Home / Romansa / Kutukan Sang Alpha / Bab 10: Pertemuan Akrab

Share

Bab 10: Pertemuan Akrab

Author: Kianna Walpole
last update Huling Na-update: 2025-05-31 15:30:59
Selagi mengekori Sawyer, Waverly memerhatikan kemegahan dari ruangan-ruangan yang belum pernah dia lihat sebelumnya dalam griya tersebut. Pria itu membawanya menyeberangi pintu masuk menuju sebuah ruang duduk besar, diisi oleh berbagai furnitur berwarna putih dan meja kecil yang menghadap sebuah dinding kaca yang menghadap ke arah Pegunungan Trinity. Ini adalah pemandangan paling indah yang Waverly pernah lihat. Sepanjang dinding di sisi lain terdapat lukisan raksasa dari seluruh Alpha generasi sebelumnya.

Waverly berhenti di depan salah satunya, mengamati lukisan wajah tersebut. Itu adalah seorang pria yang memiliki warna mata yang sama uniknya dengan mata Sawyer, dan dia pun memiliki garis rahang yang sama tajamnya.

"Siapa beliau?"

Sawyer berbalik dan mendekati Waverly di depan lukisan. "Kakekku," jawabnya. "Beliau yang mendirikan Kawanan Bayangan Merah dan yang membuat kawanan ini menjadi kawanan paling disegani di negara bagian ini."

Tatapan Waverly tertuju pada lukisan tersebut, mengamatinya. "Kakekku juga sama. Beliaulah yang membawa kawanan kami dari San Fransisco setelah Perang Besar Werewolf. Beliau adalah seorang Alpha yang luar biasa, tetapi aku tidak tahu apa pun mengenai hal itu hingga beliau wafat."

Terjadi keheningan selagi mereka berdua mengamati lukisan tersebut. "Beliau terlihat persis sepertimu," kata Waverly pelan.

"Orang-orang juga bilang begitu," jawab Sawyer dengan senyum tipis. "Kuharap aku bisa mewariskan peninggalan hebat sepertinya."

"Apakah itu nama belakangmu?" Waverly menunjuk pada papan nama di dasar bingkai: Kane Einar.

Sawyer mengangguk. "Itu berasal dari bahasa Skandinavia. Artinya adalah 'pejuang yang gagah berani'."

Waverly menatap Sawyer yang kekagumannya terlihat jelas ketika pria itu mengamati lukisan kakeknya. Waverly bergerak ke lukisan di sebelahnya. "Dan yang ini?"

Sawyer mengikuti suaranya dan matanya menjadi fokus ketika dia mendekati lukisan tersebut. "Ayahku."

Waverly mengamati dan melihat sepintas ketidakberdayaan memenuhi wajah pria tersebut. Waverly menantinya untuk lanjut, tetapi dia tidak mengatakan apa pun. Mereka berdiri diam selagi mata pria itu mengamati lukisan tersebut. Kemudian, mendadak pria itu bergerak dan mulai melangkah. "Ke sini."

Waverly mengikutinya dari belakang, menyadari bahwa dia baru saja mengusik hal yang salah. Namun, rasanya seolah tiap kali dia nyaris mendekati kebenarannya, dia akan kembali terdorong mundur.

Mereka menuruni sebuah tangga yang terdiri dari tiga bagian menuju sebuah ruangan yang lebih pendek, yang terdiri dari beberapa rak buku setinggi langit-langit serta berbagai kursi berlengan kecil dan sofa pasangan. Sebuah perapian terletak di tengah untuk menghangatkan seluruh ruangan.

Sawyer membimbingnya memasuki sebuah pintu ganda menuju sebuah ruangan ketiga yang memiliki sebuah meja baja besar di depannya. Meja tersebut dipenuhi perlengkapan kantor dan dindingnya didekorasi oleh rak-rak yang terdiri dari foto-foto terbaru Sawyer, Christopher, dan beberapa orang yang tidak Waverly kenali.

"Wow," kata Waverly sambil mendekati sebuah jendela raksasa yang terletak di balik meja yang menampilkan seluruh pemandangan desa. "Ini ... sungguh luar biasa."

Sawyer mendekat dan berdiri di sampingnya. "Pemandangan ini mengingatkanku pada betapa pentingnya posisiku," katanya tanpa melepaskan pandangannya dari pemandangan di bawah.

Waverly mengalihkan pandangannya ke arah pria itu. Dia berdiri dengan satu tangan di dalam sakunya dan bayangannya memantul di jendela kaca ketika matahari senja mulai terbenam.

Pria itu kemudian bergerak mundur dan mulai menyingkirkan kertas-kertas di atas mejanya. "Saat makan malam tadi kau bilang kau tidak percaya aku sedang melindungi kawananku."

Mendengarnya membuat Waverly kembali memusatkan perhatian pada Sawyer. "Aku tidak pernah berkata begitu."

"Tetapi, kau memercayainya."

"Aku hanya memercayai pepatah kuno, 'kau tidak akan tahu sebelum mencobanya'."

Sawyer menelusuri setiap lembaran kertas sebelum berhenti pada satu kertas. "Yang ini," ujarnya. "Ini adalah pengumuman asli dari Sistem Penyatuan."

"Sistem Penyatuan?"

"Seperti itulah awalnya pengaturan ini disebut," kata Sawyer. "Ketika kutukan itu terjadi, aku berusaha menemukan pasangan di antara kawananku. Kemudian aku menciptakan Sistem Penyatuan, untuk mencari pasangan dari kawanan yang berbeda."

Dia meraih sebuah kertas dan menyerahkannya pada Waverly. Pada bagian atas dokumen tersebut, persis seperti surat yang diterima Kawanan Lycan nyaris seminggu yang lalu, terdapat simbol dari Kawanan Bayangan Merah. Di bawahnya terdapat penjelasan mengenai Pengorbanan yang menyebutkan jangka waktu tiga tahun.

"Pengorbanan seharusnya hanya berlangsung selama tiga tahun?" tanyanya tidak percaya. Dia menatap Sawyer yang mengangguk. "Tapi, seluruh kawanan sudah diwajibkan untuk mempersembahkan kandidat tiap empat tahun selama satu dekade ini ...."

"Aku sama sekali tidak pernah berniat begitu," Sawyer menjawab sambil mengambil kertas tersebut dari tangan Waverly. "Aku sudah mencoba menghentikannya, tetapi para kawanan itu tidak mau mendengarkanku. Mereka terus mengirimiku pasangan potensial."

Waverly menatapnya bingung. "Mengapa mereka melakukannya?"

Namun, rasa penasaran Waverly terhenti ketika pintu menuju kantor terbuka.

"Sawyer, kau harus membantuku."

Christopher memasuki ruangan dengan setumpuk kertas dan sebuah pena di tangannya. Dia meletakkan semuanya di atas meja di depan mereka dan mendongak ketika dia melihat Waverly berdiri di samping Sawyer dengan mengenakan gaun malamnya. Sebuah seringai muncul di wajahnya, menampilkan lesung di pipi kirinya dengan jelas. "Oh, bukankah kau terlihat begitu menawan. Kurasa, ini perubahan suasana yang bagus dari jaket bertudung dan celana olahraga."

Waverly tersenyum pada Christopher dan hendak menjawab sebelum Sawyer menyela.

"Apa ini?"

Christopher menunjuk kertas yang berisi dari berbagai nomor tiga digit. "Biaya pemeliharaan tanah. Aku sudah merencanakannya dengan teliti agar kita bisa melayani hampir segala permintaan, bahkan jika ..." dia mendongak menatap Sawyer yang memandangnya tajam. "Omong-omong ... aku tidak bisa memastikan pengeluaran untuk membantu perbaikan atap restoran Tillbury's di kawasan pertokoan."

Sawyer menatap lembaran kertas di hadapannya selagi Christopher melanjutkan.

"Kita bisa mengambilnya dari—"

Sawyer mengangkat tangan untuk menghentikannya. "Tidak, tidak, restoran Tillbury's sudah ada sejak zaman kakekku. Sini, biar kuperiksa."

Sawyer meraih pena dan mulai menulis di kertas; matanya terlihat fokus. Waverly mengamati selagi pria itu menjelaskan alurnya pada Christopher. Dia memicing menatap angka-angka tersebut, mengerutkan alis. Meski terlihat bingung, dia melakukan perhitungan angka seolah-olah itu merupakan kebiasaan untuknya.

Dia meletakkan pena. "Begitu."

Christopher mengamati dokumen dan seringai muncul di wajahnya. "Dan inilah sebabnya kau adalah seorang Alpha," katanya. "Benar-benar dewa."

Sawyer tertawa lepas; fitur wajahnya semakin terlihat jelas di setiap tarikan napasnya selagi dia meletakkan tangannya pada bahu Christopher. "Aku tidak akan menyebut—"

"Tidakkah kau lihat bagaimana caramu menanganinya?" kata Christopher dengan penuh semangat. Sawyer lanjut terkekeh; ini adalah tawa terbanyak yang pernah Waverly lihat darinya.

"Dengar," kata Christopher begitu nada suaranya mulai stabil. "Beberapa pegawai ingin mengadakan sebuah pertemuan malam ini, sekitar pukul delapan sebelum mereka pulang."

Sawyer mengangguk. "Bagaimana dengan kunjungan desa?"

"Semua sudah diselesaikan tadi siang."

Mendengarnya, Sawyer tersenyum. "Terima kasih, kawan."

Christopher mengangguk. "Apa pun untuk seorang dewa." Sawyer menggeleng dan menahan tawa. "Baiklah, aku akan membawa ini ke Ruby dan memulainya. Sekali lagi terima kasih, Sawyer," kata Christopher. Dia mengangguk hormat dan menyeringai pada Waverly sebelum menutup pintu kantor.

Mata Sawyer masih menatap kusen pintu beberapa saat setelah Christopher pergi.

"Siapa Ruby?" Waverly bertanya penasaran. Sawyer menatapnya, matanya masih berkilau karena percakapan sebelumnya.

"Oh, akuntan kami," jawabnya santai. "Dia yang mengatur semua keuangan untukku."

Waverly menyeringai. "Kau bisa mengatur semuanya sendiri dilihat dari caramu mengatasinya." Waverly mengibaskan tangan di atas meja tempat tadi tumpukan kertas yang Christopher bawa sebelumnya diletakkan.

"Matematika hanya sesuatu yang bisa kulakukan," jawabnya. "Bukan sesuatu yang kunikmati."

Waverly terkekeh dan ketika mendongak, dia melihat Sawyer sedang menatapnya. Ekspresinya penuh tekad.

"Bagaimana jika rencana ini tidak berhasil?" tanyanya, suaranya merendah.

Waverly menghela napas. "Aku tidak tahu—" katanya. "Tapi, kurasa, untuk kawananmu, ini patut dicoba."

Tatapan Sawyer tetap tertuju padanya, nyaris seperti sedang mempelajarinya. Dalam jarak dekat dan tertutup seperti ini, Waverly bisa menghirup aroma kesturi dari parfum pria itu menguar dari kerah bajunya yang tidak tertutup. Kalungnya menjuntai hingga ke tengah dadanya, memperjelas sedikit lekukan otot yang bisa Waverly lihat di baliknya.

Mata Sawyer bergerak dari matanya hingga pipi kemudian pada bibirnya. Tubuh pria itu bergeser mendekat dan pada setiap langkah yang pria itu ambil, bintik halus di sekitar batang hidungnya tampak semakin jelas. Tubuh Waverly bergetar selagi dia menutup mata dan merasakan hawa dari napas pria tersebut semakin memanas.

Kemudian, hawa hangat tersebut menghilang. Waverly membuka mata dan melihat Sawyer berdiri dekat rak dengan tangan terkepal. Dia menatap lantai dan wajahnya berkerut.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Waverly dengan tenang. Sawyer berdiri diam dan tidak mengatakan apa pun. "Sawyer?"

"Keluar."

"Apa?" kata Waverly, lubang dalam perutnya seolah kembali terbuka. "Aku—"

"Pergi," ulang pria itu. Suaranya dingin dan mengancam. Waverly menatapnya, dipenuhi kekagetan. Dialah yang membawanya ke tempat ini, menerima syarat-syaratnya, dan beberapa detik lalu, rasanya, hendak menciumnya, dan sekarang ...

Waverly menanti beberapa saat. Sawyer tetap berada di tempatnya, pandangan matanya terangkat untuk menatapnya. Tubuh pria itu terlihat tegang, tetapi pandangannya lemah. "Kumohon," katanya.

Waverly menggigit bibir bawahnya dan menyetujui permintaan tersebut. Dia pun mengangkat kaki dan berjalan menuju pintu. Ketika dia berbalik, Sawyer sudah duduk di kursi pada mejanya dengan punggung menghadapnya. Waverly menghela napas dan meninggalkan kantor, dengan meninggalkan suara pintu yang tertutup menggema di telinganya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 100: Penutup

    Waverly menatap tubuh Christopher yang sudah tak bergerak. Ini sudah berakhir - semuanya. Dia menoleh ke arah Sawyer, yang kini sudah kembali ke bentuk manusia, dan berdiri di dekat Christopher. Dia bernapas terengah-engah sambil memegangi luka di dadanya dengan tangan, sementara tangannya yang lain menutup mata Christopher, kemudian berbisik: "Sampai jumpa lagi."Kemudian, pria itu beranjak mundur dari tubuh tersebut dan menoleh ke arah kawanannya yang menyaksikan adegan itu terjadi. "Baiklah. Semua yang masih sanggup, mari bantu yang terluka untuk masuk ke rumah dan diobati. Kemudian, kita bisa memulainya dari sana."Seluruh kawanan mengangguk di saat bersamaan dan mulai membantu satu sama lain, satu persatu, membawa para individu yang terluka ke dalam ruangan. Waverly menyelipkan lengan di bawah lengan Sawyer dan menggunakan tubuhnya untuk menopang beban tubuh Sawyer, membantu pria itu berjalan kembali ke dalam rumah. Begitu ada di dalam, dia mendudukkan Sawyer ke atas kursi dan

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 99: Akhir dari Segala Akhir

    Waverly menyaksikan saat kawanan tersebut beranjak keluar menuju jalan berkerikil. Mengatakan suasananya menegangkan tidaklah cukup; suasana ini dipenuhi aura permusuhan. Waverly mengamati selagi satu per satu dari mereka bertransformasi dan melompat maju, memulai pertarungan untuk menyelamatkan hidup Sawyer.Samar-samar di latar belakang, Waverly bisa mendengar Christopher berseru kepada kawanannya untuk bersiap dan tak lama kemudian, suara geraman dan tubuh-tubuh dilontarkan ke bangunan rumah terdengar. Waverly menoleh ke kanan dan melihat Katia berada di sampingnya, menyeringai kepadanya dan kemudian menerjang keluar dari pintu, berubah bentuk seketika.Waverly mundur ke dalam rumah. Apa yang akan dia lakukan? Dia tidak bisa bertarung sebagai seorang manusia - dia akan mati. Tetapi, dia juga tidak bisa tinggal diam di sini. Sawyer membutuhkannya; Luna macam apa dia jika tidak melindung Alpha dan kawanannya saat mereka paling membutuhkannya? Dia menarik napas dalam dan memusatkan

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 98: Pertarungan Terakhir

    Waverly merasa seakan-akan bumi terkoyak di bawah kakinya. Pria itu ada di sana, dalam sosok nyata; celah pada giginya terlihat ketika dia menyeringai. "Waverly?" tanya Sawyer bingung. "Apa yang kau lakukan di sini?" Tatapannya mengarah pada luka di pipi dan jejak darah mengering di wajah Waverly, yang membuatnya segera menghampirinya untuk mengecek kondisinya. "Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?"Secara insting, pria itu segera meraba perut Waverly, tetapi Waverly menghentikan pria itu. "Aku baik-baik saja," jawab Waverly. Kemudian mengoreksi diri sendiri. "Kami baik-baik saja."Mata Sawyer membelalak, kemudian dia menatapnya seksama. "Kau - " Waverly mengangguk dan Sawyer memeluknya erat dengan wajah berbinar-binar. "Maaf aku melewatkan momen itu - tetapi, luka-lukamu ... ada apa?"Waverly melirik Christopher yang masih duduk tenang dengan seringai mencemooh. Ekspresi wajah Waverly menjadi kaku. "Aku bertemu dengan temannya.""Teman apa?" Christopher terkekeh, membuat S

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 97: Pengungkapan

    Waverly menutup mata begitu melihat Felicity membuka rahangnya, tetapi berkat ketajaman indranya, dia mampu mendengar semua hal yang terjadi saat Felicity menyelesaikan tugas tersebut. Ketika dia membuka mata kembali, Felicity telah kembali berubah menjadi bentuk manusianya, dan berdiri di atas tubuh sang siren.Tidak lama kemudian, sosok Mia pun berubah kembali dan di depan mereka, alih-alih sesosok siren, yang terbaring hanyalah seorang wanita bermata biru yang sudah tidak bergerak sama sekali. Felicity terpaku dan tangannya gemetar saat dia menatap tubuh tersebut; matanya membelalak dan darah menetes dari mulutnya. "Aku - aku tidak tahu apa yang harus dilakukan ... aku hanya ... bertindak sesuai insting.""Instingmu sangatlah tepat. Bagaimana kau tahu?""Aku - aku tidak tahu. Aku hanya pikir ... dia membuatku sangat kesal."Waverly terkekeh. Dia tidak salah; siren tersebut terlalu banyak bicara.Felicity mengalihkan pandangan pada Waverly dan menatapnya, tercengang. "No

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 96: Pertarungan yang Harus Diselesaikan

    Segalanya terjadi begitu cepat - semuanya tampak kabur ketika Waverly berlari maju, menyerang Mia dengan segala kemarahan dan agresi yang terpendam yang tidak hanya dia rasakan untuk dirinya saja, melainkan juga untuk Sawyer, Pietro, serta Darren. Mereka ada di balik semua ini: kebakaran Tillbury's, kematian Pietro ... Darren.Lengannya berayun di depannya selagi Waverly bergerak untuk memberikan pukulan. Dia tahu, ini tidak akan membunuh wanita itu, tetapi mungkin cukup untuk melukainya agar Waverly bisa mencuri sedikit waktu. Hanya saja, ketika dia berjarak beberapa inci dari targetnya, Mia bergerak ke samping, menyebabkan Waverly nyaris terjungkal."Ayolah, lebih realistis sedikit. Kau, 'kan, baru saja melahirkan. Kau benar-benar pikir kau bisa mengalahkanku sekarang?"Waverly menatapnya dengan tersengal-sengal. Waverly paham bahwa dia hanya punya kemungkinan kecil untuk berhasil, tetapi dia tetap harus mencoba. Bukan untuk dirinya sendiri, ini untuk Sawyer dan putranya. Dia m

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 95: Tamu Tak Diundang

    Waverly memeluk bayinya erat di dadanya, sementara bayi tersebut masih tertidur menikmati malam."Kau," katanya penuh keterkejutan. "Kau adalah - "Mia tertawa. "Kau masih mengira bahwa kau sedang berhalusinasi, ya? Yah, biarkan aku membocorkannya untukmu. Kejutan, Cintaku. Aku ada di sini, secara fisik dan nyata.""B-bagaimana ...? Tempat ini terpencil ... Sawyer bilang ...""Sawyer bilang, Sawyer bilang. Dengar, ya," kata Mia sambil berjalan menuju Waverly; hak sepatunya beradu dengan lantai. "Kita perlu melakukan percakapan antar perempuan. Ketergantungan semacam ini pada Sawyer sangat melelahkan. Kau harus menjadi mandiri dan berjuang untuk dirimu sendiri.""Itukah alasannya kau membunuh para pria yang kau sihir?" tanya Waverly, berusaha menunjukkan ketegasan untuk tampak dominan."Tepat sekali," tegas Mia dengan antusias, kemudian menunjuk ke arah Waverly. "Aku senang akhirnya kau mendengar tentangku.""Aku sudah cukup banyak mendengarnya," timpal Waverly sambil meme

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status