Share

Bab 2

Author: VERARI
last update Last Updated: 2023-02-21 14:25:57

"Nggak," jawab Yuna cepat.

"Tapi tadi ada orang yang mau membayar ratusan juta untuk perawan, Yun. Kamu tahu, di sini nggak ada lagi yang masih perawan."

"Berapa juta?"

"Dua ratus juta."

"Oh, maaf, Ri. Dokter adikku barusan memanggil."

Yuna segera mematikan sambungan telepon. Andai saja ia bicara lebih lama lagi dengan Riana, ia pasti akan terbujuk olehnya.

Ucapan Riana terus berdengung di telinga. Seperti iblis kecil yang membisikkan kata-kata manis di sisi kirinya.

Yuna tidak punya cara lain untuk mendapatkan uang sebanyak itu untuk operasi adiknya. Ia pun tidak memiliki sertifikat untuk dijadikan jaminan.

Yuna berjalan lesu ke arah ruangan Dokter Darius. Hampir tengah malam, dokter itu masih sibuk dengan pasien. Yuna hendak kembali ke ruang perawatan Yuni, sebelum mendengar percakapan para perawat.

"Pasien kecelakaan tadi kondisinya memburuk. Mana kakaknya nggak cepat-cepat tanda tangan lagi," keluh salah seorang perawat.

Yuna mempercepat langkah kaki. Benar apa yang dikatakan perawat tadi. Yuni tengah dikelilingi beberapa dokter dan perawat. Ketika mereka melihat Yuna, salah satu perawat menutup tirai, menghalangi pandangan Yuna.

"Mbak Yuna?" Dokter Darius tiba-tiba muncul dari belakang.

"Dok, itu adik saya kenapa?"

"Saya baru mau ke sana. Mbak Yuna duduk dulu di depan."

Setelah menunggu beberapa menit, Dokter Darius keluar dan menjelaskan kondisi Yuni. Operasi tidak bisa lagi ditunda. Dan Yuna pun telah membuat keputusan besar dalam hidupnya.

"Dokter Darius, bolehkah saya tanda tangan izin operasi sebelum membayar biayanya?"

"Biasanya harus dibayar dulu."

Yuna meraih tangan Darius. "Tolong saya, Dok. Besok saya pasti akan membayarnya. Saya mohon, Dok."

***

Pukul 2 dini hari, Yuna kembali ke Hotel Laisa. Bukan untuk bekerja tapi untuk menemui Riana. Ia sudah memantapkan diri untuk membuang harga diri demi adiknya.

Sesampainya di lantai teratas, kaki Yuna terasa berat untuk beranjak dari lantai lift.

Pintu otomatis menutup sekali, lalu Yuna membukanya lagi. Namun, Yuna masih mematung di tempat.

Suara Riana menyadarkan, "Kenapa malah bengong di situ?" Riana berkacak pinggang.

"Aku..." Yuna menghela napas. "Aku takut, Ri."

Riana menarik Yuna lalu memeluknya sambil berbisik, "Aku juga takut awalnya. Tapi mau gimana lagi? Hanya ini jalan cepat yang bisa kita lakukan demi keluarga kita."

"Apa yang harus aku lakukan, Ri?"

"Seperti kamu biasanya menggoda orang."

"Tapi itu kan cuma bercanda." Yuna mengerutkan wajah. "Sakit nggak, Ri?"

"Sakit bentar. Tahan dan bayangin aja wajah Yuni yang butuh kamu sekarang. Kalau kamu mundur, Mami akan mencari perawan lain."

Yuna akhirnya mengikuti Riana yang membawanya ke kamar paling ujung. Ia mengambil napas panjang berulang-ulang sebelum meraih kenop pintu.

"Semoga berhasil," bisik Riana sambil lalu.

Yuna memutar kenop pintu ragu-ragu. Ia mengintip ke dalam tapi seseorang membuka pintu lebar-lebar lebih dulu.

"Selamat datang. Ayo, masuk, Sayang." Mata pria itu menyipit ketika tersenyum.

"Hai, Om!" sapa Yuna malu-malu.

Yuna tidak menyangka, pria hidung belang di depannya memiliki paras menawan. Tubuhnya tinggi gagah dan bisa dibilang tipe idaman Yuna. Apalagi, pria itu hanya mengenakan jubah mandi, sehingga terlihat jelas pahatan otot dadanya.

"Panggil Mas, Sayang, atau Aldo aja. Kamu namanya siapa?" Aldo menepuk kasur di sebelahnya. Mengisyaratkan Yuna agar duduk di dekatnya.

"Yuna, Om. Maksudku, Aldo." Yuna mengikuti perintah Aldo.

"Mau mandi dulu? Aku baru aja mandi tapi nggak menolak kalau kamu ingin ditemani."

Tangan Aldo meraih pinggang Yuna. Kemudian menariknya mendekat. Kini, tidak ada lagi jarak di antara mereka.

"Nggak usah gugup, Sayang. Kita punya waktu semalaman. Jadi, bisa pelan-pelan aja."

Agaknya, Aldo memiliki banyak pengalaman dengan wanita. Ia tahu betul, Yuna saat ini sedang gugup dan takut melewati malam pertama bercinta.

"A-Aku mandi dulu."

Yuna berlari ke kamar mandi dan mengunci pintu rapat-rapat. Ia gugup setengah mati.

"Sayang, jangan lama-lama. Sudah setengah jam nih!" seru Aldo.

'Aku bisa!' seru Yuna dalam hati.

Yuna berjalan keluar dari kamar mandi menggunakan kimono tipis yang disediakan hotel. Tatapannya kini berubah, seperti biasa ketika menggoda orang-orang.

"Nah, begitu. Habis mandi jadi lebih cantik. Sini, duduk dan ngobrol dulu."

Yuna mengikuti perintah Aldo. Mereka bercakap-cakap cukup lama. Yuna jadi sedikit lupa jika malam ini ia bertemu dengan pria yang hanya membeli tubuhnya.

Tangan Aldo sesekali mengusap paha Yuna sambil berceloteh panjang lebar. Kemudian ia mematikan lampu utama dan mengganti dengan lampu remang-remang di nakas.

"Coba dicek rekeningmu, Sayang. Sudah masuk uangnya?"

Mata Yuna terbelalak lebar ketika melihat jumlah saldo rekeningnya melalui ponsel. "Seratus juta?"

"Iya, bonus karena kamu cantik, Sayang. Aku juga tahu kalau kamu jelas masih perawan. Yang dua ratus juta minta ke Mami ya."

"Tapi... Kok Mas Aldo yakin sekali aku masih perawan? Kan bisa aja, aku dan Mami bohongin Mas Aldo."

Alih-alih menjawab pertanyaan, Aldo mendaratkan ciuman ke leher Yuna. Gadis itu terperanjat namun tetap diam menerima perlakuan kliennya.

"Kamu baru kali ini disentuh orang, bukan?"

"Iya."

Tangan Aldo menyelusup di balik kimono Yuna. Gadis itu spontan mencekal tangan Aldo.

"Nggak apa, Sayang. Kamu diam aja," ujar Aldo dengan suara berat dan lembut.

Aldo mencium setiap jengkal kulit di sekujur tubuh Yuna. Sebuah getaran aneh menggelitik perutnya. Yuna belum pernah merasakan sensasi itu.

Kewanitaannya berkedut ketika tangan Aldo meremas dadanya. Ia melenguh sekejap, sebelum Aldo mendaratkan ciuman hangat.

"Hmm, nggak usah ditahan, Sayang. Aku suka mendengar desahanmu," bisik Aldo.

Yuna sebenarnya takut dan ingin menghentikan semua. Akan tetapi, Aldo ahli melakukan manuver sehingga tubuh Yuna cepat bereaksi dan tidak terkendali.

Aldo menarik ikatan kimono Yuna menggunakan mulut. "Cantik sekali tubuhmu," puji Aldo.

"Aku malu." Yuna memalingkan wajah.

Aldo mendaratkan bibirnya di perut Yuna. Tangan pria itu bergerilya di seputar organ kewanitaan Yuna. Gadis itu tidak kuasa menahan gejolak nafsu yang membara.

Yuna sedikit kecewa ketika Aldo menghentikan aksinya. Pria itu berdiri setengah badan bertumpu pada lulut di atas Yuna. Lalu mulai membuka jubah mandinya sendiri.

Mulut Yuna sedikit terbuka ketika melihat benda keras dan panjang yang mengacung tegak ketika Aldo membuka celana dalamnya. Untuk pertama kali Yuna melihat barang milik lelaki dengan kedua matanya sendiri.

'Apa benda besar itu bisa masuk ke milikku?' tanyanya pada diri sendiri.

Aldo menuntun tangan Yuna ke arah miliknya. Awalnya Yuna menolak, tapi lama-lama ia terbiasa menggerakkan tangannya naik turun.

"Enak sekali, Sayang. Coba sekarang kamu lakukan dengan mulutmu," pinta Aldo.

Yuna terkejut oleh permintaan Aldo. Ia merasa jijik harus memasukkan tempat berkemih pria ke dalam mulutnya. Yuna hendak menolak tapi Aldo mendorong kepalanya sampai di depan barang pria itu.

Yuna terpaksa menuruti kemauan Aldo. Anehnya, rasa jijik itu tiba-tiba hilang. Ia mengulum, menjilat tanpa ragu sekarang.

Puas dengan permainan mulut Yuna, Aldo membaringkan Yuna dan melakukan hal yang sama di bagian inti kewanitaannya. Yuna mengerang, meracau tidak karuan. Ia bahkan terkejut oleh kalimat-kalimat kotor yang keluar dari mulutnya sendiri.

"Ini agak sakit, Sayang. Ditahan sebentar ya. Nanti kalau sudah biasa, kamu pasti akan ketagihan."

Jantung Yuna berdegup kencang ketika Aldo mengusap-usap barangnya sendiri menuju lubang kewanitaannya. Ia menahan napas sambil memejamkan mata.

"Aku masukkan, Sayang."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Popow
hoooooootttt
goodnovel comment avatar
Muhammad Krisna
Keren novel nya
goodnovel comment avatar
Chick Kin
mendebarkan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kupu-Kupu Malang   Bab 137

    "Buat apa kamu ke sini? Mau mengganggu Yuna lagi, hah?" bentak Diana sambil berkacak pinggang menghalangi pintu rumah."Bukan, Ma. Saya bukan mau bertemu Yuna.""Ma? Jangan memanggilku seolah-olah kamu itu anakku!" cerca Diana. Mata Diana melotot tajam kepada Aldo."Maaf, Bu- Nyonya. Saya mau bertemu dengan Pak Herman, sekalian Anda," kata Aldo sopan.Herman yang mendengar suara kencang besannya pun keluar dari dalam kamar. "Ada apa?" Ia memicingkan mata ke arah Aldo."Boleh saya bicara sebentar dengan Anda? Lima menit saja," pinta Aldo.Herman akhirnya mengizinkan Aldo masuk. Meskipun Diana masih menggerutu terus-menerus. Bahkan, ketika Bi Jumi mau menyiapkan minuman, Diana dengan tegas melarangnya.Yudha dan Eric datang setelahnya. Mereka ikut duduk karena ingin tahu apa yang akan Aldo katakan."Bapak mungkin sudah tahu siapa saya," kata Aldo kepada Herman."Ya, saya tahu," jawab Herman datar.Aldo tiba-tiba bersimpuh di depan kaki Herman. Namun, Herman langsung mencegahnya. Aldo te

  • Kupu-Kupu Malang   Bab 136

    "Nggak mau," tolak Eric sambil menggeleng-geleng tidak percaya dengan permintaan aneh sepupunya."Kembalilah ke kota, Kak. Kamu bisa kembali menjadi Presiden Direktur Volker Corp. Aku cuma mau Yuriana, nggak ingin kekuasan yang seharusnya jadi hakmu," lanjutnya.Billy mendesah lelah. "Kamu pulang besok. Sekarang sudah hampir malam. Dan Yuriana pergi pakai jalur laut, jangan naik helikopter, suaranya berisik.""Baik, Kak. Berikan dulu Yuriana. Aku ingin menggendongnya."Billy menyerahkan Yuriana setelah bayi itu puas meminum susunya dan Eric selesai mencuci tangan. Eric langsung memeluk erat Yuriana ke dalam pelukan.Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata bagaimana lega dan bahagia dirinya sekarang. Sampai air mata haru meleleh di pipinya. Eric juga tidak bisa berhenti menciumi seluruh wajah Yuriana.Billy menghela napas, lalu berdecak-decak masuk ke dalam rumah. Entah sudah berapa kali, sejak kedatangan Eric menjemput Yuriana, Billy selalu menghela napas. Suasana hatinya jadi memburuk

  • Kupu-Kupu Malang   Bab 135

    "Kita bicarakan masalah ini nanti, setelah Yuriana pulang."Eric tentunya senang oleh permintaan maaf Yuna, tetapi ia masih ingin mengamati perubahan Yuna. Eric tidak ingin lagi ada masalah di kemudian hari dengan persoalan yang sama. Cukup sekali Eric merasakan kesal, marah, dan sedih karena tidak dipercaya dan tidak dihargai istrinya sendiri. Bagaimanapun juga, semua yang ia lakukan demi masa depan keluarganya. "Baiklah. Lalu, berapa lama Mas Eric pergi?""Belum tahu. Aku berangkat dulu, ya. Jangan lemah, Yuna. Kamu sudah menjadi ibu sekarang. Pikirkan Yuriana nanti kalau pulang. Kamu tidak boleh sakit."Hanya mendengar kata-kata perhatian dari Eric saja, Yuna sudah tahu jika Eric telah memaafkan dirinya. Sebelum Eric berbalik, Yuna meraih pundaknya."Ada apa lagi, Yuna?"Yuna mengecup bibir Eric begitu lembut. Sejuta kerinduan yang tertutupi akibat kesedihan dan pikiran negatifnya, akhirnya dapat ia salurkan.Yuna melepaskan ciuman itu, tetapi tangan Eric sudah lebih dulu mendara

  • Kupu-Kupu Malang   Bab 134

    "Tuan, sebaiknya kita mengembalikan anak ini kepada orang tuanya." Suara Lima begitu lemah karena seharian kecapekan mengurus Yuriana.Di pulau pribadi Billy Volker, tidak ada satu pun pelayan, hanya ada lusinan bodyguard dan semuanya pria. Lima merasa kesulitan karena tidak terbiasa menggendong bayi.Sejak kemarin, Billy sendiri yang mengasuh Yuriana. Tetapi, hari ini, Billy sedang ingin santai-santai dan tidak ingin diganggu oleh siapa pun."Malas. Kamu saja yang mengembalikan kalau mau.""Bagaimana saya pergi dari pulau ini kalau cuma Tuan yang bisa menerbangkan helikopter," gerutu Lima."Jangan berisik di dekatku kalau nggak mau aku hukum," ancam Billy.Billy berbaring santai sambil menikmati jus buah segar yang dipetik Lima beberapa saat lalu. Matanya terlihat hampir terpejam karena angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah tampannya.Suara Yuriana menangis membuat Billy melompat dari kursi santai. Dadanya naik turun dengan cepat karena sangat terkejut."Lima!! Kamu ini nggak becus se

  • Kupu-Kupu Malang   Bab 133

    "Lepaskan aku!" Emilia meronta-ronta ketika dua petugas polisi mencekal lengannya. "Brengsek! Aku akan membunuh kalian semua! Siapa yang berani melaporkan aku?!"Eric terdiam. Keputusan memenjarakan Emilia juga sangat berat baginya. Yudha dan Diana awalnya juga menentang, tetapi tidak ada cara lain untuk menghentikan kegilaan Emilia.Untung saja, penangkapan Emilia terjadi di tempat terpencil. Mereka masih bisa menyembunyikan kasus itu dari media.Setelah Emilia pergi, beberapa petugas kesehatan yang berjaga-jaga sebelumnya masuk dan memeriksa semua orang. Aldo yang paling parah lukanya. Hampir semua jahitan di perut Aldo terlepas. Ia cukup beruntung karena organ dalam yang tadinya terluka masih baik-baik saja.Rombongan Yuna dan Eric bersama-sama menuju ke kantor polisi terdekat untuk menginterogasi Emilia. Selama berjam-jam, Emilia hanya mengamuk dan mengucap sumpah serapah.Akhirnya, Emilia lelah dan mulai mengakui perbuatannya. Selama berjam-jam tadi, Emilia sengaja mengulur wakt

  • Kupu-Kupu Malang   Bab 132

    "Jangan bohong! Cepat katakan di mana anakku!" pekik Yuna sambil berurai air mata.Aldo mendekati Emilia. "Sayang, ayolah, kita jemput Yuriana, lalu pulang ke rumah kita. Atau ... kita tinggal di sini saja berdua. Nggak akan ada yang mengganggu kita. Kita bisa punya anak sendiri. Sekarang, kembalikan dulu Yuriana."Iris mata Emilia berpindah ke arah pintu. Dua pria lain menerobos masuk ke dalam rumahnya. Eric dan Rendra akhirnya sampai, setelah berlarian ke tempat itu.Tanpa memedulikan apa yang baru terjadi, Eric langsung menarik kemeja Aldo dan memutar badan Aldo ke arahnya. Ia langsung meninju wajah Aldo sampai Aldo tersungkur jatuh."Brengsek!" umpat Eric."Kenapa kamu memukul Aldo, Mas?!" Yuna menarik lengan Eric yang bersiap memukul Aldo sekali lagi. "Dia membantuku mencari Yuriana, nggak seperti kamu yang nggak peduli sama sekali!""Kamu membelanya?!" bentak Eric. "Aku nggak membelanya. Kamu datang-datang cuma mau cemburu? Yang ada di pikiran kamu itu apa sebenarnya? Kamu ngga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status