Tubuh Banyu terduduk di sebuah kursi, perlahan dia sadar dan mengangkat kepalanya. Ruang kosong dengan lampu remang beraroma lembab ini tak ia kenali, kepalanya bahkan terasa sakit dan sesaat kemudian ia baru mengingat apa yang terjadi."Jahat!" Teriakan itu membuat dia melihat kesisi ruang yang lain, di atas sebuah ranjang, dia melihat Kanaya menatapnya dengan sendu."Apa yang sudah kamu lakukan jahat mas!" Dia mulai tersedu.Bayu mencoba mengingat kembali apa yang terjadi, ia hanya ingat dirinya tak sadarkan diri dan kini duduk tanpa baju di atas kursi."Ada apa ini?""Ada apa, setelah kamu merengut kehormatanku sebagai wanita kamu tanya ada apa!"Wajah Banyu berubah, matanya tajam menatap Kanaya, ia bertanya sendiri apa maksud wanita di hadapanny itu."Katakan lagi." Ucapnya menajamkan telinga."Kamu sudah merenggut kehormatanku, melecehkan aku!" Ucapnya setengah berteriak kesal.Banyu tersenyum remeh, ia mungkin tak sadarkan diri, tapi meniduri wanita yang bahkan tak membuatnya b
Beberapa saat sebelum penangkapan, Ramdan menggedor-gedor semua pintu di lantai bawah, hampir semua tak bisa di buka dan beberapa terkunci rapat, meski dia coba membuka, daun pintu bahkan tak bergeser dari tempat nya.Langkah Ramdan berhenti saat di ruang dengan pintu kecil dekat dapur dia mendengar rintihan halus dari dalam ruang itu.Glek.. Glek..Pintu kayu itu tertutup rapat,, beberapa kali Ramdan coba dorong namun sia-sia, pintu itu terlalu kokoh untuk di buka paksa sendiri"Rock, bantu aku dobrak ini!" Ucap nya saat melihat Rock melewati belakang tubuhnya."Ada apa di dalam?"Entah, tapi aku seperti mendengar sesuatu."Mereka mendorong paksa pintu itu dan....Brak!Dentuman cukup keras terdengar setelah mereka berhasil membuka pintunya, ruang itu gelap, Ramdan Dan Rock tak dapat melihat apa yang ada di dalamnya, namun setelah sakelar lampu di nyalakan, Ramdan dan Rock melihat wanita terikat di sebuah kursi kayu."Tante Amelia!" Rock dengan cepat membuka ikatan yang melilit tubuh
Menempuh perjalanan ke Jakarta, mereka semua tiba setelah lelah menempuh perjalanan tanpa berhenti. Ramdan bergantian mengendarai mobil dengan Rock, masuk ke jalur tol agar lebih cepat tiba di tempat tujuannya. Keluar dari gerbang tol mereka melihat kondisi Haryati yang lemah, beberapa kali wanita itu menggigau, namun Rock dan Ramdan tak bisa berbuat banyak selain memberinya air putih yang tersisa di mobil."Queen, aku membawa pulang mami King." Ucap Rock saat panggilan telpon mereka tersambung."Mami, betulkan itu mami?""Ya, semua yang kamu katakan benar Queen, mami memang di sekap di sana.""Mami, syukurlah mami. Kenapa kalian baru memberi kabar, sejak kemarin kalian tak bisa di hubungi, apa yang terjadi?" Suar Dina terdengar begitu cemas."Panjang ceritanya Queen, yang terpenting kita harus membawa mamimu ke rumah sakit.""Rumah sakit? Ada apa Rock, apa sesuatu yang buruk terjadi pada mami?"Rock kembali menatap ke belankang, wanita dengan kerut tipis di wajah itu begitu pucat se
Ramdan tiba di rumah Banyu, Dina dan lain nya sudah menunggu di teras dan Jhon membantu membawa Haryati masuk ke kamarnya bersama Ramdan. Wanita itu langsung berada di bawah perawatan Pandu sementara Bapak dan Emak diam setelah Dina menjelaskan semuanya."Mana Banyu dan Sky?" Bapak bertanya setelah Haryati mendapat perawatan dengan baik dan selama itu juga Bapak tak melihat dua lelaki itu.Rock terlihat binggung memulai kalimat, sementara Ramdan masuk membantu Pandu di dalam ruang kamar."Kenapa diam, mana mantuku?""Em, mereka masih di Malang pak." Ucap Rock, jawabannya terdengar tak meyakinkan."Jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi Rock." Dina menatap Rock dengan tajam dan lelaki itu tak dapat menghindar, pasrah ia menceritakan semuanya pada Dina dan keluarganya."Maksudnya sekarang Banyu di kantor polisi?" Dina bertanya lagi, ia terkejut bagaimana bisa suaminya lalu ada di sana."Iya, aku nggak tau apa yang terjadi, aku hanya melihat polisi membawa Nanti dan Sky keluar dari
Hantaman Banyu membuat suasana bertambah panas, mereka mengerumun hingga membuat Banyu dan Sky terjepit di antara kumpulan orang."Bagaimana ini?" Tanya Sky yang mulai tak suka dengan situasi ini.Banyu mengamati setiap wajah yang ada di sana dan dia merasa mereka semua hanyalah orang-orang yang memang di minta menghancurkan dirinya di tempat ini."Sky, kamu siap ke ruangan kita?""Ya, itu terdengar lebih baik."Banyu kembali menatap wajah mereka semua satu per satu. "Minggir!" Ucapnya memerintahLelaki yang ia pukulntadi tertawa "Kamu ingin pergi setelah apa yang kamu lakukan padaku?""Ya, jika tak ingin ada lagi darah tumpah di sini, beri aku jalan!".Ucapnya lagi tak gentar.Entah apa yang terjadi, kerumunan itu membuka jalan untuknya dan Sky, tanpa ada lagi perlawanan, tanpa ada lagi keributan."Apa yang kalian lakukan!" Teriak lelaki bertato itu dengan kesal, ia merasa harga dirinya di injak-injak karena hampir semua tahanan membukakan jalan untuk Banyu dan Sky.Nanti menatap rem
"Dengar, aku bisa membuatmu malu di sini, tapi jelas itu tak akan aku lakukan dan katakan, sekarang aku ingin kami membayar juga apa yang sudah kamu lakukan padaku!"Lelaki bertato itu tersenyum jelas dia ingin menunjukkan kekuasaannya, namun Banyu masih bisa menahan diri, membuat lelaki itu jauh lebih merasa terhina dengan apa yang akan Banyu lakukan."Bagaimana jika kita bertaruh, jika kamu menang akan aku berikan kompensasi yang kamu minta, namun jika aku yang menang, aku hanya ingin satu hal selama aku di sini.""Katakan apa?""Nanti jika aku menang akan aku katakan!"Lelaki iti melipat tangan di dada, jelas dia juga ingin terlihat jago dan dengan senyum seolah meremehkan dia melihat ke arah Banyu."Jadi permainan apa yang kamu inginkan?"Banyu mengangkat kedua tangannya."Semua terserah padamu!"Kembali senyum lebar itu terlihat, seolah tak percaya Bantu bahkan memberinya ruang untuk memilih."Baiklah, aku ingin kita gulat!"Banyu mengerutkan alis, gulat bukanlah permainan yang di
Sementara di rumah megah Banyu, Dina semakin cemas tak mendapati juga kabar dari Banyu dan Sky, berkali-kali ia cobae cari ke berada mereka namun hingga malam berganti pagi tak satupun petunjuk ia dapat."Masih belum ada kabar, mungkinkah ini.juga bagian dari rencana Kanaya?" Rose tiba-tiba saja bicara pada Dina yang masih terus berusaha mencari di mana Nanti berada.Dina melihat ke arah Rose dan berpikir sejenak, bisa jadi ini memang bagus dari rencananya."Bagaimana jika ini hanya sebuah sandiwara, apa masih ada kemungkinan jika Banyu dan Sky di sekap di suatu tempat?" Rock ikut berkomentar."Cari tau kemana aku harus menghubungi Kanaya!" Dina meminta Rock mencari tau lagi, sementara dirinya menutup laptop do atas meja dengan kesal.Saat mereka sedang sama-sama berpikir keras, tiba-tiba saja Anik membuka pintu ruang kerja milik Banyu. Semua mata menatapnya penuh tanya, Anik merasa langkahnya salah hingga dia tersenyum tak enak hati."Ada apa?" Rose bertanya setelah melihat gadis it
"Kenapa harus menuduh adikku?"."Karena dia memang tau semua ini!" Ucap Dina dengan wajah kesal dia menceritakan semua yang Kanaya lakukan."Sekarang dimana dia berada?" Tanya Dina lagi membuat Khan terdiam melihat ke arahnya."Aku tak tau!" Khan bersikeras melindungi adiknya.Dina meremas tangannya sendiri, tanpa rasa takut dia berjalan mendekati lelaki yang bahkan lebih tinggi darinya itu, dengan kasar ia menarik kerah baju Khan hingga wajah mereka saling berhadapan."Aku tanya sekali lagi tuan Khan yang terhormat, aku masih bersikap baik padamu bukan karena aku takut, aku hanya masih menghormati dirimu sebagi sahabat kecil suamiku."Khan terdiam, di liatnya dua manik mata Dina dan wajah datarnya berubah seketika. "Apa kamu serius soal Kanaya?" Tanyanya terdengar aneh di telinga Dina."Maksudnya aku serius apa? Sejak tadi aku bertanya padamu dan kamu anggap aku sedang bermain? Lucu sekali tuan besar ini!" Dina masih mencengkeram erat kerah baju Khan, matanya nyalang kini menunggu a