AKIRAAkhir pekan minggu ini Akira akhirnya memutar kendaraannya ke rumah orang tuanya yang terletak di kawasan Jakarta Selatan setelah berjanji akan kembali pulang waktu pembicaraan teleponnya bersama mama hari Senin lalu. Akira keluar dari rumah orang tuanya sejak dia mulai merantau berkuliah di Tokyo Daigaku atau Universitas Tokyo di Jepang saat berumur delapan belas tahun. Di Tokyo dia tinggal bersama sepupunya, Daisuke Honda yang lebih tua empat tahun dibanding dirinya. Empat tahun yang cukup gila di sana, sebelum akhirnya ditambah lagi dua tahun untuk mengejar program master sambil bekerja di perusahaan Deloitte Tohmatsu, sebuah perusahaan konsultansi terbesar di dunia. Total dia tinggal di Jepang selama enam tahun, dengan hasil mengantongi gelar master di bidang manajemen dan pengalaman bekerja selama dua tahun di perusahaan konsultasi yang akhirnya menjadi pijakan karirnya ketika kembali ke Indonesia. Umur dua puluh empat tahun, dia kembali ke Indonesia dan berkarir di per
“Aki, bagaimana sekolah dan baletmu?” tanya Akira setelah selesai menyantap makan malamnya. Kini dia berpindah dan mengambil satu bagian cheesecake dan mulai mencicipinya. Memang cheesecake dari Dore adalah salah satu kek kesukaan mereka. Setelah kek dari toko kue Chateraise yang biasa dibeli Akira ketika masih tinggal di Tokyo. Untung saja di sini sudah ada cabangnya, sehingga dia bisa menuntaskan sweet tooth-nya jika Akira dan keluarga sedang mengidam-idamkan kek yang asli diimpor dari Jepang tersebut. Aki – nama panggilan Akina yang biasa dia gunakan untuk menyebut adik perempuannya itu – mengedikkan bahunya. “Ya begitu saja, nggak ada yang cukup menarik di sekolah. Terkadang aku bosan pergi ke sekolah,” ujar Aki dengan sedikit malas. “Tapi kalau soal balet, minggu depan aku sudah siap untuk resital baletku! Aku berharap ini bisa menambah portfolioku untuk seleksi di Juilliard Dance School kelak,” ujar Aki dengan menggebu-gebu. Jika berbicara tentang balet, wajah Aki langsung b
GISELLE “Papi, kita besok ke Singapura bisa nggak ya?” suara Elina, ibu tiri Giselle terdengar nyaring dan begitu melengking bagi Giselle. Elina yang merupakan istri ketiga ayah duduk di samping ayahnya yang berada di ujung meja. Sedangkan Giselle duduk di sisi terluar meja makan. Di sampingnya ada kakak tirinya dari istri pertama ayah, Kak Damar. Setiap satu bulan sekali, Giselle harus kembali ke rumah utama dan menjalani rutinitas membosankan ini, makan malam bersama keluarga. Tapi sayangnya, keluarga Natapradja bukanlah keluarga harmonis seperti potret sinetron terkenal Keluarga Cemara. Keluarga Natapradja adalah potret keluarga disfungsional yang membuat setiap anggota keluarga mengeluarkan sisi terburuk mereka saat bertemu dan saling sapa. Elina, istri ketiga ayah berumur 30 tahun. Hanya berbeda empat tahun dari Giselle. Elina dahulu adalah sekretaris pribadi ayah. Mereka berdua berselingkuh dari mama kandung Giselle yang merupakan istri kedua Anton Natapradja – ayah Gi
“Ayah!” teriak Giselle.“Ayah tahu kamu sudah putus dengan mantanmu itu, siapa namanya? Tristan?” Ayah membalikkan tubuhnya dan kembali menghadap Giselle yang melongo mendengar ucapan ayahnya tadi.“Bukan itu masalahnya! Tapi kenapa Ayah tiba-tiba bicara seperti itu? Jangan bilang Ayah berencana untuk menjodohkan aku?” tembak Giselle dengan nada yang keras.“Aku tidak setuju!” Giselle menggelengkan kepalanya.Dia meraih tas Chanel klasik berwarna hitam dan berjalan mendekati ayahnya.Model tasnya jelas saja sudah ketinggalan zaman dibanding milik teman-teman perempuannya, karena dia membelinya tiga tahun lalu saat dia berkunjung ke Amsterdam dalam r
AKIRAHari Minggu sore ini dia baru saja selesai berlatih Aikido bersama adiknya, Akito. Tubuhnya masih mengenakan Aikido Gi atau seragam Aikido berwarna putih dengan hakama, atau celana lebar berwarna hitam. Jika dilihat-lihat, penampilannya dan adiknya kini persis seperti tokoh-tokoh di manga yang sedang sibuk berlatih bela diri. Sudah beberapa kali dia kena banting ketika berlatih bersama adiknya ini. Tapi tentu saja karena dia sudah lama berlatih Aikido dia bisa melakukannya tanpa membuat tubuhnya cedera. “Akito, kulihat kamu semakin mahir dalam aikido, pasti semakin sering latihan, ya?” tanya Akira disela-sela nafasnya yang memburu. Seni bela diri Aikido memang terlihat tidak seagresif bela diri dari Jepang lainnya, namun Akira senang berlatih karena begitu besar membantunya meregulasi emosi dan juga egonya. Mengedepankan cara nonkekerasan untuk menurunkan eskalasi masalah. “Hmm … tidak sesering dulu waktu SMA, Mas Akira. Tapi terkadang aku selingi dengan judo, jadi mungkin
GISELLEGiselle bangun pagi ini dengan kepala yang lebih ringan dibanding saat dia tidur cepat tadi malam karena serangan migrain.Kini jam sembilan pagi, dia telah selesai melakukan pilates, mandi, dan juga menyiapkan sarapan dengan yogurt dan smoothies.Rencananya hari ini dia mau pergi ke Foodhall atau mungkin supermarket khas produk Jepang bernama Papaya untuk mengisi kembali isi kulkasnya. Kegiatan tersebut juga pasti bisa meningkatkan moodnya yang anjlok setelah pertemuan kemarin bersama ayahnya, dan dilanjut dengan perdebatan di telepon bersama mamanya semalam.Supermarket akan buka jam sepuluh pagi. Sambil menunggu waktu, Giselle memutuskan untuk menyalakan netflix dan mencoba mencari tontonan yang bisa dilihat seraya
GISELLEGiselle paham benar jika mamanya tidak menyetujui pakaian yang dia kenakan saat ini.Kemeja putih oversize yang Giselle gulung hingga ke siku, ditambah dengan celana fitted jeans berwarna biru tua, serta sepatu selop sederhana berwarna pastel nude dengan tinggi 5 cm menemaninya kali ini.Wajahnya tidak dipulas make up berlebihan. Hanya merapikan alis, memakai sunscreen dan tinted moisturizer, lalu memakai lipstik yang senada dengan warna bibirnya. Tak ada riasan smokey eyes, atau
Giselle membalas jabat tangan ketiga orang asing yang berdiri di ruang privat restoran ini. Tersenyum dan tertawa penuh kepalsuan. “Jeng Mira … ternyata benar Giselle sangat ayu, sayang sekali saya baru kenal Giselle sekarang,” Nyonya Rahayu menyambut pelukan Giselle dengan hangat diiringi senyum lebar setelah mereka melakukan cipika cipiki ala perempuan ibu kota. “Iya, dia sibuk sekali bekerja Jeng … sulit sekali kalau diajak kumpul-kumpul bersama saya kalau ada acara arisan atau acara sosial begitu,” ujar mama memberikan alasan mengapa Giselle tidak eksis di dunia sosialita Jakarta seperti mamanya. Jika bicara alasan sesungguhnya, tentu saja karena Giselle tidak berminat terjun di dunia tersebut. Tapi kini … karena Akira sudah mengantongi satu nama konglomerat yang akan berpotensi menjadi klien terbesar The Converge, maka Giselle harus menaikkan standar permainannya dan mulai berkiprah dalam dunia penuh gemerlap ini. “Iya Tante, maaf … saya sibuk banget sama kerjaan akhir-akhir