"Dad, kita mau pergi ke pemandian air panas nanti sore, Daddy mau ikut gak?" tanya Anaya yang sedang memilah pakaian yang akan jadi outfitnya nanti sore. "Memangnya siapa saja yang pergi?" tanya Liam yang sedang berkutat dengan MacBook nya. "Mommy, Mbak Gendis, Roxy sama Ibu," jawab Anaya yang masih fokus pada pakaiannya. "Anak-anak gak ikut?" tanya Liam lagi. "Gak, kayanya Mas Sam mau ajak mereka cari ikan warna warni yang tadi gak jadi di beli! Si Gemi merajuk dan ngadu sama Ayahnya kalau gak dibolehin Mbak Gendis beli ikan," jawab Anaya masih memilah baju yang sudah menumpuk tinggi. Liam menghentikan pekerjaannya dengan menutup MacBook meskipun pekerjaannya belum selesai. Ia berjalan mendekati sang istri yang belum selesai memilah baju dan menyentuh kedua bahunya dengan lembut. "Mommy cari apa sih? Ini bajunya sudah numpuk begini kok masih di cari-cari lagi?" tanya Liam sambil mengusap bahu sang istri. Anaya membalikkan badannya sehingga keduanya saling berhadapan d
"Andi, apakah disini memang kawasan villa yang khusus di sewakan?" tanya Raka saat mereka dalam perjalanan menuju sebuah desa tempat orang tua kliennya tinggal. "Setahu saya tidak semuanya, Pak! Malahan rumahnya orang tuanya Pak Wisnu hanya rumah kecil yang bergaya tradisional menurut orang suruhan saya yang sengaja saya cari tahu. Sugandi memang sengaja menyelidiki setiap klien yang mengajukan kerjasama dengan mereka karena sifatnya yang teliti. Ia tidak mau salah langkah dengan terlalu terburu-buru hanya karena ingin punya uang banyak. Karena sifatnya yang seperti itu membuat Raka begitu memperhatikan Andi dan tetap mempertahankan pria itu di sisinya. Terlebih lagi Raka juga Bos yang tidak semena-mena dengan bawahannya sehingga Andi nyaman bekerja dibawah pria itu. "Kasihan Pak Wisnu, Pak! Selain sibuk bekerja memperluas tokonya, ia juga sibuk merawat ibunya yang sudah renta. Makanya ia rela bolak-balik antara Bandung dengan Lembang agar bisa melakukan keduanya," adu Andi pada R
Anaya tertidur lelap hingga waktunya makan siang tiba. Ia bahkan tidak terbangun saat di gendong Liam dari mobil hingga ke lantai dua Villa kamar mereka. Anaya bangun saat mencium wangi ikan bakar yang membangkitkan selera makannya. Liam yang sedang membakar ikan di teras belakang tidak tahu jika aroma ikan tersebut sudah membangunkan tidur nyenyak istrinya. Padahal ia berniat akan membawa hasil bakarannya ke lantai atas dan akan makan bersama bersama sang istri. "Kalian lapar ya? Sama, Mommy juga lapar! Kayaknya ini bau ikan bakar!" ucap Anaya berbicara pada perutnya yang sudah mulai terlihat membuncit. Air liur nya hampir keluar tatkala ia membayangkan betapa lezatnya ikan bakar tersebut. Anaya bergegas mencuci mukanya biar segar kembali dan dengan santai menuruni tangga yang tidak terlalu banyak anak tangganya. Ia menyusuri Villa dengan mencium bau enak tersebut hingga akhirnya ia menemukan suami tercintanya sedang berdiri di depan panggangan sambil mengipas-ng
Tidak sampai satu jam perjalanan udara yang mereka tempuh untuk sampai di bandara Husein Sastranegara dengan tempat parkir khusus. Sudah ada dua mobil yang disiapkan orang-orangnya Liam yang diawasi oleh Farel salah satu tangan kanannya, yang menunggu dua keluarga itu turun dari pesawat."Kita langsung ke Villa yang ada di Lembang! Sudah disiapkan semua kebutuhan kita di sana dan Villa kita bersebelahan," ucap Liam pada Samudra saat keduanya mau masuk mobil masing-masing. Samudra memberikan jempolnya tanda setuju, dua mobil itu pun beriringan keluar dari area Bandara menuju daerah Lembang. Liam tersenyum kecil melihat Istrinya sudah molor dibangku belakang dengan bersandar pada bahu Roxy yang sedang bermain game di ponselnya. "Dad, apa aku nanti boleh bawa Mommy ke Maribaya hot springs?" tanya Roxy tanpa melepaskan matanya dari game yang ia mainkan. "Tempat apa itu?" tanya Liam dengan kening berlipat. "Itu tempat pemandian air panas alami, Dad. Aku lihat di IG keindahan di sana
Hari ini hari yang paling membahagiakan bagi Liam, pasalnya hari ini ia bersama kelurga akan liburan ke Bandung. Semua pekerjaan sudah ia serahkan pada Naren dan dua tangan kanannya yang ia panggil dari Singapura. "Sir, semua barang-barang sudah di taruh dalam bagasi pesawat beberapa menit yang lalu. Kapten Park sudah menunggu rombongan Anda di Bandara," lapor Naren sebelum Liam masuk ke dalam mobil. "Baiklah, jangan lupa untuk menghandel dua orang itu agar tidak bertindak brutal jika sedang emosi! Aku akan kembali seminggu lagi!" sahut Liam dengan menepuk bahu Naren lalu ia masuk ke mobil setelah itu. "Iya, Sir! Selamat liburan!" jawab Naren dengan nada rendah agar keengganannya tidak kelihatan. Liam tidak menghiraukan jawaban Naren karena dirinya sibuk memastikan kenyamanan istrinya yang saat ini sedang hamil. "Si Bos pamit liburan kayak lagi liburan ke luar negeri, padahal cuma ke Bandung doang!" batin Naren mencibir dalam hati. Ia masuk ke mobil yang berbeda karena ara
Bu Yati yang ketiduran di kamarnya mendadak bangun dengan perasaan linglung saat mendengar suara azan magrib berkumandang. "Astaga, aku ketiduran sampai malam!" seru Bu yati dengan setengah berteriak setelah benar-benar sadar dari linglungnya. Niat hati ingin rebahan saja sambil menunggu Amira pulang, nyatanya ia sampai ketiduran dan kebangun saat azan magrib berkumandang. Wanita paruh baya itupun langsung keluar kamar dan mendapati suasan rumah yang sunyi. Ia berjalan ke depan sambil menyibak gorden, terlihat mobil Raka sudah terparkir di halaman rumah. Lalu ia kembali berjalan menuju kamarnya guna untuk mengambil wudhu dan mengira jika anak serta menantunya ada dikamar mereka. "Lo, Raka? Kok cuma kamu di meja makan? Mana istri kamu? Seharian pergi baru pulang malah mendekap dalam kamar? Boro-boro mau beresin rumah sama masak, setiap hari keluyuran saja kerjanya!" tanya Bu Yati yang ujungnya kembali ngomel-ngomel tanpa kenal lelah. "Aku memang sendiri dari tadi! Mema