Share

Bab 14

Penulis: RIANNA ZELINE
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-24 23:34:33

Suasana restoran yang awalnya hangat dan romantis kini terasa hambar. Cahaya temaram lilin di tengah meja tidak lagi terasa hangat di hatiku. Musik instrumental yang lembut di latar hanya menjadi pengiring bisu dari perasaanku yang mulai tenggelam.

Setelah beberapa detik berpikir, Mas Evan menghela napas pelan lalu berkata, “Sayang, maaf. Aku harus angkat telepon sebentar. Penting.”

Aku hanya mengangguk pelan tanpa suara. Bibirku tetap tersenyum, tapi tidak dengan tatapan mataku yang mulai diliputi rasa kecewa. Kutatap punggung Mas Evan yang perlahan menjauh dari meja, mengangkat telepon dengan nada suara yang sengaja diturunkan agar aku tak mendengar apa yang dibicarakannya.

Dengan tatapan kosong, aku sudah bisa menebak bahwa itu pasti Vania. Aku sudah menduga bahwa dia tidak akan membiarkanku bahagia menikmati acara. Namun meski sudah mengantisipasi, sudah menyiapkan hati—atau setidaknya mencoba. Tapi tetap saja, ketika detiknya tiba, rasa cemburu dan kecewa datang bersamaan seperti
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 43

    Senyum bahagia mengembang di bibir Mas Evan. Seolah ada perasaan lega karena dia berhasil menemukan tempat tinggalku yang sekarang. Sementara aku masih memasang wajah syok melihat Mas Evan sudah berdiri di depan apartemenku. Namun, cepat-cepat aku mengubah ekspresi wajahku menjadi datar dan dingin. Bahkan tatapan sinis kulayangkan padanya saat ini."Ada apa? Bagaimana kamu bisa ada di sini?" tanyaku dingin."Senang rasanya bisa mengetahui lagi tempat tinggal kamu, Dinara," jawabnya masih dengan senyum tipis yang mengembang di bibirnya."Tidak usah basa-basi, Mas. Dari mana kamu tahu tempat tinggalku ini?" desakku agar Mas Evan jujur dan tidak banyak membuang waktu.Mas Evan terdiam sejenak. Dia menunduk, seolah ragu untuk mengucapkan sesuatu yang mungkin membuatku semakin kecewa padanya. Tapi akhirnya dia menarik napas dalam dan berkata, "Aku... sempat memasang GPS di mobil kamu."Aku membelalak, tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar."Kamu... kamu pasang GPS diam-diam di m

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 42

    Benar seperti dugaanku. Suara itu ternyata adalah pasangan suami istri yang memuakkan, Mas Evan dan Vania.Jujur aku tak habis pikir dengan apa yang ingin dilakukan Vania di perusahaan ini. Dia terus saja mengusik kehidupanku yang bahkan sudah lepas dari Mas Evan. Entah ada dendam tersembunyi apa hingga dia tak pernah puas setelah mendapatkan apa yang diinginkannya."Lalu mau kamu sekarang apa? Apa kamu mau aku resign dari tempat ini dan mencari pekerjaan di tempat lain? Memangnya kamu pikir cari kerja itu gampang?""Kalau kamu serius berusaha, aku yakin kamu mudah diterima kerja di perusahaan manapun kok, Mas. Apalagi dengan pengalaman kerja kamu jadi CEO itu," jawab Vania yang seolah berusaha menghasut Mas Evan."Mudah? Setelah kedekatan hubungan kita mencuat ke permukaan, dan setelah Dinara kembali ke perusahaan, kamu pikir perusahaan lain mau menerimaku tanpa petimbangan? Astaga, Vania! Memangnya apa salahnya, sih, kalau aku tetap bekerja di sini? Jadi kepala HRD juga bukan hal ya

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 41

    Meski ada raut kesedihan di wajahnya, tapi Selina berusaha menutupinya dengan senyum. Tipis tapi masih cukup untuk membuatnya terlihat baik-baik saja. Langkahnya mendekat lalu menyerahkan sebuah dokumen padaku."Kalau Pak Ravin sudah bersama wanita lain, ya itu artinya dia memang bukan jodoh saya, Bu Dinara," jawabnya.Setelah menandatangani dokumen, aku tak langsung mengembalikannya pada Selina. Kupeluk dokumen itu sambil menatap intens ke wajahnya."Sel, jujur sama aku. Sebenarnya kamu ada perasaan ke kakakku atau tidak? Apa benar kamu menolaknya hanya karena kamu berasal dari keluarga yang sederhana?" tanyaku langsung pada intinya.Selina terdiam. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuh, seperti menahan gemetar yang tak terlihat. Sementara tatapannya mengarah pada dokumen yang kupegang, tapi terlihat jelas jika pikirannya sedang berperang."Saya... saya takut, Bu Dinara. Saya merasa tidak pantas untuk bersanding dengan Pak Ravin," jawabnya sambil menunduk."Tapi kamu menyukainya, 'k

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 40

    Perlahan tapi pasti, Kak Rafael membuka kotak kecil yang kuberikan itu. Sesaat ia mengintip lebih dulu sebelum membuka seluruhnya. Hingga senyum mengembang di bibirnya bersamaan dengan tangannya mengeluarkan benda yang ada di dalam kotak itu. Jam tangan."Dinara, ini... ini terlalu mewah," ujarnya dengan mata berbinar sekaligus takut untuk menerima hadiah itu."Aku sengaja mendesain jam tangan itu untuk kamu. Sudah lama aku meminta dibuatkan agar bisa aku ambil sewaktu-waktu," tuturku yang ikut merasa bahagia dengan hasilnya yang begitu mewah.Jam tangan itu terbuat dari bahan titanium hitam matte dengan finishing satin yang lembut saat disentuh. Memberi kesan elegan namun tegas, seperti karakter Kak Rafael. Bezel-nya ramping, melingkari kaca safir anti gores yang bening sempurna, sebening tatapan matanya. Dial-nya berwarna midnigt blue, gelap namun bersinar seperti langit malam setelah hujan. Seperti kehadirannya yang selalu membawa ketenangan.Yang paling istimewa adalah ujung ked

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 39

    Senyum simpul terlukis di bibirnya. Namun ada tatapan getir dari sorot matanya. Aku bisa merasakan bahwa dia sedang bimbang mengenai hubungan cintanya."Sepertinya Revan sudah nyenyak, sebaiknya aku tidurkan dia dulu," ujar Kak Ravin, sepertinya ada niat untuk bicara lebih nyaman denganku.Aku mengikutinya menuju kamar evan untuk memastikan tempat tidurnya sudah nyaman. Setelah itu aku dan Kak Ravin kembali ke ruang tengah dengan posisi pintu kamar Revan yang aku biarkan terbuka. Sebelum duduk di sofa, aku mengambil minuman dingin dan juga camilan untuk menemani obrolan."Jadi, bagaimana kemajuannya? Apa Kakak akan menikah dalam waktu dekat ini?"Hebusan napas panjang menjadi pilihan Kak Ravin untuk mengurai kemelut dalam hati. Lalu menyandarkan punggung beserta kepalanya ke sofa. Menatapku dengan wajah tampak putus asa."Dia masih pada pendiriannya tidak ingin melanjutkan hubungan dengan Kakak," ujarnya dengan nada sedih."Lho, kenapa? Apa dia juga selingkuh?"Seketika tatapan Kak Ra

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 38

    Tak terasa tiga hari telah berlalu sejak perpisahan resmiku dengan Mas Evan. Perasaan gelisah yang dulu serig kali hadir dalam hari-hari sepiku, kini berubah menjadi sebuah ketenangan. Perpisahan itu, menjadi perpisahan terindah sesuai dengan rencanaku.Meski sempat terlintas rencana untuk menggoda Mas Evan demi membuatnya menyesal dan menyakiti hati Vania, namun aku mengurungkan niat itu. Mas Evan sudah benar-benar menyesal tanpa aku menggodanya untuk menarik perhatian. Dia sudah menyesal tanpa aku menunjukkan sisi lain diriku yang lebih unggul dari Vania.Aku memutuskan lebih memilih berdamai dan memaafkannya. Dan keikhlasan inilah yang merupakan kunci dari ketenangan hatiku yang sebenarnya. Tak ada lagi air mata, tak ada kemarahan. Hanya kelegaan yang akhirnya menyapa setelah badai panjang.Hari ini, apartemen terasa hangat oleh tawa kecil Revan yang tengah duduk di karpet ruang tengah, di kelilingi mainan. Sementara aku duduk di belakangnya sambil sesekali menyesap teh hangat yan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status