Nia segera mencari ruangan ibunya dirawat. Pertama kali pastilah di ruang UGD, benar saja! gadis itu segera menghampiri dokter yang bertugas.
"Bagaimana keadaan ibu saya, Dokter?'
"Oh anda keluarga dari Nyonya Minah?"
"Iya, Dok. Saya anaknya."
"Sepertinya ibu anda mengalami stroke namun ringan, sedang atau beratnya perlu ditangani segera dengan Brain Check Up atau BCU serta nanti akan ada obat yang disuntikkan untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah ke otak. Skrining kesehatan melalui BCU ini dilakukan dengan rangkaian pemeriksaan diantaranya pemeriksaan fisik, fisik neurobehaviour, pemeriksaan fisik jantung, pemeriksaan kardiografi, EKG dan treadmill, pemeriksaan neuroofthalmologi, pemeriksaan EEG dan pulmonologi, pemeriksaan lab (kekentalan darah, kolesterol, gula darah), rontgen thorax, serta pemeriksaan CTA (MRI & MRA)."
Mendengar penjelasan dokter membuat Nia pasrah yang penting ibunya selamat. Ia segera mengurus administrasi rumah sakit untuk perawatan ibu dengan meminta perawat khusus yang menjaga ibu selama 24 jam penuh. Saat itu Nia tak lagi banyak berpikir soal biaya. Sudah terbayang ia akan mengambil tawaran bunda Gustav untuk menyewakan rahimnya. Semoga saja pertemuan dengan Miss Adell besok bukan untuk membatalkan perjanjian sewa rahim itu, harap Nia cemas. Ia menyesal tak menerima tawaran bunda Gustav sejak awal, jika tahu kejadian seperti ini dimana ibunya justru mendapat kecelakaan dan membutuhkan penanganan segera.
Adanya perawat yang menjaga sang ibu di rumah sakit sedikit banyak membuat Nia tenang berkantor. Ia juga telah merapikan rumah, mengganti seluruh sprei agar jika ibu sembuh dapat langsung tidur di kamar yang bersih. Nia tak ingin mangkir kerja, bagaimanapun ia memerlukan pekerjaan ini. Terlalu serius bekerja, Nia tak menyadari sebuah suara memanggilnya.
"Nia, ada sopir Miss Adell nungguin di lobby. Segera ya!" panggil sekretaris di pintu ruangan.
Nia memandang arloji baru pukul 11.30, ia mengira Miss Adell akan ajak bertemu sore hari. Namun ia bersyukur dijemput siang, jadi punya alasan sehabis bertemu Miss Adel bisa menjenguk ibu di rumah sakit. Mobil yang ia tumpangi ternyata keluaran terbaru lengkap dengan pendingin minuman, dan jok empuk layaknya sofa di ruang bunda Gustav. Sopirnya juga tidak bertanya macam-macam, fokus pada jalan lengang siang itu.
Nia memicingkan mata saat mobil berhenti di sebuah rumah makan bergaya Eropa. Kebetulan perutnya memang sudah lapar. Sejak pagi berangkat kantor, ia belum sempat sarapan.
"Silakan, Nona Nia. Miss Adell menunggu di ruang VIP."
Nia masuk ke dalam ruang VIP dengan meja panjang dan ruang kedap suara tampak dari bantalan seperti jok busa di sepanjang dinding dengan TV sebesar layar bioskop. Ruangan itu sangat nyaman karena begitu masuk disambut musik lembut yang menenangkan. Makin terpana saat melihat ternyata Miss Adell sangat cantik seperti artis yang ia sering lihat di televisi.
"Hai, Nia! Silakan duduk!"
Selain cantik, juga ramah. Beruntung sekali tuan Gustav memiliki istri seperti Miss Adell, pikir Nia menerawang.
"Kita makan dulu, ya? aku sudah lapar." Tentu saja Nia tak menolak, justru ia tak dapat berpikir jika dalam kondisi lapar.
Makanan yang terhidang benar-benar nikmat. Nia makan dengan cepat, mungkin karena kondisi lapar dan sedang banyak pikiran.
"Tambah lagi, ya!" Tanpa menunggu persetujuan Nia, Adell memanggil pelayan untuk menambah kembali porsi makan Nia. Dalam hati Nia berterimakasih karena ia pasti akan malu jika minta tambah langsung, tetapi Miss Adell justru inisiatif menambah porsi makan Nia.
Nia melihat piring makan Adell yang hanya berisi buah-buahan dan salad. Sejak tadi Adell senyum-senyum melihat Nia makan, karena baru kali itu ia melihat seorang gadis makan begitu banyak dengan porsi besar.
"Wah, keren sekali kamu, Nia! kau makan begitu banyak, tapi tubuhmu tetap langsing dan bagus. Kemana larinya nasi dua porsi tadi?" seloroh Adell takjub memandang Nia.
"Maaf, Miss Adell. Saya memang lapar. Belum sempat sarapan sejak pagi." Adell mengangguk mengerti.
"Baiklah, makan sudah, saatnya kita bicara ya! Kau siap, NIa?"
"Sangat siap, Miss Adell." Nia menganggukan kepala dengan pasti, ia tahu akan mengambil keputusan apa saat itu.
"Periksa apakah ada yang mencurigakan pada staff dapur dan siapa wanita yang membawa Nia pergi itu?" Tidak ada yang mampu memberikan jawaban, semua isi mansion seakan larut dalam pernikahan Adell, dan saat kejadian Gustav bersama orangtuanya menghadiri pernikahan Adell, tidak ada yang menyangka bahwa kepergian mereka dimanfaatkan untuk menculik Nia. "Pasti ada hubungannya dengan orang dalam, ada orang yang memang telah mengetahui seluk beluk mansion, bahkan mungkin bekerja di dalam mansion demi tujuannya yang entah apa. Coba periksa karyawan baru mansion dalam tiga bulan terakhir!""Karyawan yang baru masuk dalam tiga bulan terakhir ini hanya baby sitter untuk bayi Banu dan Bani, Pak. Tapi tiga bulan sebelumnya juga masih ada karyawan baru lagi bertugas di pantry, namanya Tono. Ia diterima karena portofolio sebelumnya bekerja di sebuah hotel bintang lima.""Coba aku mau lihat profil dia!" Kepala sekuriti segera membuka file data karyawan pada komputer pantau lalu menunjukkan wajah pe
Ada iri terselip saat melihat Adell dapat menikah dengan pria yang mencintainya. Gustav juga berpikir untuk menjadikan Nia sah secara negara, karena saat diperkenalkan status Nia adalah ibu pengganti yang menyewakan rahim, mereka menikah sebelumnya hanya secara agama, tanpa adanya pengakuan negara yang ditandai dengan buku nikah. Saatnya Gustav memindahkan Nia di rumah besar, tidak lagi di pavilion dan disembunyikan. "Apa bisa, Ma? Aku ingin seperti Adell. Menikah secara resmi dengan Nia dan memiliki buku nikah. Kasihan Nia jika statusnya masih istri siri, sedang jelas-jelas ia yang melayani dan mengurus keperluanku.""Ssssstt...Mama akan bicara dulu dengan Papamu agar tidak jantungan mendengar kabar mendadak ini. Biar ayahmu tahunya kau baru mengenal Nia dan ingin menikahinya. Soal ibu pengganti dan yang lalu tidak perlu diceritakan. Bisa mengamuk Papamu karena Mama merahasiakan hal ini. Tunggu sampai pernikahan Adell mereda euforia-nya dan lampu hijau dari Papa. Baru kau dan Nia bi
Gustav menjatuhkan talak tiga pada Adell. Ia ingin Adell bahagia, tidak hanya menjalani pernikahan semu dengannya. Jika orang lain bercerai mungkin dengan suasana sedih, tidak demikian dengan Gus dan Adell, keduanya berpelukan, saling bersalaman dan meminta maaf atas salah yang mungkin terjadi selama lima tahun kebersamaan dalam pernikahan dua perusahaan raksasa. Bagaimanapun, Gustav lega kini karena Adell ada yang menjaga seorang perwira polisi yang sangat mengaggumi dan mencintai Adell sejak jaman mereka putih abu-abu. Mama Gustav yang selama ini selalu menjadi teman ngobrol melepas Adell yang telah dianggap anak sendiri. Mama Gus tahu jika Adell tidak memiliki rahim, hal itu pernah diceritakan saat mencetuskan ide untuk menyewa ibu pengganti yang bersedia menyewakan rahim agar lahir seorang penerus sekaligus pewaris dua perusahaan raksasa di negeri itu. "Dell, kita masih keluarga, ya. Kalau ada apa-apa jangan sungkan ngobrol. Mama titip si kembar Banu padamu ya. Semoga Bani tidak
Adell menggendong si kembar, meskipun bayi itu tak lahir dari rahimnya, namun ia merasa ada ikatan batin antara mereka. Tidak ada yang tahu kecuali dokter dan mama Gustav, tentang dirinya yang tidak memiliki rahim. Aneh bukan? Adell perempuan tapi tidak punya rahim, bahkan ia tak pernah merasakan namanya menstruasi. Hal itu yang membuat Adell takut didekati laki-laki. Namun, pertemuannya dengan Brian memporak-porandakan tembok yang ia bangun sedemikian rupa. Selama ini tembok itu melindungi dirinya dari semua pria yang ingin mendekati. Menikah dengan Gustav juga salah satu cara menghindari dari laki-laki yang hanya menginginkan dirinya tapi bukan jiwa dan keseluruhan seorang Adell. Jauh di lubuk hati, Adell takut jika laki-laki menuntut seorang anak dari rahimnya, sedang ia sendiri tak memiliki rahim. "Kak Adell melamun?" Pertanyaan Nia sontak menyadarkan Adell dari lamunan. Nia adalah salah satu jembatan agar ia dapat ikut memiliki seorang bayi. Ada sesuatu dalam dirinya yang mengh
Kinan tak dapat lagi berkata-kata saat seorang polwan membuka topeng silikon di wajahnya. Apa yang dilakukannya termasuk tindak pidana penipuan pasal 378 KUHP yaitu berpura-pura sebagai orang penting untuk mendapatkan keuntungan finansial atau informasi penting dengan ancaman hukuman penjara paling lama empat tahun. Wajah cantik Kinan terbelalak, hukuman empat tahun penjara menurutnya sangat lama bahkan sehari saja, ia tak ingin merasakan penjara. "Tolonglah Pak Polisi, kami cuma teman lama. Saya ingin memberi surprise pada Adell awalnya. Tidak paham jika hal itu termasuk tindak pidana. Ya, Dell?"Adell melengos, ia sama sekali tak tertarik mencabut laporan. "Pak polisi, mohon hal ini diusut hingga tuntas. Saya tunggu kelanjutan proses peradilannya.""ADELLL, CABUT LAPORANMU, DELLL!!!!" Teriakan Kinan tak digubris Adell yang terus melangkah keluar. Pelajaran hari ini adalah jangan sekali-kali percaya pada mereka yang mengaku teman saat membutuhkan sesuatu. Adell memutuskan untuk mam
"Dell, kamu dimana?" Gustav bertanya pelan dengan nada khawatir."Ya dirumahlah. Lima belas menit lagi aku akan datangi perusahaanmu. Aku tidak lupa, kok. Kita bertukar peran bukan? Kau di perusahaanku, aku diperusahaanmu.""Bukan, tapi ada seseorang yang mirip kamu di sini." Gustav lalu memutar kamera hingga Adell dapat melihat Kinan berjalan mendekati suaminya."Jangan matikan handphone, Gus. Aku ingin dengar percakapan kalian, terus arahkan handphone ke wajahnya, berpura-puralah kau tengah menelpon seseorang agar dia tidak curiga, all right?"Pucuk dicinta ulampun tiba, Baru saja berganti topeng silikon, pria tampan incarannya justru duduk di depan ruang HRD. Kinan dengan langkah pasti mendekati Gustav yang tampak tengah menelpon seseorang."Hai, seharusnya aku memilihmu tadi saat diminta untuk pilih mentor. Bisa kita berkenalan?" Kinan langsung duduk disebelah Gustav dan tanpa menunggu uluran tangan pria itu, Kinan dengan berani meraih tangan Gustav dan mengusapnya pelan. Berani s