Fiuh... Hari yang sangat panas. Nia mengipas-ngipas wajah dengan sapu tangan. Keringat tampak di wajahnya yang mulus. Hari ini adalah hari ke tiga sejak ia mencoba melamar di beberapa perusahaan besar, namun belum ada satupun lamarannya yang mendapat lampu hijau.
Apakah karena ia berhijab? Nia memerhatikan deretan pelamar lain dengan penampilan berani. Kemeja dengan kancing atas terbuka, rok mini dengan high heels, dandanan super medok. Sedang ia sendiri berpenampilan sederhana, sepatu flatshoes ringan dan nyaman, rok panjang model A, dan sapuan bedak ringan dengan sentuhan lipstik marun tipis. Enam bulan lalu Nia baru saja menamatkan sarjana psikologi. Beberapa temannya bahkan sudah lebih dulu diterima di perusahaan bonafide sebagai legal staff dan HRD. Namun, Nia tidak ingin memanfaatkan teman untuk diterima bekerja. Gadis itu yakin, ia dapat memperoleh pekerjaan dengan usaha sendiri. Apalagi ijazah Nia bukan kaleng-kaleng. Ia lulus dengan cum laude, termasuk mahasiswi pintar di kampus. Nia tersenyum miring, ternyata pintar saja tak cukup untuk mendapatkan pekerjaan impian. "Silakan, Nona Nia Rahmawati. Anda masuk untuk wawancara." Seketika lamunan Nia ambyar saat suara staff HRD menyebut namanya. Ternyata, Nia adalah pelamar terakhir hari itu yang mendapat antrian wawancara. Menurut beberapa orang kandidat yang tadi sama-sama antri, perusahaan yang tengah mereka lamar memang membatasi jumlah pelamar tiap harinya yang tak lebih dari 10 orang saja dan semuanya wanita. Gadis itu mengingat kembali posisi lamaran sebagai staff khusus pendamping CEO. Membaca kata CEO saja yang terbayang adalah bos-bos pejabat perusahaan. Sudah terbetik pekerjaan itu mungkin seperti sekretaris atau Personal Assistance seorang CEO yang mengatur job planner kegiatan bos. Meskipun terasa asing, namun Nia yakin ia bisa belajar dalam waktu cepat yang penting ia dapat pekerjaan dulu mengingat kondisi saat ini mendesak. Ia harus mencari jalan mendapatkan uang untuk pengobatan sang mama. Nia diantar masuk oleh staff cantik yang memanggil namanya tadi ke dalam sebuah ruangan besar. Setelah berada di dalam, pintu di tutup oleh staff cantik tersebut dan meninggalkan Nia yang takjub menatap ruangan kantor super mewah dengan wangi menenangkan. Ruangan itu ternyata ada ruang tunggu dengan sofa empuk dan cozy. Jantung Nia berdetak lebih cepat menunggu seperti apakah rupa pejabat yang akan mewawancarai nya? Ketika Pintu ruang utama terbuka, Nia terpana sejenak saat yang keluar adalah seorang wanita cantik separuh baya dengan penampilan old money dan super elegan. "Hai, Wah kau gadis terakhir ya hari ini? Mari kita lihat dulu data lamaranmu. Kau bisa panggil saya, Bunda atau Mama Gustav. Masuklah ke ruanganku." Nia mengangguk canggung. Sungguh jauh sekali dari perkiraan karena ia mengira akan berhadapan dengan staff kaku dan penuh aturan, ternyata yang mewawancarai adalah wanita setengah baya dengan gaya santai seperti di rumah sendiri. Ruangan yang dimaksud lebih besar dari ruang tunggu lengkap dengan perabotan full furnished layaknya di rumah bahkan mungkin rumah yang Nia tempati kalah besar dengan ruangan yang ia masuki. "Duduklah! Kita ngobrol santai saja ya? mengingat kau adalah orang terakhir hari ini dan kebetulan aku punya banyak waktu. Coba perkenalkan dirimu. Aku mau dengar sebelum kita buka data lamaranmu!" Nia mencoba membetulkan sikap duduknya. Diminta untuk memperkenalkan diri membuat jantungnya berdebar kembali, tapi ia sudah mempersiapkan diri berlatih perkenalan baik dengan bahasa Indonesia maupun dengan bahasa Inggris. Gadis cantik itu berdehem agar suara yang keluar saat perkenalan lancar tanpa hambatan. "Nama saya Nia Rahmawati, biasa dipanggil Nia. Usia saya 22 tahun. Lahir di Jakarta, 20 November 2003. Saya lulus dari fakultas Psikologi enam bulan lalu dengan IPK 3.90. Hobi saya menulis, menyanyi, travelling, nonton film dan saya menyukai banyak hal baru. Saya percaya bahwa segala sesuatu bisa dipelajari asal kita mau dan niat belajar. Saya berjanji akan bekerja dengan penuh tanggungjawab apabila diterima bekerja di perusahaan ini." Nia mengakhiri perkenalannya dengan embusan napas lega. Apapun hasilnya, ia sudah berusaha. Wanita yang meminta dipanggil dengan sebutan Bunda itu tersenyum semringah seraya menuju lemari pendingin mengambil 2 botol air mineral. "Minumlah, perkenalanmu bagus. Kita akan lihat data lamaranmu. Oh ya! panggil aku Bunda atau Mama Gustav, ya!" "Baik, Bunda," ucap Nia canggung pada wanita cantik setengah baya itu yang kini tengah membuka data lamaran Nia."Minumlah dan santai saja," ucap Bunda dengan senyum ramah. Nia menurut. Ia memang haus terlebih tadi saat perkenalan, sempat gugup dan khawatir gagal, untungnya lancar. Ruangan besar yang wangi itu mungkin dilengkapi aroma terapi karena wanginya memang membuat Nia lebih relaks dan tenang. "Alamatmu tak jauh dari kantor ini, tapi KTP beralamat di luar kota. Bisa kau jelaskan?" tanya Bunda saat melihat-lihat data lamaran Nia. "Alamat KTP memang saat rumah orang tua saya belum dijual, Bunda. Setahun lalu, ayah saya meninggal sedang ibu hanya ibu rumah tangga. Hanya rumah itu peninggalan Ayah. Saat itu saya semester akhir dan butuh biaya untuk kelulusan dan wisuda, terpaksa rumah itu dijual. Uangnya ibu depositokan, sebagian untuk biaya saya kuliah dan mengontrak rumah tak jauh dari kantor ini. Alasan saya melamar di kantor ini juga karena pertimbangan transportasi, saya tidak perlu mengeluarkan ongkos banyak dan tidak perlu mengalami kemacetan apabila berangkat dan pulang kerja, Bund
Hari pertama bekerja membuat Nia spaning membongkar isi lemari. Pakaian resmi yang pantas untuk ia kenakan ke kantor hampir nihil. Membeli pakaian baru hampir tidak mungkin. Ia harus banyak berhemat untuk kepentingan ibu. Ibu yang sejak tadi memperhatikan anak gadisnya memandang isi lemari mendatangi Nia dengan setumpuk pakaian. "Nia, coba lihat dulu mungkin cocok untuk dipakai ke kantor." Nia memandang keranjang pakaian yang dibawa ibu. Di dalamnya ada tumpukan pakaian yang harum dan licin tanda telah dicuci dan disetrika. Kebanyakan gaun batik panjang yang chic dan cocok dipakai ke kantor. "Ibuuu, darimana baju-baju ini? Bagus-bagus betul. Pasti harganya mahal ya?""Ibu kan cuci gosok di rumah sebelah. Saat ibu cerita bahwa kau diterima masa percobaan di gedung tinggi sana. Bu Parti langsung kasih baju anak gadisnya yang sudah menikah. Kata Bu Parti, anaknya itu sudah menikah dan bekerja di luar kota. Baju-baju itu sudah tidak terpakai karena anak gadisnya sekarang berat badanny
Satu bulan sudah Nia melalui masa percobaan. Kini waktunya untuk tahu siapa di antara 10 peserta yang lolos untuk posisi staff pendamping dengan gaji fantastis? Semua bertanya-tanya, Nia sudah siap apabila ia tidak terpilih mengingat sembilan rekan lain berparas cantik dengan penampilan super menarik, sedang dirinya hanya gadis sederhana yang terbantu dengan gaun-gaun pemberian bu Prapti tetangga sebelah rumah tempat ibu biasa bekerja mencuci dan setrika pakaian beliau. Hari ini juga penerimaan upah, terbayang uang 5 juta dengan tambahan transport 2 juta. Rencana Nia ingin ajak ibu belanja dan membeli kue bolu enak untuk bu Prapti sebagai tanda terimakasih atas pemberian gaun-gaun yang selama ini Nia kenakan untuk bekerja. Sepuluh peserta percobaan staff pemdamping telah berkumpul di ruangan saat pertama kali mereka menandatangani perjanjian masa percobaan. Tampak bunda Gustav duduk dengan anggun di kursi besar dengan senyum merekah ramah seraya memandang satu persatu gadis berparas
"Duduklah, Nia! akan kujelaskan pekerjaan staff pendamping ini." Bunda Gustav menuju sofa empuk dan menepuk sofa mengajak Nia duduk di sampingnya. "Kau tahu mengapa kuminta kau dan 9 kandidat lain menyebutku dengan panggilan Mama atau Bunda Gustav?" Nia menggeleng tak mengerti. "Gustav adalah nama anakku. Ia CEO di perusahaan keluarga kami.Enam tahun lalu Gustav kami jodohkan dengan putri seorang konglomerat yang juga merajai perekonomian di negara ini. Sayangnya istri Gustav mengalami kesulitan kehamilan. Ia tidak menginginkan mengikuti program bayi tabung dan meminta aku sebagai mertuanya mencarikan ibu pengganti yang bersedia menyewakan rahimnya untuk menampung benih anakku, Gustav. Menantuku itu berusaha berpikir dengan luas mengesampingkan rasa cemburu, karena paham pewaris keturunan adalah hal mutlak bagi kami. Dan kau tahu, Nia? bukan aku saja yang memilihmu, bahkan menantuku langsung tertarik denganmu. Anakku sendiri, tak mau tahu. Ia sibuk bekerja."Nia berusaha mendengarka
Nia sudah menceritakan semua dengan sang ibu tentang diterimanya sebagai staff pendamping dan percobaan tiga bulan untuk masa berpikirnya dengan tetap bekerja dalam divisi HRD dengan gaji dua digit."Bagaimana menurut ibu? apakah aku terima tawaran sewa rahim itu, atau aku lepas saja, Bu?""Entah ya, Nak! Ibu juga bingung. Hanya saran ibu, jika memang pekerjaan sewa rahim itu menjadi berkah ada baiknya dilakukan secara halal dengan menikah, karena akan menjadi fitnah jika ada benih laki-laki bersarang dalam rahimmu, Nak! Jika kau tidak dinikahi, ya lebih baik tidak usah. Insyaallah masih banyak pekerjaan lain yang bisa kau coba.Nia mencium tangan ibunya. Betapa dirinya sangat menyayangi sang ibu yang memilih menjanda setelah suaminya meninggal dibanding sibuk mencari suami baru. Bahkan ibu tak bisa diam di rumah saja, masih menawarkan jasa mencuci gosok di rumah bu Prapti."Boleh Nia minta sesuatu nggak, Bu?""Apa, Nak?""Tiga bulan ini Nia bekerja gajinya mungkin sekitar 75 juta. Ju
Nia segera mencari ruangan ibunya dirawat. Pertama kali pastilah di ruang UGD, benar saja! gadis itu segera menghampiri dokter yang bertugas."Bagaimana keadaan ibu saya, Dokter?'"Oh anda keluarga dari Nyonya Minah?""Iya, Dok. Saya anaknya.""Sepertinya ibu anda mengalami stroke namun ringan, sedang atau beratnya perlu ditangani segera dengan Brain Check Up atau BCU serta nanti akan ada obat yang disuntikkan untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah ke otak. Skrining kesehatan melalui BCU ini dilakukan dengan rangkaian pemeriksaan diantaranya pemeriksaan fisik, fisik neurobehaviour, pemeriksaan fisik jantung, pemeriksaan kardiografi, EKG dan treadmill, pemeriksaan neuroofthalmologi, pemeriksaan EEG dan pulmonologi, pemeriksaan lab (kekentalan darah, kolesterol, gula darah), rontgen thorax, serta pemeriksaan CTA (MRI & MRA)."Mendengar penjelasan dokter membuat Nia pasrah yang penting ibunya selamat. Ia segera mengurus administrasi rumah sakit untuk perawatan ibu dengan meminta peraw
"Saya setuju, Miss. Tapi pesan ibu saya apakah bisa saya dinikahi terlebih dahulu agar tidak timbul fitnah karena menyewakan rahim sama artinya dengan hamil dari benih seorang pria. Saya juga menjaga agar anak yang lahir tidak menjadi anak haram karena nantinya anak ini buah dari pernikahan meskipun pernikahannya hanya dilakukan secara agama tetapi sudah sah di mata Allah. Miss Adell sekeluarga tidak perlu khawatir. Saya tidak akan menuntut apapun. Miss Adell tetap istri sah dari Tuan Gustav. Setelah anak itu lahir, saya akan pergi jauh. Jadi Miss Adell tidak perlu khawatir terhadap keberadaan saya sebagai ibu pengganti."Adell terperangah. Ia tidak menyangka akan semudah ini Nia menyetujui menyewakan rahimnya, tetapi alasan untuk dinikahi dulu agar bayi yang lahir tidak menjadi anak haram, dalam hati ia setuju juga. Meskipun secara agama Adell kurang paham, tetapi hal mendasar seperti pernikahan sedikit banyak ia mengerti. Bunda Gustav memintanya untuk bicara dari hati ke hati dengan
"Aku setuju kau menikah siri dengan Gustav hanya sekadar membuat kehamilan itu menjadi halal dan anak yang lahir bukan sebagai anak haram, tetapi pernikahan itu tertutup hanya keluarga Gustav yang tahu, karena terus terang orangtuaku tidak tahu apa-apa tentang hal ini. Mereka juga berharap sekali aku hamil dan melahirkan sehingga mereka bisa punya cucu pewaris. Apakah kau sudah pernah bertemu Gustav?"Nia menggeleng. Selama hampir tiga bulan sama sekali ia tidak pernah melihat wujud bos besar bernama Gustav. Adell tersenyum mengangguk. "Gustav lebih banyak di Kanada. Selain karena tengah menyelesaikan program doktor. Bayangkan untuk apa ia sekolah tinggi-tinggi jika harta kekayaan orangtuanya sanggup membeli pulau-pulau indah? Nah, kau tahu kan seperti apa pernikahan kami? aku dan Gustav hanya boneka mainan orangtua kami, hanya agar perusahaan mereka bertambah besar. Harta kekayaan orangtuaku juga tak kalah banyak dengan aset keluarga Gustav. Untuk itulah kami dinikahkan agar harta i
Kinan tersenyum saat melihat potret Adell. Ada rencana besar di balik kunjungannya ke mansion Adell, meskipun orang tua Kinan juga memiliki perusahaan, tetapi belum dapat dibandingkan dengan mega perusahaan Adell dan Gustav. Foto Adell telah ia kirimkan pada pengrajin topeng silikon untuk membuat replika wajah saingannya itu. Ya, siapa bilang Kinan dan Adell bersahabat? mereka hanya kebetulan saja kuliah di kampus yang sama saat di London. Kinan tidak terlalu menyukai Adell yang sok jual mahal dan sok suci menurutnya. Adell tidak pernah menghadiri acara party dan terlalu serius kuliah. Gadis itu juga tidak memiliki media sosial, sehingga Kinan sulit untuk membuat topeng replika jika wajah Adell berbeda dengan saat kuliah, lagipula lebih mudah melihatnya langsung dari foto, dibanding menceritakan detail wajah kepada pengrajin topeng itu. Jujur Kinan ingin berpura-pura meniru sebagai Adell, menunggu kesempatan untuk mencuri data perusahaan saingan perusahaan keluarganya. Jalan paling m
Nia mematut diri di cermin melihat pantulan tubuh berbalut lingerie dengan bra dan underwear terlihat transparan, warna lingerie itu merah menggoda dengan renda memperlihatkan lekukan tubuh Nia yang padat ramping. Berulang kali dilihatnya pantulan tubuh dari samping dan belakang. Meski telah melahirkan si kembar, namun tubuh Nia layaknya gadis remaja. Perut rata dengan pinggul bak gitar Spanyol. Payudara yang paling menggoda karena memang besarnya mencuat menantang. Terpaksa Nia menggunakan breast pad khawatir air susunya akan rembes hingga bra basah mengingat produksi ASI Nia melimpah. Bra yang disiapkan Adell memang sangat cantik dan bisa-bisanya pas dengan ukuran payudara Nia yang luar biasa. lingerie itu hanya sebatas paha memperlihatkan paha Nia yang mulus dan pantas saja jika wanita adalah sumber keindahan. Nia saja terkagum-kagum melihat pantulan dirinya sendiri di cermin besar sepanjang dinding yang menghadap arah tidur. Saat bercinta dengan Gustav, Nia sering melihat pantu
Gustav mengembuskan napas lega saat pesawat landing, sebentar lagi adik kecilnya akan mendapatkan haknya yang tertunda selama seminggu di Swiss. "Wajahmu segar benar, Gustav! Kemarin di Swiss, kau suntuk terus." "Aku kangen si kembar, Ayah." Tawa sang ayah terdengar penuh gelak."Kau kangen si kembar atau Adell?"Gustav hanya tersenyum kecil tak menanggapi pertanyaan ayahnya. Sampai detik itu, sang ayah belum tahu keberadaan Nia di pavilion. Sepertinya saat si kembar sudah lepas ASI, Gustav berencana untuk memindahkan Nia di rumah tersendiri, tidak bercampur di mansion orangtuanya. Sebenarnya mudah saja tetapi lagi-lagi si kembar masih membutuhkan ASI dan Nia tak bisa jauh-jauh dari si kembar.Nia menatap baju tidur dan pakaian dalam yang diberikan Adell. "Pakai semua ini, Nia. Gustav pasti akan bercinta denganmu habis-habisan. Kau harus melayani Gustav dengan maksimal. Maaf ya, jika jobdes ini tidak ada dalam perjanjian sewa rahim, tetapi aku akan membayar lebih untuk semua yang ka
"Hallo Adell Sayang, Apa kabar?" Kinan bertubuh tinggi langsing dengan kulit eksotis dan rambut bergelombang yang dibiarkan tergerai sebahu. Wanita itu paham betul bahwa tubuhnya adalah magnet yang dibiarkan terbalut dengan pakaian super sexy. Adell sedikit menyesal membiarkan Kinan bertamu, terlebih setelah kedua orangtuanya pulang tadi. Ia sebenarnya ingin beristirahat sejenak. "What's wrong, Kinan. Angin apa yang membawamu datang mengunjungiku?" Salah satu sifat Adell yang sangat disukai Gustav adalah blak-blakan dan jujur, tetapi sifat itu justru tidak disukai Kinan yang lebih memilih basa basi dan prolog tak penting."Uhmmm, aku dengar kau sudah memiliki anak, Dell. Yahhhh... bahkan aku, menikah pun belum bertemu jodoh. Apakah bisa aku melamar pekerjaan di perusahaanmu, Dell?""Kirim saja lamaranmu, Kinan! ada bagian HRD yang nanti akan memilih kandidat yang sesuai dengan persyaratan perusahaan kami. Ikuti saja alurnya. Mengapa kau ingin bekerja di perusahaanku? Bukankah keluarg
Si kembar benar-benar magnet yang memberi cahaya bagi dua keluarga, dua perusahaan dan orang-orang yang bergantung pada roda ekonomi yang dihasilkan. Orangtua Adell sangat memanjakan si kembar, hampir setiap minggu ada saja alasan mama dan papa Adell datang mengunjungi cucunya. Meminta Adell menginap di rumah kediaman mereka, mansion megah dengan pemandangan laut yang indah. Namun, Adell selalu punya sejuta alasan untuk menolak dengan halus. Bukan apa-apa, tapi si kembar masih bergantung penuh dengan ASI Nia, bisa saja ia membawa stok melimpah yang ada dalam frezzer, tapi sudah terbayang repotnya, belum lagi jika si kembar rewel bersamaan. Ia cukup tahu diri, kesabarannya setipis tissue."Cucuku ini luar biasa sehat ya! tubuhnya gemuk berisi. Kau pandai sekali merawat anak, Adell. Hebat anak Mama. Meski sekolah di luar negeri, tapi kau ibu yang penuh tanggungjawab." puji mama Adell seraya menggendong satu kembar dan kembar lainnya digendong sang suami. "Sekali-kali bawalah menginap d
Nia menikmati saat-saat menyusui si kembar. Air susunya deras, bahkan ia bisa membuat stok untuk beberapa hari. Adell sendiri sampai takjub melihat lemari pendingin penuh dengan botol susu khusus ASI Nia."Kau perempuan hebat, Nia. Kulkas begini gede, penuh dengan air susumu. Bahkan mertuaku hemat banyak tidak membeli susu formula karena air susumu begitu melimpah. Sepertinya stok susu ini disumbangkan saja ke rumah sakit ya? toh si kembar tidak kekurangan susu yang dihisap langsung dari ibunya.""Terserah Kak Adell saja. Sayang juga jika disumbangkan, tapi tidak apa-apa. Terserah Kak Adell saja."Adell berpikir sejenak, sayang memang menyumbangkan ASI satu kulkas itu, Tapi jika tidak disumbangkan stok akan tetap tertimbun. Si kembar lebih baik meminum ASI segar langsung dari ibunya. Ternyata rumah sakit tempat Nia melahirkan memang menerima donor ASI untuk bayi-bayi yang belum mendapat ASI ibunya.Adell menatap Nia yang tengah menyusui si kembar di kedua payudaranya. Ia benar-benar j
"Gus, bisa kita bicara nggak?" ucap Adell melalui telepon. "Hai, Dell! kau dimana?""Sorry ya, aku pulang duluan. Capek banget di rumah sakit. Dua hari banyak tamu. Hari ini jangan terima tamu dulu ya. Hmmm, aku mau tanya apa kau memang benaran mencintai Nia?"Gustav terdiam mendengar pertanyaan Adell. Dulu tidak pernah terpikirkan sepulang dari Kanada, cerita akan begitu tak masuk dalam otaknya, tetapi rasanya Nia memang layak dicintai. Sebagai seorang lelaki, Gus merasa dihargai dan dipenuhi ego dan harga dirinya. "Jawaban apa yang kau harapkan, Dell?""Jujur saja, Gus. Kita pernah bicara saat pertama kali tahu kita dijodohkan. Perasaanku juga saat ini padamu hanya sebatas teman baik. Aku malah tidak pernah melayanimu sebagai istri. Maaf ya, tapi aku jadi merasa mengganggu perasaanmu.""No, Adell. Kita memang dijodohkan, tapi aku tidak keberatan selama orangtua kita masing-masing senang. Soal kau yang tidak pernah melayaniku di ranjang. Hmmm, aku pun tak tahu bagaimana bisa bercin
"Maaf Nia, turut prihatin atas kondisi ibumu. Terus terang, aku juga tak ingin seperti ini harus mencari ibu pengganti agar dapat memberikan seorang cucu untuk orangtua kami, tapi mau bagaimana lagi? aku tidak ingin hamil dan melahirkan. Aku khawatir tubuhku rusak karena harus mengalami kehamilan dan menyusui. Tenang Nia. Hidupmu akan terjamin selama cucu itu dapat kau berikan. Baik aku maupun Gustav adalah anak tunggal. Itulah apesnya! jadi beban untukku harus memberikan cucu. Untung mertuaku, Bunda Gustav baik hati dan mau mendengarkan saranku. walau saran pertama ditolak mentah-mentah!""Apa sarannya, Miss?" tanya Nia penasaran."Aku minta agar mertuaku adopsi bayi yang banyak dibuang orang di panti asuhan.""Pantas saja ditolak, Miss. Bagaimanapun orangtua pasti ingin cucu lahir dari benih keturunannya yang benar bibit, bebet dan bobotnya.""Wih, kau pintar juga ya, Nia. kata Bunda kau lulus Cum Laude ya? syukurlah nanti anakku pasti pintar seperti dirimu. Bunda juga sudah screeni
"Cucukuuuu ... Wah, Adell kau hebat, Nak. Cucu kita kembar, Ayah," lengking nyaring suara mama Adell takjub melihat dua bocah kembar yang mirip sekali plek ketiplek dengan Gustav. "Habis ini wajah cucu diborong semua sama suamimu, Nak. Haaa ... hidungnya mancung mirip hidung Mama." Adell nyengir kecut menyaksikan keriangan orangtuanya. Bagaimana tidak mirip Gustav, wong kembar itu memang benih dari Gustav, untung wajahnya mirip Gus, bukan mirip Nia. Nanti bingung semua orang jika si kembar tidak mirip dirinya maupun suaminya."Apa sudah menyiapkan nama? Mama bingung panggilnya bagaimana. Si ganteng saja kali ya?" Orangtua Adell tampak gembira sekali menyambut kehadiran cucu mereka. Sejak seminggu belakangan ini, Adell tampak gelisah melihat perutnya yang membuncit. Tidak disangka ternyata isinya dua, batin mama Adell. Sudah terbayang satu satu si kembar akan mewarisi perusahaan keluarga Gustav dan satu lagi akan mewarisi perusahaan keluarga Adell. Jadi tidak perlu rebutan cucu.Dokte