Share

4. Emosi Aabid

Masalah di rumah belum selesai. Alagar dihadapkan persoalan genting lainnya. Renata telah menunggu di ruang kantor tanpa pemberitahuan lebih dulu. Tas kerja diletakkan di atas meja dia memilih duduk di kursi membiarkan gadis itu jauh darinya di ujung sofa tamu.

Mau apalagi jalang itu ke sini pagi-pagi begini! Keluh Alagar kesal.

Sekretaris datang membawa minuman untuknya dan tamu yang tidak sopan. Lirikan tajam persaingan hebat terjadi di ruangan. Renata dan Jessica sama-sama menyukai Alagar sering menghangatkan pria itu di kantor dan di luar jam kerja mereka.

"Terima kasih atas minumannya sekarang pergilah jauh-jauh dari sini, kami ingin bicara secara pribadi tentang pernikahan aku dan bossmu!" usir Renata tajam ke Jessica.

Sontak sekretaris cantik menyerang balik perkataan musuh bebuyutan. "Semudah itu mengalahkan istrinya untuk menikahi wanita brengsek sepertimu?"

"Jangan berpura-pura, kau sama saja brengseknya sepertiku!" Renata berkacak pinggang dibalas Jessica yang memandangi marah. "Alagar mengencanimu di kantor lalu bermesraan bersamaku di apartemen, ya kan? Kini menyingkirlah dariku tak akan segan aku menghancurkan karir dan keluargamu!” 

Ancaman dirinya tak main-main karena saham terbesar di perusahaan Alagar milik ayahnya. Dua setan betina memperebutkan pria beristri tanpa peduli sama-sama berbuat nista demi sebuah nafsu kesenangan semata.

"Diamlah kalian berdua ini kantor bukan rumah kalian jika ingin bertengkar keluarlah dari sini dan aku harus bekerja!" bentak Alagar menyuruh sekretaris dan putri pengusaha besar itu pergi.

Rasa pening di kepala semakin bertambah. Di kediamannya sendiri habis berseteru dengan Amirah. Di kantor bertemu dua wanita buas menginginkan perhatian dan cinta.

Wajah tampan Alagar bagai kutukan. Istrinya pernah tersihir tatapan dan ucapan lembut mulut busuk yang disembunyikan. Namun tak bertahan lama setelah mereka menikah memiliki seorang putra kembali menjadi pecundang tak bertanggung jawab.

"Mau apa kau datang lagi kita tak ada urusan percintaan di sini!" tegurnya kasar.

“Oh, sayang, apa dirimu sudah melupakan aku secepat ini?” Renata mendekati kekasih hati duduk merajuk di atas meja kerja menumpahkan rasa rindu membuncah. Kejadian lalu sangat melukai rasa cintanya terhadap suami milik Amirah Lashira.

“Pergilah jangan menggangguku lagi aku tak akan memenuhi permintaan menikahimu!” ucap Alagar datar tanpa pedulikan perasaan gadis itu.

“Oh, baiklah!” Jawaban Renata begitu santai kemudian mencium rahang keras sang pujaan hati lalu pergi seolah merelakan semua. Tinggal dia diam termangu menatap kepergian putri Tuan Sastrawijaya tiba-tiba berubah tenang namun menghanyutkan.

Gadis nakal yang disukai membawa banyak uang ayahnya ke perusahaan. Tapi bukan tipe wanita dinikahi seumur hidupnya. Lagipula Alagar tak pernah mau menceraikan ibu dari putranya, Bagaskara.

Empat tahun pernikahan mereka memang penuh drama. Awal penyebabnya kebiasaan buruk suami sering berselingkuh tak bisa diperbaiki lagi.

Suasana kantor pun kembali sepi. Senyum tipis di bibir Alagar Hakim membayangkan nanti malam berduaan istri berada di sebuah restoran paling mahal sebagai permintaan maaf dirinya telah menampar Amirah. Sudah terlalu lama mereka tak melakukan hubungan intim suami istri.

Wanita itu selalu menjaga jarak tak ada kemesraan di antara mereka sejak kepergok antara Alagar dan Jessica. Tiga tahun lalu persis seusia Bagaskara putranya. Amirah menarik diri dari kegiatan sosialita memilih menjadi ibu rumah tangga daripada istri CEO pengusaha ternama.

Alagar tak memaksa akhirnya memilih wanita lain menemani kehidupan glamour penuh tipu daya. Keluarga besar tak pernah ikut campur dalam rumah tangga mereka.

Terkecuali adik bungsu Aabid Barak Hakim. Betul-betul sial! Dia harus menjelaskan dari banyak pertanyaan dituduhkan tentang rumah tangganya ketika mereka bertemu di klub malam.

Bodohnya saat itu dia tak sendiri Cecilia di dalam pelukannya. Kontan saja Aabid marah menarik kemeja putih kakaknya bersiap menghakimi terus saja memaki. Adiknya semakin mengawasi namun sang kakak lebih lihai berpengalaman soal wanita. Teman kencan sesaat tak mampu menuntut banyak pria beristri seperti dirinya. 

Kini tinggal Renata Sastrawijaya yang tak lama lagi pun akan dicampakkan olehnya.

----------------

“Hallo, Bagas, lihat Om Aabid bawa apa untukmu?” Sebuah mainan mobil besar memenuhi ruang tamu yang luas. Putra dari kakaknya berceloteh senang saat duduk di belakang kemudi seakan mengendarai mobil milik papanya.

Brum-mm, brummm!

Ditemani pengasuh, Bagaskara asyik bermain melupakan kedatangan Om Aabid ganteng sedang berbicara dengan mamanya. Sengaja adik Alagar Hakim mengunjungi keponakan tampan lucu menggemaskan di saat kakaknya brengsek itu masih berada di kantor.

“Hai ‘Bid.” Amirah menyambut senang kehadiran adik ipar. "Duh, rajin amat ’sih kamu bawa mainan untuk Bagas, memangnya kamu 'ga kerja hari ini?"

"Eh, lagi santai di kantor, ‘Mba," tukas Aabid sambil mengawasi Bagas. "Ga ada proyek penting dikerjakan kebetulan tadi setelah bertemu klien terus ingat putramu sudah lama ’ga main ke rumah Oma dan Opa."

Berbeda sikap Alagar. Adiknya Aabid Barak Hakim lebih lembut terhadap siapapun. Kakak beradik dulu saling menyayangi tapi sekarang bermusuhan. Perselingkuhan suami Amirah di luar terbaca terang di matanya. 

“Ah, iya ‘Bid, maafkan ’Mba Amirah dan Mas Alagar belum sempat menengok Opa dan Oma.” Pandainya dia berdusta menutupi keburukan suami, “Kakakmu sibuk terus apalagi ada proyek kerja sama Tuan Sastrawijaya jadi lebih sering terlambat pulang.”

Aabid sepenuhnya tak yakin ucapan Amirah. Wanita itu terlalu baik untuk dilukai dan disakiti pria manapun termasuk bedebah Alagar Hakim sekalipun.

"Ku harap pernikahan kalian baik-baik saja, Mama dan Papa menitip kepercayaan supaya perilaku kakakku berubah memang tak mudah seperti membalikkan tangan karena Mas Alagar anak yang dimanja sejak dulu."

“Tenanglah 'Bid semua butuh proses, 'Mba menyayangi kakakmu selama ini.” Amirah sungguh tak sampai hati memberi tahu sebenarnya, "Bagas membawa kebahagiaan terbesar bagi kami, cucu pertama keluarga Tuan Andi Hakim paling tampan seperti dirimu dan Mas Alagar."

Pujian sangat berlebihan padahal di dalam rumah tangganya kerusakan terjadi begitu fatal. Tuan Andi Hakim memiliki cucu lain dari selingkuhan putra sulung. Sungguh amat menyakitkan jika harus mengingat semuanya segera berakhir. Wajah Amirah Lashira tertunduk sayu menghalangi kabut gelap di kedua matanya.

"Mba, kenapa pipimu kok memar begitu?" tatap Aabid curiga.

Amirah buru-buru mengusap pipi. "Oh, ini gara-gara kebentur pintu kamar, Bagas 'ga sengaja mendorongnya keras kena wajahku."

Tak mungkin! Aabid sungguh tak percaya.

Seberapa kuatkah anak usia tiga tahun mampu membuat wajah ibunya memar lebam seperti itu. Ketika dia mulai beranjak mendekati kakak ipar langsung mengelak hebat berpura-pura pergi ke dapur menyiapkan minuman.

"Duh 'Bid, maaf aku lupa meminta Bi Inah menyajikan minuman untukmu sekalian saja makan malam di sini, mungkin sebentar lagi Mas Alagar pulang."

"Tunggu, 'Mba Amirah!" Adik iparnya tak sengaja menahan lengannya.

Amirah berbalik memandang heran. "Ada apa lagi memang kamu mau pulang?'

"Kau habis dilukai kakakku, bukan?" tuduh Aabid tanpa basa-basi. "Jujur saja 'Mba biar aku menghajar Mas Alagar karena ini!"

Lagi-lagi kakak ipar mengelak. "Jangan ini bukan ulah kakakmu, kesalahanku sendiri kurang hati-hati menjaga putraku."

"Ga mungkinlah 'Mba, di sini ada pengasuh Bagas mana mungkin membiarkan putra kalian berkeliaran tanpa diawasi!" sentak Aabid emosi perlakuan kakak kandung tak bisa ditolerir lagi.

Celaka! Amirah tak berkilah lagi. Aabid Barak Hakim punya mata yang tajam. "Sudahlah ini hanya kecelakaan biasa bisa terjadi kapan saja yang penting putraku baik-baik tidak terluka, biar 'Mba pergi sebentar ke dapur memasak dulu jika kau ingin makan malam bersama kami di sini."

"Ya 'Mba, aku ikut makan malam sambil menunggu kakakku pulang!" serunya kencang sementara kakak ipar sudah bergegas ke belakang. 

Keparat kau, Mas Alagar! Kepalan tangan kuat Aabid tidak sabar ingin menghantam wajahnya. Berulangkali mengingatkan kakaknya jangan main tangan terhadap istri tapi saat ini sudah keterlaluan.

Papa dan Mama harus mengetahui putra sulung berubah menjadi pria barbar menganiaya Amirah semaunya. Wanita yatim piatu dinikahi sang kakak untuk dilindungi, bukan disakiti sesuka hati.

Dasar pria tak tahu diri!

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status