Share

Chapter 11. Ketakutan Maira

***

Maira ingin menyentak tangan Zian yang masih menggandeng jemarinya dan ingin berteriak minta tolong. Namun ia masih memikirkan nasib Zian kalau sampai dia dikeroyok massa. Maka namanya juga kampus mereka akan tercoreng.

Zian menatap Maira yang tak henti-hentinya menitikkan air mata. 'Apakah dia ketakutan padaku?'

'Ya Tuhanku! Tolong lindungi aku!' batin Maira tiada berhenti berharap agar mahasiswa ekonomi itu melepaskannya tanpa harus ia berteriak minta tolong.

Maira tersentak kaget karena tangan kekar Zian menghapus air bening yang menetes ke pipinya. Maira memejamkan mata, tubuhnya gemetar ketakutan. Keringat dingin mengucur dari setiap pori-porinya. Terlintas kembali dalam benaknya kejadian beberapa tahun silam saat ia dilecehkan oleh Om Bram. Rahang kecilnya mengeras. Semua pria memang brengsek! Hatinya menjerit memanggil nama Ibunya. Lidahnya terasa kaku dan kelu.

"Maaf, aku membuat kamu ketakutan," desis Zian saat melihat Maira yang begitu ketakutan. Tangan yang tadi menghap
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status