Beranda / Romansa / Kutukan Sang Alpha / Bab 9: Tentangmu

Share

Bab 9: Tentangmu

Penulis: Kianna Walpole
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:30:59
"Mustahil," Sawyer berkomentar sambil meraih sepotong ayam lagi. Seorang pelayan muncul dan mengisi gelas anggur mereka.

"Tapi, itu tidak mustahil," kata Waverly. "Kau hanya perlu menemukan pasanganmu."

Sawyer berdengus dan tawa kecil meluncur dari bibirnya. "Kau pikir aku tidak pernah mencoba?"

"Aku tidak pernah mengatakan kau tidak pernah mencoba," Waverly mulai menjelaskan. "Tetapi, kau tidak bisa benar-benar menguji sebuah ikatan dengan mengurung seseorang dalam sebuah ruangan."

Sawyer mengamati piringnya. Waverly melihat tangan pria itu bergetar sedikit sebelum dia lanjut makan.

"Kita harus mengujinya, Sawyer. Hanya itu satu-satunya cara agar kau bisa benar-benar menyelamatkan kawananmu."

Pria itu terhenti, pisau serta garpunya berkelontangan ketika terjatuh ke piring. Wajahnya mulai dipenuhi kejengkelan serta keputusasaan. "Lalu apa? Gagal lagi seperti sepuluh kali sebelumnya? Wanita yang jauh lebih baik darimu sudah pernah mencobanya."

Perkataan pria itu menghantam Waverly layaknya sebuah tombak es.

Ketika melihat Waverly tidak berbicara, Sawyer menatapnya, matanya seolah menantikan perlawanan. Waverly menarik napas untuk mendapatkan ketenangannya kembali dan menekan perasaan terhina luar biasa yang mulai menggelegak dalam dirinya.

"Tapi, mereka bukan aku," dia berkata tegas. Waverly menatap balik Sawyer yang ekspresinya kini berubah dari tidak puas menjadi tertarik. Jelas sekali dia tidak menyangka Waverly akan membalas begitu cepat.

Pria itu terus menatapnya. "Kau bersedia untuk tetap tinggal meski mengetahui apa yang akan terjadi padamu jika hal ini tidak berhasil?"

Waverly tidak menjawab dan hanya terdiam, Sawyer mengetahui jawabannya.

Dia mengangkat alis. "Menarik. Gila, tetapi menarik."

"Kau merasa ini gila?"

Sawyer menggeleng. "Aku hanya tidak paham mengapa seseorang mau mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan sebuah kawanan yang bahkan bukan kawanan mereka."

Waverly menyesap anggurnya. "Dan aku hanya tidak paham mengapa seorang Alpha tidak ingin melakukan segala yang dia bisa untuk melindungi kawanannya. Jadi, kurasa kita impas."

Sebuah seringai. Waverly mulai dekat dengan apa yang dia cari. Sawyer mengamatinya dari atas hingga bawah dan Waverly bisa merasakan pipinya sedikit memanas.

"Kurasa begitu," jawab pria itu. "Kalau begitu, beritahu aku. Jika rencanamu ini berhasil dan kita semua hidup bahagia selamanya, apa yang akan kau lakukan?"

Waverly memiringkan kepala. "Apa maksudmu?"

"Persis seperti yang sudah kukatakan," ucap Sawyer, meletakkan siku pada meja dan menautkan jemari. "Kau akan terbebas, dan, yah ... hidup. Kau tidak punya rencana lain setelah Gerhana Bulan?"

Waverly mengalihkan tatapannya dari mata Sawyer ketika ia berusaha menyembunyikan rasa malunya. "Yah ... aku selalu ingin berpetualang ke seluruh penjuru negeri. Mungkin bahkan seluruh dunia, suatu hari nanti. Tetapi, itu tidak mungkin."

"Kenapa?" tanya Sawyer. "Aku sudah pernah mendengar orang-orang meninggalkan kawanan mereka untuk beberapa waktu yang lama, untuk mengeksplorasi tanah tersebut dan menemukan lokasi baru."

Waverly mengangguk, tetapi tetap menatap ke bawah. "Ya, tetapi mereka bukan putri dari seorang Alpha."

"Ah," kata Sawyer mulai paham. "Itu menjelaskan segalanya. Tidakkah kau memiliki saudara atau semacamnya?"

Sorot mata Waverly jadi menerawang ketika kenangan tentang Finn dan Isadore melintas dalam benaknya, dan sebuah senyuman muncul di bibirnya. "Seorang kakak laki-laki dan seorang adik perempuan. Sebenarnya adik perempuanku-lah yang seharusnya datang ke sini, tetapi aku menawarkan diri menggantikannya."

Sawyer memusatkan perhatian pada Waverly. "Adikmu adalah kandidatnya?" tanyanya sedikit bingung. "Kalau begitu mengapa kau—"

"Tanggung jawab," hanya itu satu-satunya jawaban Waverly. "Ayahku selalu menekankan pentingnya tanggung jawab pada kami dan aku mengetahui posisiku sebagai putrinya." ujar Waverly, suaranya seperti sedang melamun. "Aku selalu ingin menjalani impianku dan menikmati hidup seperti yang kuinginkan, tetapi pada saat itu, ketika kudengar nama adikku disebut ... sesuatu terjadi begitu saja dan rasanya aku tidak bisa menghentikan diri sendiri. Aku tahu hal yang harus kulakukan."

Tatapan Waverly terpaku pada mata Sawyer dan untuk sesaat, sepertinya dia melihat kilasan takjub di dalam sana. Mata Sawyer terlihat seolah-olah memahaminya ... Waverly menggeleng untuk menyingkirkan pemikiran-pemikiran itu, kemudian menarik napas.

"Bagaimana denganmu?" tanyanya berusaha mengubah topik. "Kau begitu penggerutu dan misterius ... apa masalahmu?" nada suaranya penuh candaan, tetapi Sawyer jadi menurunkan tatapan matanya dan kembali pada makanan penutup yang kini sudah ada di piringnya.

"Tidak ada yang perlu diketahui," ujarnya.

"Tidak ada saudara? Atau mungkin sepupu?"

Sawyer menusuk makanannya dengan garpu, mengabaikan pertanyaan Waverly. Tangannya satu lagi yang menjuntai lemas pada lengan kursi kini menegang.

Senyuman Waverly memudar. "Sawyer?"

Pria itu segera menatapnya lagi. "Dengar, aku sudah bilang tidak ada yang perlu dibahas, paham?"

Waverly melesak kembali pada kursinya. Dia bisa merasakan secercah kebahagiaan yang baru saja dia rasakan kini kembali hancur dalam dirinya. Bagaimana dia bisa masuk dan mempertimbangkan kecocokan mereka jika pria ini tidak menunjukkan hal yang dia sembunyikan padanya?

Seolah bisa membaca pikirannya, Sawyer mendadak berdiri dari meja dan menghela napas. "Ikut aku, aku ingin menunjukkanmu sesuatu."

Waverly menjadi waspada. "Ke mana?"

Samar-samar, Sawyer memutar mata jengkel. "Apa kau selalu butuh jawaban untuk segala hal?"

"Tidak, tetapi—"

"Bagus, kalau begitu ayo pergi."

Pria itu hendak beranjak keluar dari ruang makan ketika Waverly berdiri dan menghentikannya. "Dengan satu syarat," katanya.

Dia menyadari mata Sawyer menurunkan pandangan dari matanya dan menelusuri tubuh Waverly. Rasanya sepasang mata itu sedang mengamati setiap bagian dari pakaiannya sebelum kembali bertatapan dengannya.

Waverly melingkarkan tangannya di sekitar pinggang. Tidak ada yang pernah membuatnya merasa begitu ... terekspos. Wajahnya merona, tetapi dia berdehem dan berdiri tegak, berusaha menyembunyikan perasaannya. "Aku ingin punya lebih banyak barang dalam ruangan. Jika aku tidak boleh keluar atau setidaknya meninggalkan rumah ini, aku ingin punya sesuatu untuk dilakukan. Mungkin beberapa buku, sebuah cermin sungguhan, dan tempat duduk."

Dia menanti selagi pria itu terlihat mempertimbangkan saran tersebut. Waverly mempertahankan ketenangannya, mempersiapkan diri untuk hal terburuk. Akan tetapi, yang dia terima hanya anggukan. "Baiklah."

Waverly menatapnya terkejut. "Sungguh?" tanyanya.

Sawyer menunduk dan memicingkan matanya. "Kau meragukannya?"

"Tidak, aku hanya—tidak menyangka akan ... semudah ini."

"Kau tidak memercayaiku?"

Waverly mengangkat bahu. "Sulit untuk memercayai orang yang tidak kau kenal."

Sawyer terkekeh pelan sambil memutar cincin-cincin di tangannya. Waverly memainkan jemarinya, berusaha mengendalikan diri meski perasaan berbunga-bunga mulai timbul dalam dirinya. Mereka berdua sama-sama paham yang Waverly katakan itu benar, tetapi bukannya mengakui bahwa Waverly benar, Sawyer hanya berbalik dan meninggalkan ruang makan, memberikan Waverly jeda untuk bernapas sebelum mengikutinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 100: Penutup

    Waverly menatap tubuh Christopher yang sudah tak bergerak. Ini sudah berakhir - semuanya. Dia menoleh ke arah Sawyer, yang kini sudah kembali ke bentuk manusia, dan berdiri di dekat Christopher. Dia bernapas terengah-engah sambil memegangi luka di dadanya dengan tangan, sementara tangannya yang lain menutup mata Christopher, kemudian berbisik: "Sampai jumpa lagi."Kemudian, pria itu beranjak mundur dari tubuh tersebut dan menoleh ke arah kawanannya yang menyaksikan adegan itu terjadi. "Baiklah. Semua yang masih sanggup, mari bantu yang terluka untuk masuk ke rumah dan diobati. Kemudian, kita bisa memulainya dari sana."Seluruh kawanan mengangguk di saat bersamaan dan mulai membantu satu sama lain, satu persatu, membawa para individu yang terluka ke dalam ruangan. Waverly menyelipkan lengan di bawah lengan Sawyer dan menggunakan tubuhnya untuk menopang beban tubuh Sawyer, membantu pria itu berjalan kembali ke dalam rumah. Begitu ada di dalam, dia mendudukkan Sawyer ke atas kursi dan

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 99: Akhir dari Segala Akhir

    Waverly menyaksikan saat kawanan tersebut beranjak keluar menuju jalan berkerikil. Mengatakan suasananya menegangkan tidaklah cukup; suasana ini dipenuhi aura permusuhan. Waverly mengamati selagi satu per satu dari mereka bertransformasi dan melompat maju, memulai pertarungan untuk menyelamatkan hidup Sawyer.Samar-samar di latar belakang, Waverly bisa mendengar Christopher berseru kepada kawanannya untuk bersiap dan tak lama kemudian, suara geraman dan tubuh-tubuh dilontarkan ke bangunan rumah terdengar. Waverly menoleh ke kanan dan melihat Katia berada di sampingnya, menyeringai kepadanya dan kemudian menerjang keluar dari pintu, berubah bentuk seketika.Waverly mundur ke dalam rumah. Apa yang akan dia lakukan? Dia tidak bisa bertarung sebagai seorang manusia - dia akan mati. Tetapi, dia juga tidak bisa tinggal diam di sini. Sawyer membutuhkannya; Luna macam apa dia jika tidak melindung Alpha dan kawanannya saat mereka paling membutuhkannya? Dia menarik napas dalam dan memusatkan

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 98: Pertarungan Terakhir

    Waverly merasa seakan-akan bumi terkoyak di bawah kakinya. Pria itu ada di sana, dalam sosok nyata; celah pada giginya terlihat ketika dia menyeringai. "Waverly?" tanya Sawyer bingung. "Apa yang kau lakukan di sini?" Tatapannya mengarah pada luka di pipi dan jejak darah mengering di wajah Waverly, yang membuatnya segera menghampirinya untuk mengecek kondisinya. "Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?"Secara insting, pria itu segera meraba perut Waverly, tetapi Waverly menghentikan pria itu. "Aku baik-baik saja," jawab Waverly. Kemudian mengoreksi diri sendiri. "Kami baik-baik saja."Mata Sawyer membelalak, kemudian dia menatapnya seksama. "Kau - " Waverly mengangguk dan Sawyer memeluknya erat dengan wajah berbinar-binar. "Maaf aku melewatkan momen itu - tetapi, luka-lukamu ... ada apa?"Waverly melirik Christopher yang masih duduk tenang dengan seringai mencemooh. Ekspresi wajah Waverly menjadi kaku. "Aku bertemu dengan temannya.""Teman apa?" Christopher terkekeh, membuat S

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 97: Pengungkapan

    Waverly menutup mata begitu melihat Felicity membuka rahangnya, tetapi berkat ketajaman indranya, dia mampu mendengar semua hal yang terjadi saat Felicity menyelesaikan tugas tersebut. Ketika dia membuka mata kembali, Felicity telah kembali berubah menjadi bentuk manusianya, dan berdiri di atas tubuh sang siren.Tidak lama kemudian, sosok Mia pun berubah kembali dan di depan mereka, alih-alih sesosok siren, yang terbaring hanyalah seorang wanita bermata biru yang sudah tidak bergerak sama sekali. Felicity terpaku dan tangannya gemetar saat dia menatap tubuh tersebut; matanya membelalak dan darah menetes dari mulutnya. "Aku - aku tidak tahu apa yang harus dilakukan ... aku hanya ... bertindak sesuai insting.""Instingmu sangatlah tepat. Bagaimana kau tahu?""Aku - aku tidak tahu. Aku hanya pikir ... dia membuatku sangat kesal."Waverly terkekeh. Dia tidak salah; siren tersebut terlalu banyak bicara.Felicity mengalihkan pandangan pada Waverly dan menatapnya, tercengang. "No

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 96: Pertarungan yang Harus Diselesaikan

    Segalanya terjadi begitu cepat - semuanya tampak kabur ketika Waverly berlari maju, menyerang Mia dengan segala kemarahan dan agresi yang terpendam yang tidak hanya dia rasakan untuk dirinya saja, melainkan juga untuk Sawyer, Pietro, serta Darren. Mereka ada di balik semua ini: kebakaran Tillbury's, kematian Pietro ... Darren.Lengannya berayun di depannya selagi Waverly bergerak untuk memberikan pukulan. Dia tahu, ini tidak akan membunuh wanita itu, tetapi mungkin cukup untuk melukainya agar Waverly bisa mencuri sedikit waktu. Hanya saja, ketika dia berjarak beberapa inci dari targetnya, Mia bergerak ke samping, menyebabkan Waverly nyaris terjungkal."Ayolah, lebih realistis sedikit. Kau, 'kan, baru saja melahirkan. Kau benar-benar pikir kau bisa mengalahkanku sekarang?"Waverly menatapnya dengan tersengal-sengal. Waverly paham bahwa dia hanya punya kemungkinan kecil untuk berhasil, tetapi dia tetap harus mencoba. Bukan untuk dirinya sendiri, ini untuk Sawyer dan putranya. Dia m

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 95: Tamu Tak Diundang

    Waverly memeluk bayinya erat di dadanya, sementara bayi tersebut masih tertidur menikmati malam."Kau," katanya penuh keterkejutan. "Kau adalah - "Mia tertawa. "Kau masih mengira bahwa kau sedang berhalusinasi, ya? Yah, biarkan aku membocorkannya untukmu. Kejutan, Cintaku. Aku ada di sini, secara fisik dan nyata.""B-bagaimana ...? Tempat ini terpencil ... Sawyer bilang ...""Sawyer bilang, Sawyer bilang. Dengar, ya," kata Mia sambil berjalan menuju Waverly; hak sepatunya beradu dengan lantai. "Kita perlu melakukan percakapan antar perempuan. Ketergantungan semacam ini pada Sawyer sangat melelahkan. Kau harus menjadi mandiri dan berjuang untuk dirimu sendiri.""Itukah alasannya kau membunuh para pria yang kau sihir?" tanya Waverly, berusaha menunjukkan ketegasan untuk tampak dominan."Tepat sekali," tegas Mia dengan antusias, kemudian menunjuk ke arah Waverly. "Aku senang akhirnya kau mendengar tentangku.""Aku sudah cukup banyak mendengarnya," timpal Waverly sambil meme

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status