"Duduklah, Nia! akan kujelaskan pekerjaan staff pendamping ini." Bunda Gustav menuju sofa empuk dan menepuk sofa mengajak Nia duduk di sampingnya.
"Kau tahu mengapa kuminta kau dan 9 kandidat lain menyebutku dengan panggilan Mama atau Bunda Gustav?" Nia menggeleng tak mengerti.
"Gustav adalah nama anakku. Ia CEO di perusahaan keluarga kami.Enam tahun lalu Gustav kami jodohkan dengan putri seorang konglomerat yang juga merajai perekonomian di negara ini. Sayangnya istri Gustav mengalami kesulitan kehamilan. Ia tidak menginginkan mengikuti program bayi tabung dan meminta aku sebagai mertuanya mencarikan ibu pengganti yang bersedia menyewakan rahimnya untuk menampung benih anakku, Gustav. Menantuku itu berusaha berpikir dengan luas mengesampingkan rasa cemburu, karena paham pewaris keturunan adalah hal mutlak bagi kami. Dan kau tahu, Nia? bukan aku saja yang memilihmu, bahkan menantuku langsung tertarik denganmu. Anakku sendiri, tak mau tahu. Ia sibuk bekerja."
Nia berusaha mendengarkan dengan patuh. Baru kali itu ia dengar penyewaan rahim, sesungguhnya ia tak mengerti.
"Maksud Bunda dengan menyewa rahim saya? untuk apa, Bunda? Mengapa saya yang dipilih?"
Bunda Gustav memandang wajah Nia yang masih kebingungan. Ia paham apa yang diceritakan mungkin tak masuk akal sehat.
"Intinya, Nak! kami menginginkan cucu pewaris. Menantuku tidak mau menjalani program bayi tabung karena tidak ingin tubuhnya rusak akibat hamil dan sebagainya. Ia lulusan Amerika dan disana ibu pengganti sudah biasa. Jika kau bersedia menyewakan rahimmu untuk calon cucuku, maka aku akan berikan rumah tinggal untuk ibumu dan akses pekerjaan di perusahaan kami dengan posisi apapun yang kau inginkan tanpa harus seleksi macam-macam. Kau bisa pilih posisi apapun di perusahaan ini dengan nominal gaji berapapun yang kau minta. Selain itu kusewa rahimmu antara 500 juta sampai 1 milyar. Aku tahu ini berat dan butuh kau pikirkan baik-baik, karena nanti jika kau setuju akan ada notaris yang mengikat perjanjian sewa rahim ini. Aku berikan waktu paling lambat 3 bulan ya! jika lewat tiga bulan, maka aku akan mengadakan seleksi ulang untuk staff pengganti kembali."
Kepala Nia mendadak pusing. Tawaran untuk sewa rahim itu sangat menggiurkan. Ia akan dapat pekerjaan apapun yang diinginkan dengan gaji berapapun yang ia minta, belum lagi janji dibuatkan sebuah rumah untuk ibu. Terbayang gaji dua digit dengan rumah mewah lengkap dengan mobil. Wah, kapan lagi ia dapat kesempatan itu? tetapi bagaimanapun ia harus berkonsultasi dengan ibunya sendiri.
"Nia minta waktu untuk berpikir, Bunda. Apakah boleh selama waktu berpikir, saya tetap bekerja di sini? terserah digaji berapapun yang penting saya tetap bekerja agar ibu saya tenang."
Bunda Gustav tersenyum mengerti. Ia mengeluarkan list posisi pelamar yang dibutuhkan perusahaan. Salah satunya posisi HRD.
"Nah, ini ada posisi HRD dengan kualifikasi yang sesuai dengan dirimu seorang sarjana Psikologi. Kau boleh bekerja di divisi ini hingga masa waktu berpikirmu habis selama tiga bulan dengan gaji 25 juta rupiah dan tunjangan transport 5 juta. Bagaimana?"
Wajah Nia terperangah mendengar nominal gaji dua digit yang disebutkan bunda Gustav dengan enteng. Tentu saja ia mau! Dimana lagi dapat gaji dua digit baru masuk dengan fasilitas tunjangan transport. Hal ini berarti ia mendapat kesempatan tiga bulan lagi untuk bekerja dengan gaji 2 digit sampai masa berpikirnya habis.
"Baiklah, Bunda Gustav. Saya terima pekerjaan untuk posisi HRD. Semoga saya dapat berpikir jernih dan dalam waktu tiga bulan sudah dapat memutuskan yang terbaik."
"My pleasure, Honey! manfaatkan waktu tiga bulan untuk berpikir. Aku harap kau setuju atas penawaran sebagai staf pendamping itu."
"Uhm ... boleh bertanya, Bunda?" Nia takut-takut menanyakan sesuatu yang terasa mengganjal sejak awal.
"Mengapa mencari staf pendamping, bukan ibu pengganti atau mencari ibu yang bersedia menyewakan rahim?" Bunda Gustav tertawa lepas menganggap pertanyaan Nia sangat lucu.
"Nia ... Nia, kau polos benar sih? kalau aku iklan mencari ibu pengganti CEO atau dicari yang bersedia menyewakan rahim. Pasti yang melamar banyak sekali dengan kualifikasi nol besar. Kau tahu otak manusia itu kecerdasannya ditentukan 70% dari ibu? lagipula aku bisa viral karena mencari yang tak mungkin di negara ini. Jika kau terpilih artinya kami percaya kau mampu dan kau merupakan bibit yang bagus untuk calon cucuku."
"Periksa apakah ada yang mencurigakan pada staff dapur dan siapa wanita yang membawa Nia pergi itu?" Tidak ada yang mampu memberikan jawaban, semua isi mansion seakan larut dalam pernikahan Adell, dan saat kejadian Gustav bersama orangtuanya menghadiri pernikahan Adell, tidak ada yang menyangka bahwa kepergian mereka dimanfaatkan untuk menculik Nia. "Pasti ada hubungannya dengan orang dalam, ada orang yang memang telah mengetahui seluk beluk mansion, bahkan mungkin bekerja di dalam mansion demi tujuannya yang entah apa. Coba periksa karyawan baru mansion dalam tiga bulan terakhir!""Karyawan yang baru masuk dalam tiga bulan terakhir ini hanya baby sitter untuk bayi Banu dan Bani, Pak. Tapi tiga bulan sebelumnya juga masih ada karyawan baru lagi bertugas di pantry, namanya Tono. Ia diterima karena portofolio sebelumnya bekerja di sebuah hotel bintang lima.""Coba aku mau lihat profil dia!" Kepala sekuriti segera membuka file data karyawan pada komputer pantau lalu menunjukkan wajah pe
Ada iri terselip saat melihat Adell dapat menikah dengan pria yang mencintainya. Gustav juga berpikir untuk menjadikan Nia sah secara negara, karena saat diperkenalkan status Nia adalah ibu pengganti yang menyewakan rahim, mereka menikah sebelumnya hanya secara agama, tanpa adanya pengakuan negara yang ditandai dengan buku nikah. Saatnya Gustav memindahkan Nia di rumah besar, tidak lagi di pavilion dan disembunyikan. "Apa bisa, Ma? Aku ingin seperti Adell. Menikah secara resmi dengan Nia dan memiliki buku nikah. Kasihan Nia jika statusnya masih istri siri, sedang jelas-jelas ia yang melayani dan mengurus keperluanku.""Ssssstt...Mama akan bicara dulu dengan Papamu agar tidak jantungan mendengar kabar mendadak ini. Biar ayahmu tahunya kau baru mengenal Nia dan ingin menikahinya. Soal ibu pengganti dan yang lalu tidak perlu diceritakan. Bisa mengamuk Papamu karena Mama merahasiakan hal ini. Tunggu sampai pernikahan Adell mereda euforia-nya dan lampu hijau dari Papa. Baru kau dan Nia bi
Gustav menjatuhkan talak tiga pada Adell. Ia ingin Adell bahagia, tidak hanya menjalani pernikahan semu dengannya. Jika orang lain bercerai mungkin dengan suasana sedih, tidak demikian dengan Gus dan Adell, keduanya berpelukan, saling bersalaman dan meminta maaf atas salah yang mungkin terjadi selama lima tahun kebersamaan dalam pernikahan dua perusahaan raksasa. Bagaimanapun, Gustav lega kini karena Adell ada yang menjaga seorang perwira polisi yang sangat mengaggumi dan mencintai Adell sejak jaman mereka putih abu-abu. Mama Gustav yang selama ini selalu menjadi teman ngobrol melepas Adell yang telah dianggap anak sendiri. Mama Gus tahu jika Adell tidak memiliki rahim, hal itu pernah diceritakan saat mencetuskan ide untuk menyewa ibu pengganti yang bersedia menyewakan rahim agar lahir seorang penerus sekaligus pewaris dua perusahaan raksasa di negeri itu. "Dell, kita masih keluarga, ya. Kalau ada apa-apa jangan sungkan ngobrol. Mama titip si kembar Banu padamu ya. Semoga Bani tidak
Adell menggendong si kembar, meskipun bayi itu tak lahir dari rahimnya, namun ia merasa ada ikatan batin antara mereka. Tidak ada yang tahu kecuali dokter dan mama Gustav, tentang dirinya yang tidak memiliki rahim. Aneh bukan? Adell perempuan tapi tidak punya rahim, bahkan ia tak pernah merasakan namanya menstruasi. Hal itu yang membuat Adell takut didekati laki-laki. Namun, pertemuannya dengan Brian memporak-porandakan tembok yang ia bangun sedemikian rupa. Selama ini tembok itu melindungi dirinya dari semua pria yang ingin mendekati. Menikah dengan Gustav juga salah satu cara menghindari dari laki-laki yang hanya menginginkan dirinya tapi bukan jiwa dan keseluruhan seorang Adell. Jauh di lubuk hati, Adell takut jika laki-laki menuntut seorang anak dari rahimnya, sedang ia sendiri tak memiliki rahim. "Kak Adell melamun?" Pertanyaan Nia sontak menyadarkan Adell dari lamunan. Nia adalah salah satu jembatan agar ia dapat ikut memiliki seorang bayi. Ada sesuatu dalam dirinya yang mengh
Kinan tak dapat lagi berkata-kata saat seorang polwan membuka topeng silikon di wajahnya. Apa yang dilakukannya termasuk tindak pidana penipuan pasal 378 KUHP yaitu berpura-pura sebagai orang penting untuk mendapatkan keuntungan finansial atau informasi penting dengan ancaman hukuman penjara paling lama empat tahun. Wajah cantik Kinan terbelalak, hukuman empat tahun penjara menurutnya sangat lama bahkan sehari saja, ia tak ingin merasakan penjara. "Tolonglah Pak Polisi, kami cuma teman lama. Saya ingin memberi surprise pada Adell awalnya. Tidak paham jika hal itu termasuk tindak pidana. Ya, Dell?"Adell melengos, ia sama sekali tak tertarik mencabut laporan. "Pak polisi, mohon hal ini diusut hingga tuntas. Saya tunggu kelanjutan proses peradilannya.""ADELLL, CABUT LAPORANMU, DELLL!!!!" Teriakan Kinan tak digubris Adell yang terus melangkah keluar. Pelajaran hari ini adalah jangan sekali-kali percaya pada mereka yang mengaku teman saat membutuhkan sesuatu. Adell memutuskan untuk mam
"Dell, kamu dimana?" Gustav bertanya pelan dengan nada khawatir."Ya dirumahlah. Lima belas menit lagi aku akan datangi perusahaanmu. Aku tidak lupa, kok. Kita bertukar peran bukan? Kau di perusahaanku, aku diperusahaanmu.""Bukan, tapi ada seseorang yang mirip kamu di sini." Gustav lalu memutar kamera hingga Adell dapat melihat Kinan berjalan mendekati suaminya."Jangan matikan handphone, Gus. Aku ingin dengar percakapan kalian, terus arahkan handphone ke wajahnya, berpura-puralah kau tengah menelpon seseorang agar dia tidak curiga, all right?"Pucuk dicinta ulampun tiba, Baru saja berganti topeng silikon, pria tampan incarannya justru duduk di depan ruang HRD. Kinan dengan langkah pasti mendekati Gustav yang tampak tengah menelpon seseorang."Hai, seharusnya aku memilihmu tadi saat diminta untuk pilih mentor. Bisa kita berkenalan?" Kinan langsung duduk disebelah Gustav dan tanpa menunggu uluran tangan pria itu, Kinan dengan berani meraih tangan Gustav dan mengusapnya pelan. Berani s