"Aku mencintaimu, Anaya. Tetapi aku butuh anak yang akan meneruskan garis keturunanku. Setelah anak ini lahir, kita bertiga akan hidup bahagia bersama. Aku janji itu," -Naraka Surya Dinata "Aku tidak butuh ungkapan cinta mu, Raka! Sekali penghianat akan tetap menjadi penghianat. Aku tidak sudi menjadi pengasuh anak haram mu!" -Anaya Azalea Murray. "Dasar laki-laki bodoh! Kau membuang berlian demi batu kerikil yang tidak berharga. Akan aku rebut berlian itu dan aku simpan di dalam sangkar emas ku!" Bertrand William Summer. Hanya karena Anaya belum mengandung setelah dua tahun pernikahan, Raka yang didesak ibunya menghamili teman masa kecilnya yang diam-diam mencintainya. Anaya yang mengetahui perselingkuhan itu langsung menggugat cerai Raka dan karena sakit hatinya membuat perempuan cantik itu menghabiskan malam dengan laki-laki yang tidak ia kenal. Laki-laki tersebut tergila-gila pada Anaya setelah malam panas mereka. Ia langsung menyusun rencana untuk merebut Anaya setelah tahu tentang Anaya yang diselingkuhin suaminya. Anaya disekap Raka di rumahnya karena marah saat mendapatkan surat dari pengadilan sehingga membuat Anaya mengeluarkan sisi gelapnya yang selama ini ia sembunyikan.
View MoreSeorang guru cantik di sebuah taman kanak-kanak sedang bernyanyi bersama anak-anak didiknya di halaman sekolah. Beberapa kali wanita cantik itu tertawa geli melihat tingkah lucu anak-anak tersebut yang selalu membuat hatinya terhibur.
"Bu Anaya selalu bahagia saat bersama anak-anak, tetapi ia kembali murung setelah anak-anak pulang," ucap Bu Vera dengan tatapan kasihan. "Yah, setidaknya Anaya sedikit terhibur dengan tingkah anak-anak yang polos itu!" sahut Daisy yang menjadi teman curhat Anaya disekolah. "Iya, ya. Padahal Anaya baru nikah dua tahun eh sudah didesak untuk punya anak. Emangnya punya anak itu semaunya kita, itu kan hak progresifnya Tuhan. Jadi gak bisa kita menuntutnya kapanpun kita mau. Masih banyak kok diluar sana pasutri yang sepuluh tahun nikah baru di karuniai anak," omel Anita dengan muka cemberut. Ketiga rekannya disekolah itu mengetahui dengan pasti apa yang terjadi dengan hidup Anaya. Anaya Azalea Murray seorang guru TK yang dinikahi pengacara muda yang baru melejit setahun ini, Naraka Surya Dinata. Selama dua tahun pernikahan, Anaya selalu di desak dan diteror ibu mertuanya untuk memiliki momongan. Anaya sering kali disindir dan menjadi bahan gosip ibu mertuanya saat kumpul keluarga atau pun saat berkumpul dengan tetangga sekitar rumah mereka hanya karena belum kunjung hamil. "Sudah, sudah! Jangan bergosip terus! Doakan saja mudah-mudahan hati mertuanya Anaya terbuka dan tidak lagi menyalahkan Anaya!" tegur Bu Darwin selaku kepala sekolah yang berdiri dibelakang ketiganya. "Hehehehe, maaf Bu Kepala!" jawab mereka bertiga cengengesan. Bu Darwin geleng-geleng melihat tingkah bawahannya itu. Mereka langsung bubar karena tidak ingin dimarahin karena membicarakan Anaya yang menjadi guru kesayangan Bu Darwin. Tepat jam satu, Anaya pulang ke rumahnya dengan menggunakan motor matic kesayangannya. Panas terik yang menerpa kulitnya tidak ia hiraukan asalkan pulang ke rumah tepat waktu. "Assalamualaikum," ucap Anaya di depan pintu pagar. Terlihat beberapa Ibu-ibu duduk santai berbincang termasuk ibu mertuanya di teras rumah. "Waalaikumsalam, baru pulang Nay?" sahut Bu Dewi sambil bertanya. Dari semua Ibu-ibu yang berkumpul di sana, hanya Bu Dewi yang menjawab salam Anaya dan menyapanya. "Iya, Bu Dewi," jawab Anaya dengan tersenyum kecut. Ia menyalami tangan Ibu mertuanya Bu Yati yang langsung menarik tangannya dengan cepat seakan-akan sentuhan Anaya membuatnya jijik. Bu Dewi menatap Anaya dengan tatapan prihatin, Anaya yang sadar ditatap seperti itu hanya mengangguk pelan dan langsung memasuki rumah. "Tuh, kan, kalian lihat sendiri si Anaya. Pulang udah siang banget, terus mengeluh kecapean karena kerja. Disuruh berhenti kerja gak mau, gimana mau punya anak kalau kecapean terus!" omel Bu Yati mulai julid pada menantunya sendiri. "Kenapa gak dipaksa aja Anaya nya, Jeng? Kan Raka suaminya, sudah pasti berhak melarang Anaya kerja!" sahut Bu Anik ikutan julid. "Ya, sudah sih! Anaya aja yang bebal dan gak mau ngikutin perintah suaminya!" jawab Bu Yati berbohong. Wajahnya sedikit khawatir jika Anaya mendengarkan pembicaraan mereka. "Duh, jangan sampai tuh Anaya mendengarkan pembicaraan ini! Bisa gawat kalau dia buka mulut kalau alasan ia bekerja karena sebagian jatahnya aku ambil paksa dari Raka!" batin Bu Yati ketar ketir takut Anaya dengar. "Wah, parah tuh si Anaya! Dasar istri durhaka itu namanya," tuduh Bu Anton tanpa tahu kebenarannya. Bu Dewi mengurut dadanya mendengarkan omongan mereka yang selalu menyalahkan Anaya hanya karena mendengarkan dari satu pihak. "Jangan bicara sembarangan Bu-ibu! Jatuhnya nanti fitnah! Jangan hanya karena mendengarkan dari satu pihak saja kita langsung menjudge Anaya tanpa tahu kebenarannya. Memangnya Ibu-ibu semuanya pernah tanya sama Anaya gimana kebenarannya? Saya tidak mau hanya karena Bu Yati tidak menyukai menantunya kita menjadi ikut-ikutan menyalahkan Anaya. Apa Ibu-ibu mau pahala sholat, puasa dan sedekah Ibu-ibu menjadi milik Anaya karena kalian menggunjingnya?" tegur Bu Dewi dengan tatapan tidak suka pada semua Ibu-ibu tersebut termasuk mertua Anaya, Bu Yati. Bu Yati merenggut kesal mendengar teguran Bu Dewi yang juga menjabat sebagai Bu RT di tempat mereka semuanya tinggal. "Sialan nih Bu RT, selalu membela perempuan mandul itu setiap aku bicara! Kalau ia bukan Bu RT, sudah aku sumpal mulutnya dengan kain kotor!" umpat Bu Yati dalam hatinya. Tidak ada yang berani mengeluarkan suaranya ketika Bu Dewi sudah bicara. Mereka semuanya terdiam termasuk mertuanya Anaya, Bu Yati. "Ya sudah, saya mau permisi pulang, Bu Yati! Dan jangan lupa pengajian kita lusa di rumah Bu Asnawi ya Bu-ibu? Assalamualaikum!" ucap Bu Dewi pamit pulang. "Saya juga mau pulang, Jeng!" ucap Bu Salma yang sedari tadi hanya diam dan menyimak saja. Melihat Bu Salma ikut pulang, Ibu-ibu yang lain juga ikutan pulang sehingga membuat wajah Bu Yati semakin merenggut kesal karena kehilangan teman ngerumpi. Bu Dewi mendatanginya karena memberikan undangan pengajian RT mereka yang minggu lalu tidak ia datangi. Setelah mereka semuanya pulang, Bu Yati langsung masuk dengan wajah yang tidak enak dilihat. Ia menutup pintu dengan keras hingga membuat Anaya yang sedang makan siang menjadi terkejut. Sore harinya, Anaya menunggu suaminya pulang dengan menyiram bunga yang ia tanam di depan rumah. "Assalamualaikum, sayang?" ucap Raka dengan tersenyum lebar begitu turun dari mobilnya. "Waalaikumsalam, Mas!" jawab Anaya juga dengan tersenyum lebar dan langsung menyalami tangan suaminya setelah ia mematikan kran air. Raka memeluk erat tubuh Anaya dan melabuhkan kecupan ringan di kening istrinya. Bu Yati yang mau keluar untuk ngerumpi mencebik kesal melihat senyum Anaya dan kemesraan mereka berdua. "Memangnya tidak ada tempat yang lebih baik untuk bermesraan hingga harus di luar rumah? Benar-benar tidak tahu malu!" sindir Bu Yati dengan wajah judes. Anaya dan Raka terkejut mendengar sindiran Bu Yati sehingga mereka tersenyum malu-malu. "Kita kan cuma pelukan doang, Ma! Masa iya pelukan dengan istri sendiri dilarang? Lagian gak ada juga tetangga yang lihat kok," jawab Raka dengan santai sembari merengkuh pinggang Anaya. "Terserah kamulah, setiap Mama ngomong pasti kamu bantah!" omel Bu Yati sembari masuk dan meninggalkan mereka berdua didepan rumah. Raka menggeleng pelan melihat sikap ibunya yang berubah ketus, dan membenci istrinya. Padahal dulu dialah yang paling ngotot mendesaknya saat dirinya berniat ingin menikahi Anaya. "Maafkan Mama ya, sayang? Mas harap kamu mau mengerti dengan sikapnya Mama," ucap Raka dengan wajah sendu. Anaya hanya mengangguk pelan dan tidak ambil pusing sindiran Ibu mertuanya. "Sayang, tolong ambilkan tas Mas di mobil? Mas kebelet nih!" pinta Raka dengan wajah menahan mules. Anaya mengangguk kecil dan mengambil kunci mobil yang diberikan Raka. Sedangkan Raka langsung berlari masuk rumah sambil memegang perutnya yang tiba-tiba mules. Anaya yang membuka pintu depan mobil langsung mengambil tas kerja yang tergeletak di bangku depan. Matanya tiba-tiba melihat sesuatu yang aneh di lantai bawah bangku depan. Anaya menunduk sedikit dengan tangannya menggapai sesuatu yang ia lihat. "Lipstik, milik siapa lipstik ini? Perasaan aku gak punya lipstik yang warna mencolok kayak gini? Masa iya Mas Raka pakai lipstik?" gumam Anaya bertanya-tanya. Bersambung..."Sweetheart!" "Mommy!" "Madam!" Ketiganya terkejut saat mendengar teriakan seseorang, dan saat melihat ke arah tersebut semuanya sudah terlambat. Orang itu berhasil menyelamatkan Anaya sehingga ketiga orang itu kompak berteriak memanggilnya. Liam berjalan cepat menghampiri Anaya yang masih gemetar dengan kepala tertunduk saking kaget bercampur takut. Tubuhnya masih dipeluk orang yang sudah menyelamatkannya tadi, rasa hangat dan damai membuatnya tidak ingin melepaskan pelukan tersebut. Sama halnya dengan Lena, wanita paruh baya itu mendesah lega karena berhasil menyelamatkan Ibu hamil itu dari marabahaya. Jika saja tadi reflek nya kurang cepat, entah bagaimana nasib Ibu dan bayi tersebut saat terjatuh. Lena merenggangkan pelukannya dari tubuh Ibu hamil tersebut, dan Anaya merasa tidak senang saat pelukan hangat itu akan terlepas. "Nak, apa kau tidak apa-apa? Apa kandungan mu baik-baik saja?" tanya Lena dengan nada cemas dan khawatir yang tidak palsu. "Sweetheart!
Anaya sudah tidak lagi kepikiran dengan mimpi yang selalu datang dalam tidurnya karena ia tidak mau stress dan itu bisa berakibat buruk pada janin dalam kandungannya. Sikap Anaya yang tidak lagi murung dan melamun membuat Liam menjadi senang dan lega. Calon ayah itu saking senangnya melihat mood istrinya sudah kembali, mengajak sang istri jajan kuliner di sepanjang jalan mengelilingi kota Jakarta. Dua gadis langsung ikutan dan bahkan masuk duluan ke dalam mobil, sehingga Liam mau tidak mau menjadi sopir mereka hari itu. "Dad, emangnya boleh Mommy makan jajanan yang dijual dipinggir jalan? Kan kata Daddy itu tidak sehat? Gak takut si kembar nanti keracunan gara-gara makanan yang tidak higienis itu?" sindir Roxy dari bangku belakang. Liam mendengkus kasar mendengar sindiran yang menjengkelkan dari gadis itu. Ia memilih abai seolah-olah tidak mendengar nya, ia asyik menggenggam tangan hangat istrinya. Anaya terkekeh dari bangku depan melihat muka cemberut Roxy, yang sin
Sudah dua minggu Anaya didatangi mimpi yang sama setiap wanita hamil itu terlelap dalam tidurnya. Hal itu membuat Liam menjadi khawatir karena istrinya tidak bisa lagi lanjut tidur sehingga tubuh Anaya terlihat kurus meskipun tidak terlalu kentara dilihat dengan sekilas. Anaya juga sering melamun karena mimpi itu, dan selalu merasa jika itu bukanlah sebuah mimpi, tetapi kejadian nyata yang entah milik siapa. Gladys datang dengan membawa berbagai makanan manis guna mengembalikan mood Ibu hamil itu agar tidak selalu murung dan melamun. "Madam, ini saya bawakan kue tradisional yang siapa tahu ada yang Madam suka," ucap Gladys begitu sampai di hadapan Anaya. Anaya saat ini sedang duduk manis dengan kaki selonjoran di sofa sambil merajut baju bayi yang berwarna hitam. Ia saat ini berada di teras belakang Mansion dengan area terbuka di sekelilingnya kecuali atap dengan kain-kain yang bergoyang ditiup angin. "Dys, tolong periksa pakaian mana yang kurang biar di rajut lagi!" pi
Tidak hanya Ana yang terkejut dengan perkataan dan ekspresi Lena, suaminya Prasetya juga sama terkejutnya sehingga sepasang suami-istri itu saling berpandangan dengan wajah penuh tanda tanya. “Kak, apa maksud ucapanmu tadi? Bagaimana bisa kakak bicara seperti itu tentang Ko Andrew? Apa ada yang tidak kami ketahui tentang pria itu selama ini?” tanya Ana tanpa menghakimi kakaknya. Pras ikutan mengangguk mengiyakan perkataan istrinya. Hatinya mengatakan ada sesuatu yang tidak lazim dalam pernikahan iparnya itu selama ini. Lena membuang pelan napasnya sembari menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dengan mata menerawang mengingat masa lalu. “Apa yang kalian lihat itu bukanlah hal yang sebenarnya. Laki-laki itu adalah bajingan yang berkedok malaikat. Ia melakukan segala cara agar mencapai tujuannya bahkan dengan mengorbankan nyawa orang lain,” ucap Lena memulai ceritanya. “Aku tidak pernah mencintai laki-laki itu, aku jatuh cinta pada pria Asing yang tidak lain adalah Paman ti
Dua hari kemudian.. "Dek, kamu yakin ini alamatnya?" tanya Pras pada istrinya. Pasalnya mereka sekarang ada di depan gerbang komplek perumahan mewah yang hanya di huni oleh pejabat tinggi kelas atas seperti pengusaha kelas satu. Mariana kembali membaca alamat yang dikirimkan kakaknya di ponsel dengan pelan-pelan agar suaminya mendengarkan dengan jelas. "Nah, benar kan? Memang tidak salah alamatnya! Kalau Mas masih belum yakin, ayo kita tanya sama petugas sekuriti yang ada di pos itu!" sahut Ana pada suaminya. "Ya sudah, tanya kan sajalah Dek! Yang penting kita benar-benar tidak salah alamat! Kan malu kalau ditanyakan ternyata itu bukan alamat sini," ucap Pras lagi agar ia tidak salah alamat. Ana mengangguk, ia setuju dengan perkataan suaminya. Tidak ada salahnya bertanya agar mereka bertambah yakin jika mereka tidak salah alamat. Ana keluar dari mobil, berjalan menuju pos keamanan di samping gerbang masuk perumahan elit tersebut dengan perasaan tidak karuan. Dengan
Tok... Tok... Tok "Madam, sarapan sudah siap!" ucap pelayan yang baru saja mengetuk pintu kamar majikannya. Magdalena Sudibyo sang pemilik kamar dan rumah mewah itu langsung keluar dari kamarnya dengan pakaian santai yang rapi. "Bik Sur, apa tukang kebun yang sama minta sudah datang?" tanya Lena sambil berjalan menuju tangga. "Sudah, Madam. Mereka ada dua orang dan saya jamin mereka orang-orang yang jujur serta pekerja keras," jawab Bik Sur pelayan satu-satunya di rumah mewah itu. "Bagus lah! Saya memang mencari pekerja yang jujur dan pekerja keras, bukan tukang malas-malasan makan gaji buta! Beritahu mereka agar menunggu saya di teras samping, saya mau sarapan dulu," sahut Lena saat menuruni tangga pada Bik Sur. Suryati mengangguk patuh, ia melipir ke arah lain setelah menuruni tangga, sedangkan Lena terus berjalan menuju ruang makan. Sudah dua bulan Lena tinggal di rumah mewah itu seorang diri. Rumah yang menjadi saksi kisah cintanya dengan sang kekasih yang belu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments