Share

Bab 3

Author: VERARI
last update Huling Na-update: 2023-02-21 15:40:23

'Brak!'

Suara pintu kamar terbuka lebar. Di ambang pintu, seseorang menatap mereka berdua dengan kemarahan yang luar biasa.

Yuna buru-buru melilitkan tali kimono lagi. Untungnya, ia belum membuka kain itu sepenuhnya.

Sementara itu, Aldo yang telah telanjang bulat, kalang kabut mencari jubah mandi yang ia lempar asal-asalan. Di lain pihak, wanita itu melesat masuk meskipun sekuriti mencoba mencegah.

"Lepaskan aku! Atau aku akan menuntut kalian semua!" ancam wanita itu.

"Sa-Sayang... Ini nggak seperti yang kamu kira." Suara Aldo bergetar.

Setelah berhasil memakai jubah mandi, Aldo berlari memeluk kaki wanita itu. "Sayang, maafkan aku. Aku... Kami belum sempat berbuat apa-apa!"

Wanita itu memandang tajam suaminya. Lalu beralih memandangi Yuna yang beringsut sembunyi di samping ranjang.

Dada Yuna bergemuruh kencang. Tangan wanita itu dengan cepat menyambar rambut Yuna lalu menariknya dengan kuat.

"Pelacur! Berani-beraninya menyentuh suami orang!"

Sekuriti ikut masuk dan berusaha memisahkan wanita itu dari Yuna. Sedangkan Aldo tidak memedulikan mereka. Ia hanya sibuk memasukkan barang bawaan yang berceceran ke dalam tas.

"Perempuan murahan!" Istri Aldo menampar keras wajah Yuna dengan berlinang air mata.

Si sekuriti berhasil menangkap istri Aldo dengan bantuan rekan yang baru datang. Namun Yuna sudah babak belur dibuatnya.

Di saat seperti ini, Mami Maria tidak datang membantu. Baru esok paginya, ia memanggil Yuna ke kantor.

"Nih, seratus juta."

"Kok cuma seratus juta, Mi?"

"Tsk, nggak bisa baca surat kontrak? Pendapatanmu dibagi 50:50."

"Oke, oke. Aku pamit dulu, Mi."

"Yun!" panggil Mami Maria menghentikan langkahnya. "Semalam kalian nggak jadi melakukan hubungan badan, bukan?"

"Sudah, Mi." Yuna terpaksa bohong. Ia tidak mau Mami Maria menarik uangnya lagi.

"Nggak usah bohong. Aku nggak akan minta uangmu lagi."

"Ma-maaf."

"Nanti kalau ada yang mau perawan kan aku bisa panggil kamu lagi. Lumayan kalau ada pelanggan yang nggak jadi icip-icip kamu tapi tetap dapat uang banyak."

Yuna tersenyum getir. Ia memang tidak kehilangan perawan, tapi seluruh badannya sakit semua karena ulah istri Aldo. Dan itulah pengalaman pertamanya menjadi kupu-kupu malam, yang juga menjadi awal dari kemalangannya.

***

Eric mendengar suara isak tangis dari kamar Emilia, kakaknya. Sejak pagi tadi, Emilia datang ke rumah orang tuanya dan diam di kamar seharian.

"Kenapa dia, Bi?" tanya Eric kepada Minah, asisten rumah tangga.

"Nggak tahu, Tuan. Tadi Tuan Aldo juga datang, tapi Nyonya Emil meminta semua orang untuk mengunci pintu gerbang. Lagi marahan mungkin."

Hubungan Eric dan Emilia dekat sejak kecil. Namun setelah kakaknya menikah, mereka jadi jarang berkomunikasi. Eric merasa tidak nyaman jika harus masuk dan bertanya masalah kakaknya.

Di lain sisi, ia penasaran. Sebab Emilia jarang sekali menangis. Bahkan ketika kakek yang sangat disayanginya meninggal baru-baru ini, Emilia mampu menahan kesedihan dengan baik.

Sebelum Eric memejamkan mata di malam hari, Emilia datang ke kamarnya. Mata Emilia merah dan bengkak tapi Eric pura-pura tidak sadar.

"Kamu ada waktu, Dek?"

Sudah lama sekali Eric tidak mendengar panggilan itu. Setelah mengenal Aldo, Emilia memangil Eric asal-asalan. Benar, orang itu yang telah mengubah dan menjauhkan Emilia darinya.

'Aku tahu, Aldo pasti akan berulah suatu saat nanti,' batin Eric.

"Kenapa, Kak?"

Emilia menyodorkan test pack dengan dua garis merah. "Kakak hamil, Dek."

"Selamat, Kak. Bukankah kalian sudah mengharapkan anak sejak lama? Kenapa Kakak malah menangis?"

Perasaan buruk mendatangi Eric. Mungkinkah itu bukan anak dari Aldo? Itu sebabnya, Emilia menangis seharian dan tidak mau menemui suaminya.

Emilia melemparkan tubuhnya ke ranjang Eric dan mulai menangis. Ia meringkuk memeluk bantal, seperti kebiasaan masa kecil ketika dimarahi kakeknya.

"Kakak mau menangis atau cerita?"

Emilia berbalik menghadap Eric lalu berkata, "Kakak ingin menggugurkan kandungan!"

Eric terkesiap. Dugaannya mungkin saja benar!

"Jangan macam-macam, Kak!"

"Kakak serius, Dek. Aku ingin kamu mencarikan dokter yang mau membantu tanpa ketahuan keluarga kita."

"Kakak selingkuh?"

Emilia terbelalak tidak percaya oleh tuduhan Eric. "Nggak mungkin kakak melakukan hal hina seperti itu! Justru kakak iparmu yang semalam ketahuan selingkuh!"

"A-Apa? Selingkuh dengan siapa bajingan itu?"

Wajah Eric mengeras, seperti yang biasanya ia tunjukkan kepada orang-orang, bahkan orang tuanya sendiri. Hanya pada Emilia dan Bibi Minah saja Eric bersikap ramah.

Dan sekarang, wajah ramah itu telah lenyap. "Siapa jalang yang berani merebut suami Kakak?"

Emilia membuang muka. "Pelacur," gumamnya.

"Aku tanya namanya!" bentak Eric.

Emilia balas berteriak, "Aku juga nggak tahu! Semalam aku hanya mengikuti lokasi suamiku. Aldo bertemu dengan pelacur itu di Hotel Laisa!"

Eric menendang nakas dan menimbulkan suara keras. Lampu tidur di atasnya jatuh dan pecah seketika.

"Jadi, suamimu menyewa pelacur di sana?!"

Emilia menjawab dengan anggukan.

"Tadi aku mengecek rekeningnya berkurang tiga ratus juta dalam waktu yang bersamaan. Yang dua ratus juta untuk Hotel Laisa dan seratus juta mungkin buat pelacur itu," terang Emilia.

"Tiga ratus juta cuma untuk tidur dengan pelacur murahan?!"

Eric menginjak pecahan lampu dengan kaki telanjang. Emilia bergidik dan kembali memunggungi adiknya. Tiap kali Eric marah, Emilia selalu ketakutan. Bahkan sakit hatinya tertutup sementara.

"Aku pergi dulu."

Eric menyalakan mesin mobil kemudian melesat ke arah Hotel Laisa. Dalam perjalanan, ia menghubungi anak buahnya untuk melacak kejadian malam itu. Tidak lebih dari lima menit, ia mendapat umpan balik dari informannya.

"Lakukan apa pun untuk menghancurkan Aldo dan jangan sampai Kakakku tahu," perintah Eric kepada anak buahnya di balik telepon.

"Aku yang akan mengurus pelacur itu sendiri," gumamnya.

Aldo, semua uang yang ia punya berasal dari Emilia dan keluarga Volker. Darah Eric mendidih ketika tahu Aldo berani menghabiskan ratusan juta hanya untuk mencicipi perawan.

Ban mobilnya berdecit tepat di depan pintu hotel. Tanpa menghiraukan sapaan orang-orang, ia langsung melesat ke lantai VVIP.

Sampai di lantai atas, seorang wanita sengaja menubruk badannya. Minuman alkohol membasahi bajunya.

"Oh, maaf, Sayang," ujar wanita itu seraya membersihkan kemeja Eric dengan sentuhan menggoda.

"Minggir!" Eric menyingkirkan tangan wanita itu dengan kasar.

Setelah beberapa lama mencari, ia akhirnya menemukan sosok itu. Gadis yang duduk menyilangkan kaki bergaya arogan di depan meja bar. Tepat seperti dalam foto yang dikirim bawahannya.

Gadis itu mengisap rokok dengan sedikit mengangkat kepala. Seolah ia tengah merendahkan orang-orang yang ada di dekatnya.

"Itu pasti yang namanya Yuna." Eric menyeringai jahat. "Perempuan rendahan sepertimu harus diberi pelajaran."

Mami Maria datang mendekat. Wanita itu berbisik padanya, "Dia cantik, bukan? Harganya sedikit mahal karena masih perawan."

Eric tertawa dalam hati, hampir saja ia menyerukan sumpah serapah. Menurut informan, Aldo dan Yuna berada di kamar berjam-jam lamanya. Mana mungkin Eric termakan bualan si mucikari.

'Nggak tahu malu, beraninya mau berbohong padaku,' cerca Eric dalam hati.

"Berapa harganya?" tanya Eric memasang tampang mesum.

"Dua ratus juta. Sudah plus kamar dan layanan hotel seharian."

"Bawa dia ke mari," perintah Eric.

"Jangan di sini negonya. Mari saya antar ke kamar yang lain."

Tidak lama menunggu, Mami Maria datang bersama Yuna. Mereka duduk saling berhadapan. Mami Maria mengenalkan Eric dan Yuna secara singkat lalu kembali berbisnis.

"Oke, gimana barang kami, Tuan Eric? Apa Anda suka?"

Eric menyeringai melihat kegugupan yang dipancarkan mata Yuna. Seolah itu pertama kalinya Yuna bertemu dengan pelanggan yang ingin mencicipi tubuhnya.

"Aku akan membayar perempuan ini satu miliar!"

Ucapan Eric membuat dua wanita di depannya membuka mata lebar-lebar. Eric yakin, mereka akan menerima tawarannya.

'Benar, ayo cepat makan umpannya! Setelah aku membelimu, akan akan membuatmu hidup seperti di neraka!'

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Popow
bagus bagus
goodnovel comment avatar
Chick Kin
suka ceritanya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Kupu-Kupu Malang   Bab 137

    "Buat apa kamu ke sini? Mau mengganggu Yuna lagi, hah?" bentak Diana sambil berkacak pinggang menghalangi pintu rumah."Bukan, Ma. Saya bukan mau bertemu Yuna.""Ma? Jangan memanggilku seolah-olah kamu itu anakku!" cerca Diana. Mata Diana melotot tajam kepada Aldo."Maaf, Bu- Nyonya. Saya mau bertemu dengan Pak Herman, sekalian Anda," kata Aldo sopan.Herman yang mendengar suara kencang besannya pun keluar dari dalam kamar. "Ada apa?" Ia memicingkan mata ke arah Aldo."Boleh saya bicara sebentar dengan Anda? Lima menit saja," pinta Aldo.Herman akhirnya mengizinkan Aldo masuk. Meskipun Diana masih menggerutu terus-menerus. Bahkan, ketika Bi Jumi mau menyiapkan minuman, Diana dengan tegas melarangnya.Yudha dan Eric datang setelahnya. Mereka ikut duduk karena ingin tahu apa yang akan Aldo katakan."Bapak mungkin sudah tahu siapa saya," kata Aldo kepada Herman."Ya, saya tahu," jawab Herman datar.Aldo tiba-tiba bersimpuh di depan kaki Herman. Namun, Herman langsung mencegahnya. Aldo te

  • Kupu-Kupu Malang   Bab 136

    "Nggak mau," tolak Eric sambil menggeleng-geleng tidak percaya dengan permintaan aneh sepupunya."Kembalilah ke kota, Kak. Kamu bisa kembali menjadi Presiden Direktur Volker Corp. Aku cuma mau Yuriana, nggak ingin kekuasan yang seharusnya jadi hakmu," lanjutnya.Billy mendesah lelah. "Kamu pulang besok. Sekarang sudah hampir malam. Dan Yuriana pergi pakai jalur laut, jangan naik helikopter, suaranya berisik.""Baik, Kak. Berikan dulu Yuriana. Aku ingin menggendongnya."Billy menyerahkan Yuriana setelah bayi itu puas meminum susunya dan Eric selesai mencuci tangan. Eric langsung memeluk erat Yuriana ke dalam pelukan.Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata bagaimana lega dan bahagia dirinya sekarang. Sampai air mata haru meleleh di pipinya. Eric juga tidak bisa berhenti menciumi seluruh wajah Yuriana.Billy menghela napas, lalu berdecak-decak masuk ke dalam rumah. Entah sudah berapa kali, sejak kedatangan Eric menjemput Yuriana, Billy selalu menghela napas. Suasana hatinya jadi memburuk

  • Kupu-Kupu Malang   Bab 135

    "Kita bicarakan masalah ini nanti, setelah Yuriana pulang."Eric tentunya senang oleh permintaan maaf Yuna, tetapi ia masih ingin mengamati perubahan Yuna. Eric tidak ingin lagi ada masalah di kemudian hari dengan persoalan yang sama. Cukup sekali Eric merasakan kesal, marah, dan sedih karena tidak dipercaya dan tidak dihargai istrinya sendiri. Bagaimanapun juga, semua yang ia lakukan demi masa depan keluarganya. "Baiklah. Lalu, berapa lama Mas Eric pergi?""Belum tahu. Aku berangkat dulu, ya. Jangan lemah, Yuna. Kamu sudah menjadi ibu sekarang. Pikirkan Yuriana nanti kalau pulang. Kamu tidak boleh sakit."Hanya mendengar kata-kata perhatian dari Eric saja, Yuna sudah tahu jika Eric telah memaafkan dirinya. Sebelum Eric berbalik, Yuna meraih pundaknya."Ada apa lagi, Yuna?"Yuna mengecup bibir Eric begitu lembut. Sejuta kerinduan yang tertutupi akibat kesedihan dan pikiran negatifnya, akhirnya dapat ia salurkan.Yuna melepaskan ciuman itu, tetapi tangan Eric sudah lebih dulu mendara

  • Kupu-Kupu Malang   Bab 134

    "Tuan, sebaiknya kita mengembalikan anak ini kepada orang tuanya." Suara Lima begitu lemah karena seharian kecapekan mengurus Yuriana.Di pulau pribadi Billy Volker, tidak ada satu pun pelayan, hanya ada lusinan bodyguard dan semuanya pria. Lima merasa kesulitan karena tidak terbiasa menggendong bayi.Sejak kemarin, Billy sendiri yang mengasuh Yuriana. Tetapi, hari ini, Billy sedang ingin santai-santai dan tidak ingin diganggu oleh siapa pun."Malas. Kamu saja yang mengembalikan kalau mau.""Bagaimana saya pergi dari pulau ini kalau cuma Tuan yang bisa menerbangkan helikopter," gerutu Lima."Jangan berisik di dekatku kalau nggak mau aku hukum," ancam Billy.Billy berbaring santai sambil menikmati jus buah segar yang dipetik Lima beberapa saat lalu. Matanya terlihat hampir terpejam karena angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah tampannya.Suara Yuriana menangis membuat Billy melompat dari kursi santai. Dadanya naik turun dengan cepat karena sangat terkejut."Lima!! Kamu ini nggak becus se

  • Kupu-Kupu Malang   Bab 133

    "Lepaskan aku!" Emilia meronta-ronta ketika dua petugas polisi mencekal lengannya. "Brengsek! Aku akan membunuh kalian semua! Siapa yang berani melaporkan aku?!"Eric terdiam. Keputusan memenjarakan Emilia juga sangat berat baginya. Yudha dan Diana awalnya juga menentang, tetapi tidak ada cara lain untuk menghentikan kegilaan Emilia.Untung saja, penangkapan Emilia terjadi di tempat terpencil. Mereka masih bisa menyembunyikan kasus itu dari media.Setelah Emilia pergi, beberapa petugas kesehatan yang berjaga-jaga sebelumnya masuk dan memeriksa semua orang. Aldo yang paling parah lukanya. Hampir semua jahitan di perut Aldo terlepas. Ia cukup beruntung karena organ dalam yang tadinya terluka masih baik-baik saja.Rombongan Yuna dan Eric bersama-sama menuju ke kantor polisi terdekat untuk menginterogasi Emilia. Selama berjam-jam, Emilia hanya mengamuk dan mengucap sumpah serapah.Akhirnya, Emilia lelah dan mulai mengakui perbuatannya. Selama berjam-jam tadi, Emilia sengaja mengulur wakt

  • Kupu-Kupu Malang   Bab 132

    "Jangan bohong! Cepat katakan di mana anakku!" pekik Yuna sambil berurai air mata.Aldo mendekati Emilia. "Sayang, ayolah, kita jemput Yuriana, lalu pulang ke rumah kita. Atau ... kita tinggal di sini saja berdua. Nggak akan ada yang mengganggu kita. Kita bisa punya anak sendiri. Sekarang, kembalikan dulu Yuriana."Iris mata Emilia berpindah ke arah pintu. Dua pria lain menerobos masuk ke dalam rumahnya. Eric dan Rendra akhirnya sampai, setelah berlarian ke tempat itu.Tanpa memedulikan apa yang baru terjadi, Eric langsung menarik kemeja Aldo dan memutar badan Aldo ke arahnya. Ia langsung meninju wajah Aldo sampai Aldo tersungkur jatuh."Brengsek!" umpat Eric."Kenapa kamu memukul Aldo, Mas?!" Yuna menarik lengan Eric yang bersiap memukul Aldo sekali lagi. "Dia membantuku mencari Yuriana, nggak seperti kamu yang nggak peduli sama sekali!""Kamu membelanya?!" bentak Eric. "Aku nggak membelanya. Kamu datang-datang cuma mau cemburu? Yang ada di pikiran kamu itu apa sebenarnya? Kamu ngga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status