Share

06. Murkanya Kaysha dan Pertolongan Warga

"Berani kamu menyentuh anakku akan kupatahkan tanganmu!" teriak Kaysha.

Kaysha memukul kepala Bagas dengan sebuah balok kayu yang di dapatnya di seberang jalan tadi.

Entah apa yang merasuki Kaysha sehingga dia berani melawan Bagas.

"Urusan kita belum selesai, kalau sampai terjadi sesuatu dengan anakku, kamu akan kubuat menderita," ucapnya dengan api membara.

"Terserah kamu Kay, aku nggak takut sama kamu, dasar istri edan menyusahi saja," sahut Bagas dengan memegang kepalnya yang mengeluarkan darah segar dan merintih kesakitan.

"Augh sakit, dasar istri nggak waras ... Augh!"

Namun tidak dengan para tetangga mereka hampir mengeroyok Bagas karena sikapnya yang tidak mencerminkan sikap orang tua yang baik, mereka geram, marah bahkan ada yang sempat memukul kembali kepala Bagas agar kembali waras.

"Kamu tuh yang edan anak kok dibiarkan gitu malah disumpahi, rasanya sendal jepitku ini mau tak sumpali di mulutmu itu," ucap Bu Lastri yang geram melihat tingkah laku Bagas.

"Huh ... dasar suami tak tahu diri lo, punya bini cantik gitu elu sia-siakan," ucap Mak Ipeh memukul pakai sendal jepitnya yang usang.

Kaysha tak kuasa melihat darah yang mengalir di sekujur tubuh anak kesayangannya itu.

Untung para tetangga cekatan, ada yang langsung menghubungi ambulans.

Lima menit kemudian datanglah ambulans dan segera membawa Fatih ke rumah sakit di temani Bu Siska, Bu Leni, dan Bu Lastri mereka ada tetangga sebelahnya yang baik.

Sampailah mereka di rumah sakit yang terdekat. Dengan cepat suster itu mengambil meja dorong untuk menaruh pasien yang terluka parah dan langsung masuk di UGD.

Kaysha sudah mulai tenang, napasnya sudah teratur berirama, dengan lantunan doa di lafalkan dalam hati membuatnya bisa mengatur dirinya sendirinya agar tenang.

Tak lama kemudian seorang suster memanggil Kaysha.

Maaf Bu, dengan keluarga pasien atas nama Fatihian al Ayubbi?"

"Iya Sus, saya Ibunya," jawabnya

"Mari ikut saya Bu, Dokter ingin berbicara dengan Ibu sekarang!"

"Baik Suster."

"Maaf dengan Ibu Fatih ya?"

"Iya Dok, bagaimana keadaan anak saya, apakah ini serius?" tanyanya tampak bingung dan cemas.

"Begini Bu, ini adalah kasus tabrak lari jadi kami harus menunggu dari pihak kepolisian untuk melaporkan kejadian ini," jawab dokter tua itu.

"Jadi nunggu anak saya meninggal gitu, baru Dokter memberi pelayanan, apa karena kami miskin sehingga Dokter tidak menerima kami, iya?" jawab Kaysha dengan penuh emosi.

"Maaf Bu, bukan maksud kami seperti itu, ini hanya prosedur yang harus dijalankan, tetapi Ibu jangan khawatir sudah ada yang melaporkan ke pihak berwajib agar segera di tangani, sabar ya Bu?" jawab Dokter itu menenangkan Kaysha.

"Maaf Dok, saya sudah marah-marah sama Dokter, tolong lakukan yang terbaik tidak peduli biayanya, saya usahakan yang penting anak saya selamat karena dialah saya bisa bertahan hidup sampai sekarang," jawabnya mengiba.

"Nggak apa-apa Bu, saya mengerti perasaan Ibu, yang penting Ibu banyak berdoa semoga Adek Fatih segera disembuhkan," ucap dokter itu.

Tak lama kemudian pihak kepolisian datang, dan beberapa warga yang melihat kejadian itu dimintai keterangan bahkan ada yang langsung memberi keterangan secara mendetail karena ternyata ada yang melihat secara langsung kejadian tersebut.

Kaysha sangat bersyukur di kelilingi oleh tetangga yang baik, mereka sangat peduli dengan kehidupan dia dan terutama pada Fatih anaknya.

Semua warga sangat menyayangi Fatih karena anaknya sangat ceria, suka menolong orang lain dengan tangan kecilnya itu, sehingga melihat Fatih terbaring tidak berdaya mereka semua bersedih.

"Bagaimana Kay, keadaan Fatih?" tanya Pak RT yang tiba-tiba datang ke rumah sakit.

"Ini lagi diurus sama polisi, dan segera ditangani oleh Dokter, Pak," jawab Kaysha dengan pelan.

"Tak lama kemudian Dokter kembali menghampirinya dan mengatakan harus segera dioperasi.

"Begini Bu, saya harus mengambil tindakan saya harus segera mengoperasi Adek Fatih karena ada kemungkinan infeksi dan jika memang patah tulang di dalam harus dipasang pen atau besi untuk menyangga kakinya."

"Ada syaraf di kakinya yang putus, tapi dengan terapi yang sering ada kemungkinan bisa kembali berjalan, entah bisa seminggu, sebulan atau bertahun-tahun tergantung niat dan usaha, serta keajaiban.

"Ibu berdoa saja semoga Adek Fatih segera sembuh," ucap Dokter itu dengan tersenyum.

"Lakukan apa saja Dok, yang penting anak saya selamat," jawab Kaysha dengan panik.

"Baiklah Bu, segera Ibu ke bagian administrasi untuk melakukan pembayaran separuhnya agar kami bisa langsung mengoperasi Adek Fatih, mengingat kondisinya mulai menurun," jawab Dokter itu.

"Kalau begitu saya tinggal dulu, permisi!"

"Iya Dok, terima kasih," jawab Kaysha yang tertunduk lesu.

Hatinya bertanya bagaimana bisa mendapatkan uang sedangkan tabungannya mungkin tidak cukup untuk operasi atau obat-obat yang akan di tebusnya.

Kaysha dan Fatih tidak terdaftar sebagai BPJS kesehatan, dia lupa akan hal itu padahal di kantor kerja suaminya sudah ada penerapan BPJS kesehatan untuk keluarga, tetapi mereka tidak dimasukkan di dalam daftar BPJS Bagas, entah apa yang di pikiran Bagas saat itu.

"Ayuk, Nduk kita ke administrasi kita tanya dulu biayanya berapa, supaya kita bisa sama-sama cari jalan keluarnya," ajak Pak RT diikuti Bu Siska dan Bu Lastri istrinya Pak RT.

Mereka pun berjalan menuju ke ruang admistrasi, sementara yang lain menunggu Fatih di depan pintu UGD.

Sampailah mereka di sana dan mereka menunggu giliran di panggil, untungnya cepat.

"Permisi Mbak, saya mau nannya pasien yang tabrak lari atas nama Fathian Al Ayubbi, saya ibunya, biayanya berapa ya Mbak?" tanya Kaysha dengan gugup.

"Sebentar ya Bu, saya periksa dulu,"

"Baik Bu, atas nama Fathian Al Ayubbi akan melakukan operasi pada jam Tujuh malam ini ya Bu, totalnya semua untuk biayanya di luar dari obat-obatan sekitar enam puluh lima juta rupiah untuk uang muka Ibu harus menyetor tiga Juta Rupiah agar segera dilakukan tindakan," jawab wanita itu.

Jlebb!

Tangan gemetar, lidah kelu bahkan persendian terasa copot semua, jiwanya seperti sudah terlepas dari raganya.

Kaysha pun menangis kembali, antara sedih, bingung, frustrasi semua menjadi satu, tetapi dia harus optimis kalau dia masih bisa mencari jalan keluar.

"Tenang Nduk, sabar serahkan kepada Allah, jika kamu percaya pasti ada jalan keluarnya," ucap Pak RT yang merasa prihatin.

"Uang tabungan saya tidak cukup hanya sekitar lima juta saja, bagaimana saya mau melunasi biaya rumah sakit ini, Pak?" jawab Kaysha.

"Nanti saja kamu pikirkan, lebih baik pakai uang saya dulu untuk uang muka, supaya Fatih cepat di operasi, iya 'kan Pak?" tanya Bu Lastri kepada suaminya.

"Iya, Nduk nggak apa-apa, kalian sudah kami anggap seperti keluarga sendiri," timpa Pak RT lagi.

"Ya wes, cepat Bu bayarkan saja, Ibu bawa uangnya toh?"

"Iya, Nduk, kamu tunggu sebentar biar saya saja yang bayar ke Mbaknya itu."

"Terima kasih banyak ya, Bu, saya tidak akan lupa atas jasa kalian, suatu saat nanti saya akan membalas kebaikan kalian semua," jawab Kaysha diikuti tangisnya.

Setelah mereka membayar uang muka, maka Fatih bisa di operasi dengan segera.

Tepat jam tujuh malam Fathian dioperasi, ada rasa takut yang melanda hati sang ibu.

Namun karena imannya kuat dia yakin anak semata wayangnya sembuh.

"Gimana Bu Siska, apa kata orang bagian administrasi, perlu biaya berapa Fatih di operasi?" tanya Mak Ipeh yang penasaran.

"Itulah Mak, sekarang kita lagi bingung cari uangnya sedangkan Kay saja cuma ada lima juta, sedangkan biaya operasi sekitar enam puluh lima juta," jawab Bu Siska yang kelihatan bingung juga.

"Apa, banyak amat, ya?" itu semua uang?" tanya Mak Ipeh dengan heran.

"Ya iyalah Mak, mas daun bayar ini rumah sakit," jawab Bu Siska dengan cemberut.

"Maaf ya Kay, Emak kagak bisa bantu banyak neh, soalnya elu tau 'kan Emak janda, terus ngidupin bocah juga yang di tinggal sama orang tuanya, Emak punya ini aja gelang peninggalan suami aye, kalau elu mau pakai dah untuk si Fatih buat nambah-nambah gitu?" jawab Emak Ipeh yang ceplas-ceplos.

"Nggak apa-apa Mak, udah simpan saja, biar Kay cari sendiri 'kan ada Allah pasti ada Mak, yang penting kita yakin."

Namun karena Kaysha sangat baik sama orang dan selalu membantu orang dalam kesusahan, sehingga tanpa di suruh pun warga segera urunan, bahkan dirinya diberi makan dan minuman untuk selama di rumah sakit.

Khaysa sangat terharu karena uang yang berhasil di kumpulkan oleh warga sebanyak empat puluh juta lima ratus ribu rupiah.

Ia pun bersujud syukur dan menangis sejadi-jadinya.

"Terima kasih atas bantuan Ibu-ibu dan Bapak-Bapak sekalian, tanpa keikhlasan dan ketulusan kalian memberikan bantuan yang sangat berharga buat Khaysa tetangga kita ini," ucap Pak RT dengan bangga karena mempunyai warganya saling gotong royong.

"Uang itu langsung diserahkan sebagian ke admistrasi sebesar empat puluh juta dan sisanya buat pegangan Kaysha, sewaktu-waktu untuk kekurangan obat."

"Tinggal mencari kembali sisa uang yang harus disiapkan lagi sekitar dua puluh juta," gumamnya.

"Apa yang harus aku lakukan ya Allah?" lirih Khaysa dengan pelan

Pikirannya masih kalut, berjalan saja masih sempoyongan, namun tiba-tiba ...."

"Brrrukk!"

Kaysha tak sengaja menabrak seorang wanita tua, tangannya keriput, tapi wajah itu ....

Wajah itu tidak asing bagi Khaysa, siapa dia?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status