Share

Kerja Untuk Persalinan

Author: Pulungan
last update Last Updated: 2022-10-08 00:59:35

Dengan sigap Andi menangkap Maya untuk pertama kalinya ia khawatir luar biasa pada wanita itu.

Sedangkan Maya yang merasa tidak sakit langsung membuka matanya.

Alhasil Maya hampir saja melompat melihat wajah Andi sangat dekat dengannya.

"Kamu bisa hati-hati nggak nanti kalo kamu jatuh gimana?" tanya Andi dengan tegas.

Maya hanya menyunggingkan senyum lalu menatap mata elang suaminya itu.

"Kenapa gak di biarin jatuh aja sih Mas?" tanya Maya dengan santainya membuat rahang Andi mengeras.

"Kenapa? Mas takut aku dan bayi ini kenapa-kenapa atau kesakitan.

 Padahal tanpa Mas sadari rasa sakit yang sudah Mas berikan itu tidak akan ada apa-apanya dengan rasa sakit jika aku jatuh dari tangga.

Mungkin aku akan pendarahan atau segala macam tapi itu cuma dalam beberapa waktu kemudian sembuh lagi.

Sedangkan hatiku yang sudah terlanjur sakit ntah kapan akan bisa sembuh." terang Maya lalu membuang pandangannya. 

Lagi-lagi Andi hanya bisa mematung mendengar ucapan istrinya tersebut.

"Bisa gak pembahasannya jangan si situ-situ aja." kesal Andi yang di balas anggukan oleh Maya.

"Baik Mas silahkan keluar." usir Maya lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Kamu jangan egois May." sambung Andi yang masih setia di posisi awalnya.

"Egois? Apa kamu bilang Mas? Aku egois? Dimana letak keegoisanku? 

Aku hanya ingin tau kenapa selama ini kamu seolah-olah menjadikanku tawanan yang hanya boleh di rumah saja? Apa itu egois namanya? 

Lalu bagaimana dengan kamu yang sudah berhubungan dengan perempuan lain tanpa sepengetahuanku, apa itu tidak egois?" cecar Maya kali ini air matanya benar-benar tidak bisa di bendung.

Andi kaget melihat Maya menangis bukan ini yang dia inginkan.

"Kalo kamu benar merasa aku egois lepaskan aku Mas dan pergi bersama wanitamu itu. 

Setidaknya dengan melepaskanku kamu akan bebas dan aku bisa mencari kehidupanku dan anakku ini." tegas Maya diikuti dadanya yang terlihat naik turun menahan amarah.

"Cukup May! Di dalam perutmu ada anakku." jawab Andi berusaha untuk tidak marah.

"Salah, ini bukan keinginanmu. Andai saja malam itu kamu tidak terjebak dengan obat perangsang yang di kasih orang tuamu.

Aku yakin sampai sekarang kamu tidak akan pernah menyentuhku. 

Kamu ingat Mas, saat aku bilang aku terlambat datang bulan kamu jawab apa? 

Kamu cuma bilang bukan urusanku semua itu terekam jelas di memoriku Mas.

Cukup sudah aku menuruti kemauanmu yang selalu menganggapku sampah.

Sekarang kesabaranku sudah habis Mas jika dalam dua bulan ini kamu terus membuatku sakit hati.

Maaf aku akan pergi jauh dari kehidupanmu." tegas Maya panjang lebar tanpa rasa takut sedikitpun. 

Andi yang mendengar itu langsung membuang pandangannya.

"Istirahat gak usah banyak rencana." ucap Andi lalu ia keluar meninggalkan Maya di gudang.

Begitu Andi pergi air mata Maya kembali luruh dengan satu tangannya mengusap lembut perut besarnya.

"Sabar ya sayang Bunda akan terus jaga kamu yang kuat ya." gumam Maya tanpa ia sadari Andi masih mendengar ucapannya dari balik pintu.

Ntah kenapa dadanya terasa sesak mendengar ucapan yang lembut itu.

***

Keesokan harinya

Maya sedang bersiap-siap untuk bekerja karena sepanjang malam ia curhat kepada Wini sahabat lamanya yang kebetulan sedang bekerja di rumah makan.

"Hari ini Bunda akan kerja di rumah makan pasti anak Bunda ini bakal kecapean juga nanti.

Maafin Bunda ya sayang." gumam Maya sambil mengusap perutnya.

Ia melihat jam tangannya menunjuk pukul 8.30.

Tanpa membuang waktu Maya langsung berangkat ke rumah makan yang di katakan Wini.

15 menit perjalanan, akhirnya Maya sampai di rumah makan tersebut dengan semangatnya ia masuk ke dalam restoran.

"Maya!" pekik Wini membuat Maya langsung menoleh lalu tersenyum melihat Wini berlari ke arahnya.

"Apa kabar?" tanya Wini sambil memeluk Maya.

"Aku baik-baik aja Win maaf ya ngerepotin kamu." jawab Maya yang dibalas gelengan oleh Wini.

"Nggak dong May intinya kalo kamu mau pergi dari rumah suamimu datang ke kosanku ya.

Kita muat kok di situ dan aku akan mengurus lahiranmu juga buat apa pertahanin suami gak punya perasaan seperti itu." sanggah Wini membuat Mata Maya mulai berkaca-kaca.

"Makasih Win maafin aku ya bakal banyak ngerepotin kamu." lirih Maya.

Wini memang tidak pernah tega melihat jika Maya menangis terakhir ia melihat Maya menangis saat bercerita tentang masa lalunya dan sekarang untuk yang kedua kalinya.

"Udah ih May masa pagi-pagi mewek sih selow kita berdua keluarga. 

Ponakanku kapan keluar ini." lanjut Wini sambil mengusap perut Maya.

"Dua bulan lagi Win makanya aku mau kerja untuk biaya bersalin nggak ada gunanya lagi mengharapkan Mas Andi." terang Maya yang dibalas anggukan oleh Wini.

"Santai, ntar aku bantu biaya bersalin kamu akukan orang kaya hahah." jawab Wini dengan pedenya membuat Maya tertawa.

"Kaya kok ngekos." sindir Maya.

"Kan aku lagi merendah nggak boleh pamer." lanjut Wini tidak mau kalah.

"Okelah ... ayo kita kerja arahain aku ya." ajak Maya yang dibalas anggukan oleh Wini.

***

Hari menunjukkan pukul 1 siang waktunya restoran ramai karena jam istirahat kerja kantoran.

"May kalo siang gini restoran rame banget aku minta tolong kamu ikut nyatat pesanan pelanggan ya.

Nanti kalo udah sepi kamu boleh di belakang aja nyuci piring." pinta Wini.

"Oke bos siap." jawab Maya lalu ia mengambil pulpen dengan kertas lalu berjalan ke depan.

"Disana dulu kali ya rame banget satu meja." gumam Maya lalu ia berjalan menuju meja yang ramai.

"Permisi Pak, Bu boleh saya catat pesanannya." ucap Maya sopan.

Semuanya menyahut kecuali satu pria yang sedang menelepon sambil menghadap ke bawah.

"Maaf Pak, bapak yang pesan apa?" tanya Maya saat semua pesanan sudah ia tulis. 

Pria itu langsung mendongak detik kemudian pandangan keduanya langsung beradu.

Deg!

'Maya.' ucap Andi dalam hati begitupun dengan Maya.

"Maaf Pak pesanannya apa?" ulang Maya menghilangkan rasa canggungnya.

"Eh, sa--saya pesan Ayam geprek aja." jawab Andi gugup.

Setelah selesai menulis semua pesanan Maya langsung buru-buru ke dapur.

Karena terlalu buru-buru Maya tidak memperhatikan jalannya alhasil tidak sengaja kakinya tersangkut di meja orang lain.

Bruk!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Semangat Maya demi anakmu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kupilih Mandiri, Daripada Sakit Hati   Ending

    "Bagaimana dengan Devan?"pertanyaan Andi sukses membuat Maya terdiam lalu kembali menunduk, air matanya kembali menggenang membuat Andi kaget."Hey ... kok malah nangis sayang, kenapa?" tanya Andi lagi sambil tangannya meraih wajah Maya.Maya menepis tangan Andi lalu berhambur kepelukan suaminya itu.Andi paham dengan posisi Maya, mungkin saja istrinya ini masih diambang kebimbangan dengan keputusannya.Andi mengusap punggung Maya lembut sambil menciumi puncak kepala wanita itu."Mas," lirih Maya."Iya sayang mau apa, hem?" "Bantu Kak Devan ketemu Wini please." pintanya membuat Andi diam sejenak."Kak Devan cinta banget sama Wini Mas, aku jahat.Aku udah buat Wini pergi, aku tuduh Wini yang bukan-bukan, hiks." Maya kembali terisak, Andi hanya tersenyum sambil tangannya mengusap air mata Maya."Ada syaratnya," tantang Andi."Apa itu?""Kamu nggak boleh nangis lagi, kalo kamu nangis-nangis terus kayak gini, aku nggak mau bantu." tegas Andi membuat Maya langsung mengangguk."Hu'um aku

  • Kupilih Mandiri, Daripada Sakit Hati   Jujur

    Devan benar-benar putus asa setelah melihat pesawat yang di tumpangi Wini lepas landas.Hatinya terasa perih dan ngilu, andai ia bisa mengulang waktu ingin rasanya ia memahami perempuan itu terlebih dahulu.***Tiga hari kemudian, Andi sedang di rumah orang tuanya, di ruang tamu mereka ngobrol terkait Andi dan Maya. Andi hanya diam mendengarkan omongan kedua orangtuanya."Assalamualaikum." panggil seseorang dari pintu membuat semuanya langsung menoleh, jantung Andi terasa berdetak lebih kencang melihat wanita itu.'Apakah pagi ini bener-bener fix semuanya berakhir, intinya apapun itu aku harus terima dengan lapang dada.' ucap Andi dalam hati."Sini Nak, kita ngobrol secara kekeluargaan dulu." ucap Ayah yang dibalas anggukan oleh Maya."Gimana May, disini Ayah dan Mama hanya mengikuti kemauan kalian. Rencana ini sudah lama dan banyak sekali pertimbangan." ucap Ayah memulai percakapan, Andi langsung tercekat."Em ... Maaf Ayah, Mama untuk keputusan aku serahkan ke Maya sepenuhnya, jadi

  • Kupilih Mandiri, Daripada Sakit Hati   Aku Pergi

    "Sebentar aku periksa dulu." ucap Devan.Maya langsung menjauh sedikit lalu Devan memeriksa Hana, bibir Maya terus berdoa begitu juga dengan Wini dan Andi."Alhamdulillah, Hana nggak kenapa-kenapa kok ini efek obat, Hana lagi istirahat aja kasih ketenangan dulu ya." terang Devan lalu mengusap kepala Hana.Maya kembali mendekap Hana lalu tangisnya kembali pecah, andai boleh mengubah keadaan Maya ingin sekali menggantikan posisi Hana."Hana ... jangan tinggalin Bunda, Nak. Hana satu-satunya kebahagiaan Bunda, kasian sama Bunda sayang, Bunda mohon banget sama Hana." irih Maya bahkan matanya mulai terasa perih dan kepalanya sakit karena terlalu lama menangis.Air mata Andi ikut berjatuhan melihat pemandangan menyakitkan itu di hadapannya.Wini tidak kuat melihat itu, ia langsung memilih keluar dan berlari ke taman belakang rumah sakit sambil menutup mulutnya menahan tangis.'Ya Allah aku mohon banget beri Hana kesembuhan, bayi itu hadir menjadi kebahagiaan buat semuanya menjadi pemersatu

  • Kupilih Mandiri, Daripada Sakit Hati   Hana Masuk Rumah Sakit

    "Kamu masih sayang sama Andi?" tanya Devan, membuat Maya mendongak lalu menggeleng pelan.“Aku nggak tau kak, tapi aku nggak bisa ngebayangin jika Mas Andi beneran ninggalin Hana." lirih Maya, Devan tersenyum sekilas lalu menuntun maya untuk duduk.“Kamu ingat May, kamu selalu bilang Hana adalah kekuatan dan kebahagiaan kamu dan kebahagiaan Hana sekarang adalah Ayahnya.Kamu gak tega memisahkan Hana dengan kebahagiaannya dan yang aku lihat itu adalah kebahagiaan kamu juga.” ucap Devan Panjang lebar membuat Maya menunduk melihat Hana yang di balut jas Andi.“Tanyakan hati kecil kamu May, jangan hanya emosi sesaat kamu malah salah ambil langkah.Kamu malah ngorbanin Hana dan masalah aku nggak perlu khawatir, I am okey.Kamu tahu nggak alasanku selama ini selalu mengunjungimu hampir setiap hari?” tanya Devan, lagi-lagi maya hanya menggeleng.“Awalnya jujur aku suka sama kamu, tapi semakin hari apalagi melihat perjuangan Andi untuk menemui Hana itu sangat tulus.Aku langsung sadar ternyat

  • Kupilih Mandiri, Daripada Sakit Hati   Kamu masih sayang?

    “Nggak May ... Aku memang lagi ada tugas di luar kota, nanti begitu semuanya selesai aku segera kembali kok, aku akan datang jenguk Hana lagi." jawab Andi berusaha santai agar Maya tidak semakin curiga.“Bohong kan Mas, ada yang kamu sembunyikan dari aku dan Kak Devan.Kamu selama ini tetap kontakan sama Wini?” tanya Maya membuat Andi kaget, tapi sebisa mungkin Andi berusaha tetap tenang, sedangkan Devan langsung melihat Maya.‘Wini, Andi kontakan sama wini?’ ucap Devan dalam hati, sudah hampir tiga bulan ia tidak mendengar gadis lucu imut itu. Andi menggeleng sekilas lalu ia fokus melihat Hana, Maya yang melihat itu hanya tersenyum mengejek sambil menggeleng tidak habis pikir dengan Andi.“Mas ingin melihatku bahagia dengan Kak Devan, Mas tidak ingin melihatku menangis lagi, Mas ingin semuanya baik-baik saja.Namun itu semua cuma di mulut nyatanya Mas cemburu melihatku dengan Kak Devan, Mas nggak sanggup melihatku semakin hari semakin dekat dengan Kak Devan begini bukan yang Mas bil

  • Kupilih Mandiri, Daripada Sakit Hati   Menyerah

    Saat Andi hampir saja tertidur, Hana mulai serba salah dan merengek membuat Andi kembali membuka matanya.Ia melihat Maya sudah pulas sambil menggenggam erat tangannya.Perlahan ia melepaskan tangan Maya lalu ia beralih menggendong Hana karena jika tidak Hana pasti akan mengamuk seperti biasanya."Udah mainnya sayang, udah ngantuk?" ucap Andi mulai menimang-nimang Hana.Tapi bayi itu tidak langsung tidur melainkan serba salah seperti biasa mencari posisi ternyaman.Maya terjaga dari tidurnya mendengar suara Hana, ia melihat Andi sedang berusaha menenangkan putrinya."Mas." panggil Maya membuat Andi menoleh."Sini Hana biar aku susuin dulu." ucap Maya.Andi hanya mengangguk lalu merebahkan Hana di samping Maya, saat Maya hendak membuka kancing baju atasannya, tiba-tiba ia teringat ada Andi.Maya menoleh ke arah Andi membuat sang empu paham maksud Maya."Aku di ruang tengah aja." ucap Andi karena tahu pasti Maya malu menyusui Hana di depannya.Setelah Andi keluar, Maya langsung memberi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status