjaya begitu bukti terkumpul cukup kuat. 

Zahera sudah bertekad untuk menggugat cerai suaminya sejak mengetahui perselingkuhan Sanjaya dengan Siska. Namun untuk memenangkan hak asuh Abimanyu, Zahera memutuskan untuk mengumpulkan bukti yang cukup terlebih dahulu sebelum menggugat cerai. 

Dan keterbatasannya saat ini membuatnya tidak bisa mengikuti kemana pun suaminya pergi, sehingga Zahera memilih menggunakan jasa investigator swasta milik Pak Anwar. 

Meski untuk melakukan itu, Zahera harus menggunakan uang tabungannya sendiri karena jika menggunakan uang bulanan dari suaminya, pasti akan menimbulkan kecurigaan.

"Suami saya sudah berangkat ke Balikpapan, Pak Anwar."

"Baik, Bu. Azam, Risti dan Gusti akan segera menyusul untuk mulai mengikuti bapak selama di sana. Bisa ibu terangkan tentang proyek bapak di sana berada di mana saja?" 

Zahera pun menjelaskan tentang proyek pemasangan CCTV yang akan dilakukan suaminya selama 2 sampai 3 bulan ke depan. Pak Anwar pun menyimak dengan seksama. Setelahnya baru mereka merancang misi untuk mendapatkan bukti perselingkuhan Sanjaya selama di Balikpapan. 

Alat sadap dan GPS tracker yang sudah Zahera pasang di ponsel dan tas kerja suaminya mungkin akan cukup membantu penyelidikan mereka setelah ini. 

"Terima kasih banyak bantuannya Pak Anwar dengan kawan-kawan," pungkas Zahera begitu mereka selesai membahas misi yang akan mereka jalankan bersama. 

"Sama-sama, Bu. Kami senang jika bisa membantu urusan ibu. Semoga misi bisa berjalan dengan lancar dan apa yang Bu Zahera inginkan bisa tercapai."

Zahera tersenyum tipis mendengarnya. Dalam hati merasa ragu dengan pernyataan tersebut. Jika boleh jujur, tentu saja Zahera masih berharap jika kecurangan sang suami tidak terbukti. Walau bagaimanapun, Zahera masih sangat mencintai suaminya itu. 

Sembilan tahun bukan waktu yang singkat untuk mudah dilupakannya. Apalagi selama kurun waktu tersebut, tidak ada cinta lain yang Zahera lihat. Semua hanya ada tentang dirinya dengan anak dan suaminya. 

'Aku sampai gak sanggup untuk berdoa apapun saat ini, Mas. Aku… hanya akan menjalani apa yang akan terjadi di masa mendatang dengan menguatkan diriku sendiri. Apa yang akan terjadi setelah ini, benar-benar bergantung dari apa yang kamu lakukan di sana.' 

"Kalau begitu kami semua pamit dulu ya, Bu. Jika ada informasi apapun mengenai perkembangan misi ini, kami akan laporkan kepada Bu Zahera secepatnya." 

"Baik, Pak. Terima kasih sekali lagi." 

Pak Anwar dan ketiga temannya meninggalkan meja pertemuan mereka lebih dulu. Sedangkan Zahera memilih tetap duduk diam sendiri, sebelum kemudian ikut berdiri menuju kasir untuk membayar tagihan makanan mereka barusan. 

"Za? Zahera kan?" 

Zahera menoleh ke belakang begitu namanya disebut oleh seseorang yang suaranya cukup familiar di telinganya. 

"Mas Zio?" 

"Iya, Za. Masih ingat rupanya kamu sama aku." 

"Ya masa gak ingat sih, Mas. Mas Zio habis makan juga di sini? Sama siapa?" 

"Iya, Za. Sama klien barusan. Tapi klien aku sudah pulang duluan. Kamu sendiri?" 

"Ah, aku juga. Em, habis ketemu sama… teman," dusta Zahera yang tidak mungkin menceritakan tentang jasa investigator swasta yang disewa untuk mengikuti suaminya di luar pulau.

"Kamu buru-buru gak, Za? Bisa ngobrol sebentar? Sambil ngopi mungkin? Dah lama lho kita gak ketemu, kayaknya setelah kamu nikah gak sih?" ajak Zio penuh harap. 

Zahera pun memilih mengangguk mengiyakan. Dia memang sedang tidak sibuk saat ini. Selain itu mengobrol dengan orang lain mungkin juga bisa membuat suasana hatinya sedikit membaik setelah seluruh energinya habis untuk memikirkan kelakuan suaminya. 

Zio adalah kakak kelasnya saat di SMA. Mereka sempat dekat, bahkan sampai saat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi juga masih dekat meski beda fakultas. Namun setelah Zahera menikah dengan Sanjaya, Zio sudah tidak pernah terlihat di sekitar Zahera lagi. 

"Kamu gimana kabarnya, Za? Aku dengar kamu sudah ada anak satu ya?"

"Alhamdulillah aku baik, Mas. Anakku satu, sudah tujuh tahun," jawab Zahera sambil tersenyum miring mengingat kelanjutan rumah tangganya sedang diujung tanduk. "Mas sendiri gimana? Kok gak ada kabar undangan nikahannya sih?" lanjutnya lagi berusaha menutupi masalah dengan suaminya. 

"Aku masih sendiri, Za. Jadi bujang lapuk," kekeh Zio dengan santainya. 

"Serius, Mas? Ah Mas Zio pasti kebanyakan pilih-pilih ini. Padahal aku ingat dari dulu banyak banget cewek yang ngejar-ngejar Mas Zio sejak kuliah."  

"Ya itu dulu kali. Sekarang gak lagi deh perasaan." 

"Masa? Atau jangan-jangan itu karena ceweknya pada jiper duluan karena mas pengacara sukses lulusan S2 Columbia University, Amerika Serikat." 

"Lebay ah kamu." 

Zahera pun akhirnya tertawa bersama Zio. Sebelum kemudian dia teringat bahwa Zio juga pernah memperingatkan tentang keburukan Sanjaya sebelum mereka menikah. Meski saat itu tidak didengar oleh Zahera karena lebih percaya pada apa yang dilihat sendiri dari diri Sanjaya. 

"Oh ya, Mas. Boleh gak aku tanya-tanya tentang Mas Jaya. Dulu mas pernah bilang kalau Mas Jaya bukan pria baik-baik kan? Memangnya mas tahu apa saja tentang Mas Jaya di masa lalu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status