Share

Bab 3 Tak Ada Tempat Bersandar

Di bawah langit gelap dengan dihiaskan ribuan bintang dan sang rembulan. Cahaya lampu dari jalanan kota menemani sepasang suami istri yang sedang berjalan beriringan.

Terlihat romantis dan membahagiakan, tetapi siapa yang tahu jika hati mereka kini sedang diporak porandakan oleh sesuatu yang bernama cinta dan penghianatan.

"Malam semakin dingin, kita pulang saja," ajak Arsen yang kini berjalan mendahului Neisha.

Wanita itu masih terdiam di tempatnya, menatap punggung lebar nan kokoh yang berjalan menjauhinya, Neisha meratapi nasibnya.

Beberapa menit yang lalu mereka masih berjalan beriringan dengan tangan yang saling menggenggam. Namun, kini punggung kokoh itu pergi meninggalkan Neisha seorang diri.

***

Baru juga menginjakkan kaki dan masuk ke dalam rumah, ponsel milik Arsen yang ia letakkan di atas meja berdering. Saat menikmati malam bersama dengan Neisha, Arsen sengaja meninggalkan benda pipih itu di rumah.

Neisha yang melihat Arsen segera mengambil ponselnya pun menggigit bibir bawahnya. Menyalurkan rasa di hatinya. Tidak lupa, tangannya meremas bagian bawah kemeja yang ia pakai. Sudah dapat Neisha tebak jika yang menghubungi adalah wanita yang berhasil masuk ke dalam hubungannya dengan Arsen.

Dengan sengaja Neisha berdiri di tempatnya tanpa berniat melangkahkan kakinya meski hanya sejengkal. Wanita itu mencoba mencuri dengar apa yang akan dikatakan suaminya dari sambungan telepon.

"Halo," sapa Arsen saat jemarinya telah menggeser gambar telepon berwarna hijau ke atas.

" … "

"Bagaimana keadaannya sekarang?" Neisha dapat mendengar dengan jelas adanya nada kekhawatiran yang ditunjukkan oleh Arsen.

" … "

"Aku akan ke sana. 20 menit lagi akan aku sampai."

Kini Neisha semakin erat meremas kemejanya. Wanita itu menyalurkan segala keresahan hatinya. Jadi, apa Arsen akan meninggalkannya malam ini?

Arsen, pria itu menutup sambungan telepon dan berbalik menghadap Neisha. Istrinya yang cantik itu menunjukkan raut wajah sedihnya.

Meski begitu, seseorang yang jauh di sana membutuhkan dirinya saat ini. Berjalan untuk lebih dekat dengan Neisha, Arsen berdiri tepat di depan sang istri.

Menghela nafas sejenak dan tanpa sengaja manik hitam Arsen mendapati genggaman tangan Neisha pada kemejanya. Pria itu tahu, wanita yang sedang berada di depannya ini menahan rasa.

"Neisha …," panggil Arsen dengan lembut. 

"Aku harus pergi. Sesuatu sedang menungguku," ujar Arsen.

Neisha mendongakkan wajahnya menatap mata bulat pria yang menempati tempat terindah di hatinya. "Seseorang bukan sesuatu." Tatapan tajam syarat akan kesakitan Neisha layangan pada pria di depannya itu.

Tepat sekali, Arsen tidak dapat berkutik kala Neisha mengucapkannya. Senyuman hangat yang coba ia berikan kini memudar sempurna.

"Neis …."

"Aku hanya ingin kita menghabiskan waktu satu bulan denganmu, Mas. Apa tidak bisa kamu memberikan waktu itu padaku? Mereka telah mendapatkan kasih sayang dan kepedulian darimu selama ini," tuntut Neisha dengan kalimat yang menggebu.

"Sekarang baru sehari dan kamu tidak bisa melakukannya untukku." Pedih menggores hati tatkala sang suami benar-benar mementingkan orang lain.

"Kita masih punya waktu 29 hari …."

"Mereka punya waktu yang lebih lama," potong Neisha. Pandangan mata wanita itu kabur karena bulir air mata yang menerobos keluar tanpa henti. 

"Aku hanya punya waktu sebulan sebelum kamu melayangkan gugatan itu, Mas."

Perdebatan yang hanya memakan waktu beberapa menit, tetapi mampu membuat Neisha membuka lukanya kembali.

"Akan akan segera pulang. Kali ini aku benar-benar akan pergi." Tanpa menunggu jawaban dari Neisha, Arsen beranjak dari tempatnya.

"Aku membutuhkanmu," jerit Neisha masih pada tempatnya yang mampu membuat Arsen menghentikan langkahnya sebelum mencapai pintu.

Neisha memutar tubuhnya menatap punggung kokoh Arsen dan berkata dengan lirih, "Tetaplah di sini, bersamaku," mohon Neisha.

"Maaf." Tanpa melihat ke arah Neisha yang sudah menangis tergugu, Arsen meninggalkan istrinya seorang diri dengan luka yang dibuatnya.

***

Terduduk di sudut ruangan kamar tanpa penerangan sembari memeluk kakinya erat hingga batas dada. Tubuhnya bergetar diiringi dengan isakan yang lolos dari bibir tipisnya.

Menatap lekat sebuah foto berukuran kecil yang berada di atas meja samping tempat tidurnya. Neisha tersihir oleh jutaan pesona yang ditawarkan Arsen hingga wanita itu jatuh terlalu dalam oleh cinta pria yang bahkan tidak pernah menganggapnya ada.

Suasana hati yang begitu buruk hingga tidak ada satu kelakar pun yang keluar dari bibirnya kecuali isakan tangis yang semakin membuat dadanya sesak.

Sekali lagi, Arsen selalu mengutamakan wanita lain ketimbang dirinya. Hanya satu bulan permintaan yang diinginkan Neisha untuk menghabiskan waktu bersama, tetapi sia-sia.

"Ayah, Ibu," gumamnya seolah mengadukan nasib rumah tangganya kini pada kedua orang tua yang sangat berarti bagi Neisha.

"Pada siapa aku harus berbagi dan bersandar?" lirihnya dengan pelupuk mata yang penuh dengan bulir bening itu.

Angin malam berhembus kian kencang. Jendela kamar yang sengaja Neisha biarkan terbuka membuat hawa dingin menusuk kulit wanita pemilik senyum manis itu.

Sudah bertekad untuk menjadi wanita kuat dan mengambil Arsen dari wanita lain, tapi mengapa ia selalu kalah dan lemah. Menangis dan merenungi nasib menjadi jalan terakhirnya menyampaikan sakit di dada yang menghujamkan.

Drt … drt … drt

Getar ponsel yang berada di atas ranjang miliknya membuat Neisha dengan segera menghapus air mata yang bercucuran di pipi.

Beranjak dari posisi semulanya, wanita itu mengambil benda pipih itu dan menyalakannya. Ada rasa senang kala nama yang tertera di layar ponselnya adalah 'Mas Arsen'.

Namun, sedetik kemudian hatinya berdenyut nyeri membaca sebuah pesan yang dikirimkan oleh Arsen. Ternyata bukan hanya hati tetapi raga mereka juga tidak bisa bersatu.

'Aku menginap di rumah Aurel. Melodi sakit dan dia tidak mau aku tinggal.' Pesan yang mampu membuat gelombang kepedihan di hati Neisha semakin besar.

Apa tidak ada harapan?

Tunggu … apa sebelum Neisha memergoki suaminya bersama wanita lain, Arsen juga sering menginap di rumah wanita itu? Namun, dengan dalih menginap di kantor karena urusan pekerjaan seperti yang selalu ia katakan?

Neisha tersenyum getir kala memikirkan hal itu. Hampir dua tahun dan dirinya selalu dibohongi seperti ini? Sudah mencoba menjadi istri yang baik tapi tidak ada balasan yang didapatkan?

"Bertahanlah sebentar lagi, Nes." Wanita berparas ayu itu menyemangati dirinya sendiri.

Kali ini ia akan bertahan sedikit lebih lama. Neisha akan berusaha semampunya untuk mempertahankan rumah tangga yang dibina selama hampir dua tahun. 

Apalagi pernikahan ini adalah keinginan orang tuanya dan sang mertua. Neisha tidak ingin membuat mendiang orang tuanya bersedih. Mertua yang begitu Neisha hormati juga begitu menyayangi wanita bertubuh ramping itu.

Layaknya rumput liar yang menancapkan akarnya dengan kuat, Neisha akan menjadi seperti rumput itu. Meski kehadirannya dianggap mengganggu keindahan alam tetapi Neisha bertekad menancapkan akarnya sampai lapisan terdalam.

***

Bayang sinar matahari yang sudah sepenggalan masuk menyerbu celah jendela kamar sang wanita yang masih terlelap dalam tidurnya.

Meski cahaya terang telah berhasil masuk ke kamar, tidak mengusik tidur seorang wanita cantik yang masih berselimutkan kain tebal karena udara dingin semalam.

Tenaganya terkuras habis karena merenungi takdir yang seakan mempermainkan dirinya. Semesta enggan berpihak akan keberuntungan cinta pada Neisha. Menyedihkan.

Neisha mengerjapkan matanya tatkala ia mendengar suara pintu yang terbuka. Tentu saja wanita dengan senyum manis itu tahu siapa pelakunya.

Dengan tergesa Neisha segera menyibak selimut yang membungkus tubuh rampingnya. Beranjak dari ranjang dan mengambil ikat rambut yang tergeletak di atas meja, wanita itu menguncir rambut panjangnya.

Meraih gagang pintu berwarna silver dan keluar dari kamar. Betapa terkejutnya Neisha saat melihat penampilan Arsen yang begitu acak-acakan. Tidak biasanya suaminya berpenampilan mengerikan seperti itu.

Beberapa pertanyaan berkecamuk dalam pikiran Neisha. Apa yang dilakukan Arsen hingga membuat pria itu terlihat lelah dengan baju yang sudah berantakan.

"Mas," panggil Neisha setelah wanita itu berdiri di belakang Arsen.

Mendengar suara merdu nan lembut itu Arsen segera membalikkan tubuh tegapnya dan menatap mata sembab istri yang semalam ia tinggalkan.

"Neis …," gumam pria lemah yang membuat Neisha mengernyitkan dahinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status