Sebuah perasaan yang membuat jantung berdebar-debar, seringkali orang menyebutnya sebagai cinta. Tetapi apa yang membuat Arum jatuh cinta dalam kunkungan suaminya sendiri? Protektif, posesif, dan cemburuan. Sifat-sifat jelek Julvri yang awalnya terlihat biasa saja namun tidak untuk sekarang.
Arum mendekap tubuhnya sendiri sembari duduk di dalam kamar dengan pintu tertutup rapat. Matanya melotot tajam tak menentu ke arah mana yang sedang ditatap, Arum pun membekap mulutnya sendiri seolah sedang menahan agar tak satupun kata terucap.
"Ini kesempatanku untuk pergi tapi kakiku terasa lemas," batin Arum.
Ketakutan yang menjalar hingga ke sumsum tulang, bergidik seolah kedinginan, sekujur tubuh Arum seolah terperangkap di hunian pada saat itu. Selang beberapa detik kemudian, ia kembali bangkit dengan susah payah.
โSaat ini Julvri pasti sedang berada di dalam kamar mandi.โ
Kehadiran seorang lelaki adalah pendamping bagi seorang wanita dan begitu juga dengan sebaliknya. Akan tetapi pasutri yang terikat pernikahan suci selama setengah tahun ini memiliki persepsi berbeda dari lainnya. Mereka memiliki sisi buruk yang tak terbayangkan serta sisi baik tak terduga. "Aku ... akan mati." Pikiran Arum hanya tertuju pada kematian saja. Dirinya berpikir ini sudah berakhir hingga beberapa petugas kepolisian menerobos masuk ke dalam rumah sembari menodongkan senjata. โAngkat tanganmu!โ Luka lecet, lebam, bekas tusukan, darah terus mengalir di bagian lukanya, bahkan bekas luka jeratan tali masih terlihat. Tidak hanya itu, luka di hati pun sudah terpampang jelas di hadapan mereka. Arum sudah lemas dan tak sanggup bergerak di sisa napasnya yang sedikit. โGawat! Orang ini tidak mau berhenti!โโBiar saya yang melakukannya!โ seru seorang lelaki berpakaian jas coklat muda. Lelaki itu bergegas menghampiri lalu mem
โAh!โ Arum terbangun dalam keadaan tubuh basah berkeringat dingin. Wajahnya memucat, pupil matanya pun bergetar kuat dengan mengingat semua hal buruk yang ia pikir sedang terjadi saat ini. Namun ternyata Arum salah, begitu kesadarannya pulih dan mendapati dirinya berada di atas ranjang, ia mulai merasa tenang dan lega.โSyukurlah,โ ucap Arum. โAda apa, Arum?โ Sampai melupakan sosok lelaki yang membuat Arum bermimpi buruk itu bertanya. Julvri yang telah membuka mata, lantas meraih wajah Arum dan memberinya kecupan pagi.Perasaan gelisah kembali hadir, seolah kabur hitam mengitari sekeliling tubuh mereka. Merinding tanpa bisa berekspresi lebih selain terdiam merasa takut.โArum?โ Sekali lagi sang suami memanggil dan bertanya apa masalahnya. โAda apa?โโJulvri ... aku hanya kembali bermimpi buruk.โ Perlahan Arum berucap sembari menyentuh punggung tangan kekar itu. โMimpi buruk? Apakah itu tentang aku?โAwalnya Arum terkejut, dengan mata terbelalak dan mulut sedikit menganga, nyaris
Semilir angin membawa pergi dedaunan gugur, beterbangan bagai sehelai bulu yang ringan dan entah ke mana perginya mereka kala angin terus menggerakkannya. Sejenak suasana terasa tenang, Arum merasa begitu memejamkan mata maka dirinya akan cepat terlelap. โJulvri, apa kamu benar-benar akan membunuhku?โ Dari sekian banyaknya pertanyaan, hanya kalimat itu yang terlontar dari bibir tipisnya. Sosok lelaki yang hadir berada di sampingnya itu hanya bisa terdiam dengan mulut setengah terbuka seakan hendak mengatakan sesuatu tapi tertahan. Setelah beberapa saat lelaki itu melengos dan kembali menghadap arah depan sambil menggandeng tangan sang istri dengan kuat."Ada apa dengan Julvri?" batin Arum bertanya-tanya dalam kebingungan. Sebab tak pernah merasa bahwa Julvri akan bersikap begini karena ini adalah pertama kalinya. Rasa bimbang ataupun bingung, resah dan gelisah. Entah apa yang sebenarnya Julvri pikirkan. โTidak menjawab itu artinya benar. Lalu kenapa nggak lakukan saja sekarang? Aku
โLalu kamu akan melakukan apa setelah menemukan sesuatu di laptopku?โ Bagai disambar petir di siang bolong, Arum tersentak kaget mendapat pertanyaan yang jelas adalah sebuah sindiran. Arum mengubah posisinya menjadi duduk, sekali lagi terkejut, ia menatap tajam pada Julvri seolah sedang berbalik menghakimi.Julvri lantas bangkit dan berkata, โAyo katakan sesuatu. Jangan sampai aku dibuat penasaran.โ Di lain sisi ia merasa ada seseorang yang memperhatikan mereka. Spontan Arum menoleh ke arah pintu yang terdapat celah sedikit. โJulvri, pintunya tidak ditutup?โ tanyanya sembari berusaha mengalihkan pembicaraan. โAh, benar. Aku melupakannya,โ ucap Julvri. Di celah pintu terbuka, Arum melihat sosok siluet familiar. Ia pun turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu dan membukanya.โBibi Elli?โ Rasanya tak pernah habis keterkejutan Arum dalam hidupnya. Ia dikagetkan oleh bibinya sendiri yang ternyata mengintip.โIkut aku sebentar, rum.โ Begitulah bibi memanggil, lalu Arum hanya mengi
Bibi Ella dan Elli adalah kembar seiras, yah, meskipun dari sifat mereka berbanding terbalik. Bibi Ella orang yang lembut sedangkan bibi Elli orangnya galak. Lalu sekarang bibi Elli berhadapan dengannya, dan entah kenapa seperti sedang marah. โAku tidak berharap kamu mengerti ucapanku, Arum. Tapi kupikir sebaiknya ...,โโBibi membicarakan apa?โ Seolah tak ingin membahas sesuatu hal buruk itu, Arum kembali melanjutkan jahitannya yang belum selesai. Mulai dari pakaian hingga ke taplak meja, dengan sangat giat Arum mengerjakannya sepenuh hati hingga kembali sempurna seperti sedia kala. Sementara ia merasakan punggungnya dingin akibat tatapan tajam dari bibi Elli. โAku belum selesai bicara,โ katanya.Arum menelan ludah, bibir bawahnya sedikit tergigit. Setelah selesai menjahit, ia lantas menoleh ke belakang. Arum sangat terkejut akan tatapan yang dirasa semakin tajam dan menakutkan itu. โIya, baiklah. Aku akan mendengarkannya tapi tentang apa? Bibi Elli selalu bicara setengah-setenga
Suasana di kampung halaman yang terasa lebih sejuk membuat Arum merasa rileks sejenak. Saat ini ia sedang membantu nenek menjahit pakaian yang sedikit rusak dengan cara manual. Nenek tampak sehat dengan kegesitan yang ia gunakan tuk menjahit. Sungguh hebat. โArum, jujurlah pada nenekmu ini tentang satu hal.โNenek memulai percakapan yang sejujurnya terdengar seolah Arum menyembunyikan sesuatu. Arum pun menghentikan gerakan tangannya terkejut. โIya, nek. Kenapa?โโIbumu sudah tiada dan aku ingin tahu bagaimana keadaan Ayahmu.โ Rasa terkejut kembali bertambah, Arum sepenuhnya bungkam karena tak mengira bahwa nenek tidak mengetahui kabar tentang Ayahnya.โAyahku ...,โ Arum menggumam. Pikirannya mulai kalut dalam kebingungan, ia bimbang apakah perlu menceritakan yang sebenarnya atau tidak lantaran ibunya sendiri pun sengaja tidak memberitahukan hal tersebut. "Kenapa Ibu menyembunyikan hal ini? Kejadiannya sudah cukup lama. Apa aku perlu menceritakannya?" batin Arum yang memiliki bany