Share

Bab 2

Author: Tomato
Sebenarnya, dia hanya ingin menggantung Hans. Bagaimanapun, saat itu Hans hanyalah seorang kapten. Dia menantikan yang lebih baik.

Aku pergi ke kampus untuk menanyakan hal-hal yang perlu disiapkan sebelum masuk kuliah serta biaya hidup yang perlu dikeluarkan. Setelah itu, aku pulang dengan tenang.

Sesampai di ruang keluarga Hans, terdengar Helen mengeluh dengan nada manja.

"Kak Hans, kamu meninggalkan kakakku dan pulang untuk menemaniku, kakakku nggak marah?"

"Aku bisa menemaninya kapan saja."

"Tapi, kamu selalu kesakitan setiap datang bulan. Aku khawatir kalau tinggalkan kamu sendirian di rumah."

Helen tersenyum gembira, lalu berpura-pura tertekan.

"Setelah menikah dengan kakakku, Kak Hans masih akan memperlakukanku dengan baik?"

"Tentu saja." Hans menjawab dengan tegas, "Selain kamu, aku perlu baik sama siapa lagi? Kalau kakakmu nggak baik sama kamu, aku akan menceraikannya!"

Aku mengepalkan tanganku erat-erat untuk menahan kekesalan di hatiku.

Ternyata setelah terlahir kembali dan mendengar suamiku begitu kejam padaku, aku tetap akan sedih.

Aku menenangkan diri, lalu berjalan memasuki rumah, seolah-olah tidak terjadi apa pun.

Hans keluar dari kamar Helen dengan canggung.

"Aku ... Helen nggak enak badan, aku pergi melihatnya."

Aku mengiakan dengan pelan, lalu berbalik ke kamarku.

Di kehidupan sebelumnya, aku sering bertengkar dengannya karena mereka terlalu mesra.

Di kehidupan ini, aku tidak ingin membuang-buang waktu dan tenaga lagi.

Dia memanggilku. "Elvy, bagaimana kalau kita membeli sedikit permen pernikahan dan membagikannya pada para tetangga di kompleks?"

Aku menatapnya dengan heran. Kemudian, setelah dipikir-pikir, mungkin ini adalah imbalan karena aku tidak bertengkar dengannya.

"Nggak usah, nggak perlu begitu formal."

Dia tertegun. Sepertinya dia tidak menyangka aku akan menolak usulannya.

"Kak Elvy marah karena Kak Hans merawatku?"

Helen keluar dari kamar dengan ekspresi heran dan lugu.

Dia mengenakan setelan Lenin yang kubeli untuk memotret foto pernikahan.

Di kehidupan sebelumnya, aku menabung selama setengah tahun untuk membeli setelan ini dan belum pernah memakainya.

Menghadapi tatapanku, Helen menjelaskan dengan panik.

"Hari ini, aku melihat pakaian yang ada di kasur Kak Elvy sangat cantik. Aku ingin mencobanya, lupa menggantinya."

Dia menundukkan kepala sambil memainkan jari-jarinya, seperti anak kecil yang ketahuan berbuat salah.

Hans spontan berkata, "Elvy, jangan ...."

Aku menyelanya dengan tenang, "Setelan ini cocok buat kamu. Kukasih ke kamu saja, lagian aku nggak pernah pakai."

Setelah mencium bau darah dan keringat di setelan Lenin itu, aku berlari pulang dan menangis di tengah malam.

Sekarang, meskipun hanya memikirkannya, aku merasa agak mual.

Di bawah tatapan kaget mereka, aku kembali ke kamar dan mengunci pintu. Aku mengeluarkan map dokumen yang berisikan surat penerimaan dari Universitas Sarna.

Kehidupan sebelumnya, aku sangat menyukai wilayah Selatan, terutama jurusan ekonomi. Namun, aku berhenti kuliah demi Hans dan memutuskan untuk melayani mertuaku di rumah. Untungnya, sekarang aku masih memiliki kesempatan. Aku hanya ingin hidup untuk diriku sendiri.

Aku membuka kalender. Sepuluh hari lagi, aku akan meninggalkan tempat ini. Waktuku terbatas, tetapi aku harus mempersiapkannya dengan sepenuh hati.

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Aku membuka pintu dengan kesal.

Hans membawa semangkuk mi sambil berkata dengan lembut, "Kamu lapar? Aku memasakkan semangkuk mi untukmu."

Seketika, aku termenung.

Di kehidupan sebelumnya, dia selalu bersikap dingin padaku dan sering mengasariku.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kurelakan Cintaku untuk Adikku   Bab 10

    Kamar tamu tidak besar, tetapi bersih dan rapi. Selimut yang terbentang di atas kasur pun memancarkan kehangatan."Istirahatlah dulu, pangsit segera selesai," kata Darwis dengan lembut sambil meletakkan koper.Aku mengangguk dan duduk di tepi kasur.Melihat kepingan salju yang berjatuhan di luar jendela, hatiku merasakan kedamaian dan ketenangan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.Mungkin inilah rasanya rumah.Malam hari, kami duduk di sekeliling meja dan menyantap pangsit makan.Nenek Darwis terus mengambilkan makanan untukku."Elvy, ke depannya, sering-sering main ke sini. Nenek siap menyabutmu kapan saja."Aku tersenyum sambil mengangguk, hatiku terasa sangat hangat.Setelah makan malam, Darwis mengajakku berjalan-jalan di taman sekitar.Di musim dingin, hanya ada sedikit orang di taman. Beberapa pasangan berpelukan dan menikmati ketenangan yang sulit didapatkan ini.Kami berjalan di sepanjang tepi danau tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kepingan salju jatuh dengan lembut dan

  • Kurelakan Cintaku untuk Adikku   Bab 9

    "Kalau kamu ingin menebus kesalahanmu, jalani hidup baik-baik dengan Helen. Jangan ganggu aku lagi, nggak baik untuk kami berdua."Matanya berubah gelap. Nada bicaranya dibaluti dengan ketidakrelaan. "Tapi aku merasa, seharusnya kamulah istriku."Kesabaranku habis, aku langsung mengusirnya."Hans, pergilah. Kamu nggak seharusnya mengatakan hal seperti ini, juga nggak seharusnya datang ke sini."Dia berdiri dengan lesu dan meninggalkan kamarku dengan berat hati.Aku menatap punggungnya, tidak muncul sedikit pun gejolak di hatiku.Baik di kehidupan sebelumnya maupun sekarang, dia tidak bisa memilih di antara dua wanita dan ingin memiliki keduanya.Aku mulai berpikir. Karena Hans dan Helen sudah tinggal di sini, aku tidak perlu berada di sini. Keluarga Pratama bukan rumahku.Keesokan paginya, aku mengemasi barang bawaanku, lalu mengetuk pintu kamar ibu Hans.Aku memberikan sebuah kartu bank padanya sambil berkata dengan tenang, "Bibi, terima kasih sudah merawatku selama beberapa tahun ini

  • Kurelakan Cintaku untuk Adikku   Bab 8

    Bagaimanapun, mereka sudah membesarkanku. Aku tidak boleh terlalu kasar.Setelah dipertimbangkan dengan cermat, aku membeli tiket dan pulang ke Kota Jaya dengan membawa berbagai jenis hadiah.Begitu memasuki rumah Keluarga Pratama, terdengar teriakan keras."Hans, apa maksudmu? Asal kamu tahu, aku hamil anakmu. Jangan seenaknya buat aku marah!"Aku tertegun, terlihat Helen yang berperut buncit sedang mengumpat Hans.Wajah Hans memucat, dia tidak berani membantah. Jadi, dia hanya bisa membujuk Helen dengan sabar."Helen, tenanglah. Dokter bilang kamu nggak boleh terlalu emosional, nggak baik untuk anak.""Aku cuma mau mantel itu, beli sekarang juga!""Helen, aku akan membelikannya lain kali. Uang sakuku bulan ini sudah habis."Hans memapah Helen duduk dengan hati-hati."Siapa suruh kamu nggak kompeten, sampai sekarang kamu masih menjadi kapten. Jangan-jangan, kamu kasih uang ke Kak Elvy?"Ekspresi Hans berubah. "Helen, jangan asal bicara. Aku sudah lama putus hubungan dengannya.""Putus

  • Kurelakan Cintaku untuk Adikku   Bab 7

    Kepala sekolah menatapku, lalu menatap Hans. Setelah hening sejenak, dia berkata, "Pak Hans, karena kamu nggak punya hubungan apa pun dengan Elvy, kamu nggak bisa mengurus prosedur pengunduran dirinya."Aku merasa lega.Hans ingin mengatakan sesuatu, tetapi disela oleh kepala sekolah. "Pak Hans, kalau nggak ada urusan lain, silakan pergi. Masih ada urusan yang perlu kutangani."Beberapa hari berikutnya, Hans masih bermunculan.Karena dia terus menggangguku, pelajaranku pun terganggu. Hal yang lebih menyebalkan adalah Helen juga datang."Kak Hans, kumohon padamu. Kita pulang untuk bercerai! Aku nggak mau seperti ini, aku nggak mau merebut suami kakakku. Aku ... aku bukan orang jahat ...."Dia menarik ujung pakaian Hans sambil menangis terisak-isak.Hans memeluknya dengan tidak tega sambil menepuk punggungnya dengan lembut."Helen, patuh. Jangan menangis, ini bukan salahmu. Kita pulang sekarang. Ini salahku, kamu jadi menderita ...."Helen menangis pilu dan berpura-pura ingin berlutut pa

  • Kurelakan Cintaku untuk Adikku   Bab 6

    Cuaca di Kota Sarna lembap dan hangat. Aku berdiri di depan Universitas Sarna dengan linglung.Saat berjalan memasuki kampus, jiwaku seolah-olah hidup kembali.Siang hari, aku duduk di dalam kelas, mendengarkan pelajaran dan menyerap pengetahuan dengan saksama. Malam hari, aku bekerja di restoran kecil, menyajikan hidangan dan mencuci piring. Saking lelahnya, pinggangku pun terasa sakit.Namun, kelelahan seperti ini membuatku merasa tenang.Sebulan kemudian, aku mulai terbiasa dengan kehidupan yang sibuk ini. Namun, aku melihat Hans di lantai bawah asramaku."Elvy! Kenapa kamu melakukan semua itu? Kenapa kamu menuliskan nama Helen di formulir pendaftaran pernikahan? Kenapa kamu nggak pergi ke Kota Barga?"Nada bicaranya dipenuhi dengan amarah dan kekesalan.Aku menatapnya dengan dingin. "Aku nggak ingin punya suami yang mendambakan orang lain. Menjijikkan, nggak bisa diterima!"Dia menatapku dengan kaget. "Bagaimana bisa kamu bilang begitu? Dulu, kamu bukan seperti ini."Aku memalingka

  • Kurelakan Cintaku untuk Adikku   Bab 5

    Mungkin dia menyadari, tetapi tidak peduli.Aku tersenyum masam, seberkas keraguan di hatiku pun lenyap. Ternyata inilah yang dimaksud dengan "Ke depannya, aku akan memperlakukanmu dengan baik".Pengemudi itu mengantarku ke rumah sakit. Setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh, hanya ada sedikit luka luar dan pergeseran organ dalam.Aku berbaring di kasur. Sekujur tubuhku sakit, tetapi hatiku sangat tenang.Tengah malam, Hans berjalan masuk dengan ekspresi lelah.Melihatku bangun, cahaya gugup melintas di wajahnya."Elvy, bagaimana keadaanmu? Sudah membaik?"Aku menatapnya dengan dingin tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Dia menggosokkan tangannya sambil menjelaskan dengan gelisah, "Helen agak syok, aku terus menemaninya, jadi ...."Menghadapi tatapanku, dia tiba-tiba terdiam."Elvy, dengarkan penjelasanku. Waktu itu, kondisinya terlalu mendesak. Helen berada di dekatku, aku spontan ...."Dia terdiam sejenak, seolah-olah sedang menyusun kata-kata. "Aku nggak tahu kamu akan tertabrak."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status