Share

Bab 7 POV Alwa Lala

Bersyukur sekali rasanya bisa bertemu dengan Mas Gavin ini. Lelaki yang sangat royal kepadaku dan tidak segan-segan menuruti keinginanku. Posisinya bisa mengganti Mas Ferdi di sisi hidupku. Bagaimana tidak Mas Ferdi tahunya kerja, kerja dan kerja saja. Pulang paling-paling sebulan sekali. Itupun paling-paling hanya tiga hari. Untuk ikut dengannya Aku ogah . Siapa sih yang mau deket-deket sama keluarganya yang super duper usil itu. Mentang-mentang orang kaya. Ih jijik. Memang sih, setiap bulan kirimannya selalu datang untukku. Sebenarnya lebih dari cukup. Nominalnya bahkan lebih dari yang kuterima dari Mas Gavin. Memangnya hidup hanya cukup dengan materi?. Tapi bagaimanapun kebutuhanku juga banyak. Rencananya Aku mau membeli rumah lain atas namaku sendiri. Tanpa sepengetahuan Mas Ferdi.

   

Sebetulnya kalau tidak karena kaya, Aku tidak mungkin mau mempertahankan pernikahanku dengan Mas Ferdi. Lelaki yang tidak pernah ada untukku. Tapi otakku berpikir bahwa jangan gegabah melepaskan Mas Ferdi. Kalau dia lepas, maka jatahmu akan hilang darinya. Bagaimanapun jatah setoran bulanannya lumayan besar. Memang beruntung hidupku. Mendapat setoran uang dari dua orang sekaligus. Hahahahaa ini resiko menjadi orang cantik sih. 

   

Tidak seperti Mas Ferdi, Mas Gavin suka mengajakku jalan-jalan. Sebenarnya, bukan dia tidak mau mengajakku jalan-jalan. Tapi Akunya yang ogah. Malu-maluin sih menurutku. Habis tampangnya pas-pasan. Tidak selevellah denganku. Tapi kalau soal uang, Mas Ferdi tetap nonor satu.

   

Sedangkan Mas Gavin tampangnya lumayan. Ditambah sikap royalnya padaku. Apalagi setelah jabatannya naik di perusahaan tempat dia bekerja.  Dia tidak segan-segan mengajakku rekreasi ke tempat yang Aku inginkan. Seperti ke Bali. Tidak tanggung-tanggung, dia berani mengambil cuti hanya untuk menemaniku refreshing. Lagian semuanya dia yang bayar kok. 

   

"Istri Mas nggak tahu kita ke sini?" Tanyaku waktu itu

   

"Alaah istri Mas itu nggak ribet. Paling-paling nanti di telepon ajah berees. Nggak penting juga ngurusin dia. Kampungan ya tetap kampungan. Nggak pantas di ajak jalan-jalan. Bikin malu."

   

Ya walaupun Aku belum pernah melihat wanita bernama Vina istrinya Mas Gavin, bisa kupastikan dia orangnya pasti kolot banget. Kalau tidak, tidak mungkin Mas Gavin tega meremehkannya. Aku merasa tidak tersaingi dengan istrinya itu. Bukankah Aku ini perempuan yang di anugerahkan kecantikan yang menggoda oleh tuhan. Kenapa harus merasa tersaingi. Sedangkan Mas Gavin sudah jelas-jelas mengutamakan Aku dari pada si Vina kampungan itu.

   

Di Bali kami nenghabiskan waktu bersama. Tak lupa Mas Gavin menyewa kamar mewah untuk kami. Huuh. Sengaja sebelum pergi dia membelikan Aku lingerie seksi untuk ku pakai. Aduuuuh senangnya hatiku. 

     

Di kamar Aku berpose ria dengan lingerie itu dengan berbagai posisi. Pokoknya malam-malam yang menggairahkan. Setelah itu pastilah ada bonus pribadi yang ku peroleh darinya. Heheee lumayan lhoo. Buat nambah tabungan.

     

Seiring waktu Mas Gavin tak segan-segan menambah setoran bulanan padaku. Sukses membuatku tersenyum puas. Lebih gede dari jatah istrinya.

   

Sepulangnya dari dari sana. Tiba-tiba ponselku berdering. Nomor tidak di kenal ternyata. Ih siapa sih,

"Hallooooo..!"

         

"Ya halloo. Dari siapa ya?"

       

"Baik ini dengan mbak Alwa Lala bukan?"

         

"Iya benar ini saya Alwa Lala. ini dari siapa yaa?"

       

"Ini saya dari kliennya Pak Gavin. Katanya mbak ini istrinya kan?. 

       

"Eeeh iya, iya ini saya istrinya Pak Gavin. Memangnya ada apa ya?"

         

Reflek kujawab iya. Karena ini pasti Mas Gavin yang mengakui bahwa Aku istrinya ke wanita yang menghubungi ku ini. Soalnya kalau mengakui istrinya Vina, bisa-bisa Mas Gavin malu ding punya istri yang penampilannya buluk gitu.

         

"Bisa kita bertemu sebentar nanti mbak, ada sedikit hal yang perlu saya sampaikan secara pribadi terkait investasi sesama istri para pegawai utama perusahaan tempat Pak Gavin bekerja siapa tahu nanti ada keberuntungan buat Mbak. Oh ya saya ingatkan agar tidak memberi tahu Pak Gavin soal pertemuan kita. Soalnya ini surprise banget deh."

       

Yess. Ternyata ini kliennya Mas Gavin yang menawariku kerja sama.  Belum jadi istrinya sudah  di anggap orang penting saja. Bagaimana jika nanti setelah menjadi istrinya. 

         

Akhirnya perempuan itu mengajakku bertemu di suatu tempat yang telah di janjikan. 

         

Dengan percaya diri ku mempersiapkan diri menemuinya. Sengaja tidak ku beri tahu Mas Gavin. Soalnya sesuai perjanjian kami, ini akan menjadi surprise buat Gavin.

         

Dari kejauhan ku lihat seseorang perempuan yang dari penampilannya sudah bisa di tebak kalau dia orang kaya. Tubuhnya yang fashionable di tambah kaca mata hitam, dan tahi lalat di hidungnya menambah kesan elegan.

       

Dengan penuh keakraban kami bersalaman. Dia mengenalkan diri. Ternyata wanita cantik ini bernama Karin. Orang yang supel dan ramah.  Melalui caranya berbicara ku yakin dia adalah wanita jenius. 

          

Ku perhatikan penampilannya. Diam-diam Aku sedikit cemburu melihatnya. Apakah Mas Gavin terbiasa di kelilingi wanita-wanita cantik. Tapi sabaar Alwa, kamu lebih cantik kok. Hiburku dalam hati

          

Setelah bosan bercengkrama ria. Ku coba untuk menanyakan masalah inti. Soalnya sudah tak sabar mengetahui kerja sama yang akan kami geluti. Dengan hati-hati ku alihkan pembicaraan menuju tujuan inti kami.

          

"Aku mau bertanya. Benar-benar bertanya. Apakah alasanmu sebenarnya mengaku-ngaku istrinya Gavin. Sedangkan Aku benar-benar tahu bahwa kalian belum pernah menikah. Lebih jauh lagi Aku tahu bahwa statusmu masih istrinya Ferdi kan?"

          

Tiba-tiba dia melontarkan kata-kata itu. Apa maksudnya coba. Mendadak suasana menjadi lebih mencekam. Terlebih lagi ucapannya tidak bisa lagi dianggap biasa-biasa saja. Ini sudah menjurus ke masalah pribadiku. Apa maunya perempuan ini. Yang lebih mengejutkanku. Dia mengetahui statusku. Membuat amarahku semakin memuncak.

       

"Aaapaa maksudmu sebenarnya? Siapa kau? Jangan cari gara-gara denganku."

          

Terus ku ladeni dia bicara. Dia pikir Aku takut. Tiba-tiba Dia mengancamku untuk memberi tahu hubunganku dengan Mas Ferdi. Ku tertawakan saja perkataannya. Memangnya dia tahu apa tentang suamiku. Suamiku saja jarang berada di kota ini. Dan kerjaannya tidak sebanding dengan perusahaan Gavin. Ooh iya, kenapa tak ku tanyakan tadi di perusahaan mana wanita ini bekerja. Ah bodohnya Aku. Ketakutan mulai menjalar di tubuhku. Bagaimana jika wanita ini mengenal Mas Ferdi. Mati Aku.

          

"Hmmm saya kenal baik siapa suamimu. Karena dia  teman lamaku. Kalau kau tak percaya, kau boleh tanyakan pada suamimu. Bahkan rumah yang kamu tempati sekarang milik suamimu bukan?. Apa kau mau jika ketahuan selingkuh kamu akan terusir dari rumah mewah itu?.bahkan Aku juga menyimpan nomor Ferdi suamimu lho Mbak Alwa yang terhormat. Atau aku juga bisa memberitahu hal ini pada keluarga suamimu. Aku punya banyak poto-poto mesra kalian. Mau lihat??"

           

Astagaaaa. Darimana wanita ini mendapatkan foto-foto mesra kami di hotel malam itu?. Aduuuuh Aku juga yang salah sih kok bisa keteteran begitu. Jangan-jangan ada yang usil dengan mencuri foto-foto itu dari ponselku. Tidak ada yang lain. Pasti ada yang usil dan iri denganku. 

     

"Dari laporan temanmu sendiri, Aku tidak tahu apakah dia teman dekatmu atau bukan. Dan kau tak perlu tahu siapa namanya. Dia mengatakan bahwa Gavin memberikan uang senilai delapan juta setiap bulan. Nah Aku cuma ingin kau memberiku tujuh dari delapan juta itu padaku. Beres. Aku tidak akan membuka rahasiamu. Bagaimana?"

Nah ketahuankan rupanya ada yang iri dengan kehidupanku. Buktinya wanita ini mendapatkan info dari temanku. Pasti  orang usil dan iri itu ada di antara teman-teman di sekelilingku. Atau wanita ini memiliki mata-mata di antara mereka. Kalau dari orang lain ya tidak mungkin.

              

Kini Karin menginginkan hampir seluruh dari uang yang kuterima dari Mas Gavin. Lemas.... Tulang-belulangku lemas. Kalau begini percuma Aku terus berhubungan dengan laki-laki itu.  Kalau uang darinya harus ku serahkan pada wanita Aneh ini.Mungkin Aku harus benar-benar menikah dengannya.

              

Dengan terpaksa, ku turuti kemauan Karin. Tidak ada jalan lain yang dapat kulakukan untuk saat ini. Selain Aku harus menuruti keinginannya. Sampai Aku bisa keluar dari masalah ini. Kalau semua orang tahu. Bisa-bisa hilang harga diriku. Apalagi Mas Ferdi. Aku belum siap kehilangan dia. Karena Aku belum siap jatuh miskin. 

              

Biarlah nanti ku pikirksn jalan keluarnya. Untuk sementara waktu ini. Anggaplah Karin memenangkan permainan ini.

Apes sudah angan-anganku bekerjasama menghasilkan uang banyak yang Aku hayalkan tadi. Ternyata kerjasama yang berhasil merampas uangku sendiri. Kerja sama macam apa ini. Huuuuuuuh. Payah..

              

              

     

            

          

     

          

          

         

   

   

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Aizah Not
dari ribuan novel yg gue baca, ini novel yg paling jelek, woeee ngpain diulang !! ngawur nih penulisnya
goodnovel comment avatar
Mawar Hera
pake di ulang dg versi alwa gak mutu bgt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status