Home / Romansa / Kutukan Sang Alpha / Bab 5: Bisikan

Share

Bab 5: Bisikan

Author: Kianna Walpole
last update Last Updated: 2025-05-31 15:30:59
Waverly duduk di kamar kosong tersebut dan menatap keluar ke arah kota yang ramai di bawahnya. Baik serigala maupun manusia sama-sama menjalani hari mereka; seorang pria yang pendek namun rapi duduk di atas mesin pemotong rumputnya dan mulai memangkas rumput di halamannya yang telah agak tinggi, sementara di beberapa rumah setelahnya, seorang wanita memanggil anak-anaknya yang tengah berkejaran menyusuri jalanan dalam wujud serigala.

Dua hari telah berlalu sejak kedatangannya di Pegunungan Trinity dan dia belum menemui siapa pun selain orang-orang yang kerap kali masuk untuk membersihkan kamar dan membawakannya makanan. Berbagai pertanyaan mulai memenuhi pikirannya: bagaimana pria itu berharap untuk mengetahui apakah mereka pasangan jika dia tidak pernah membiarkan Waverly keluar? Mungkin justru itulah intinya; mungkin dia memang tidak ingin menguji ikatan mereka.

Dia tetap bergeming dan menatap keluar jendela, ketika suara pintu diklik terbuka untuk pertama kalinya hari itu.

Ketika Waverly menatap desa di bawahnya, seseorang dengan pakaian serba hitam dan bercelemek, yang Waverly tahu adalah seorang pelayan, masuk. Tiupan udara di belakangnya menciptakan angin sepoi-sepoi yang mengingatkan Waverly akan alam terbuka. Dia membiarkan perasaan itu menguasai dirinya, sementara suara samar bantal yang ditepuk-tepuk memberitahunya bahwa pelayan itu telah menyelesaikan tugasnya.

"Ada lagi yang bisa saya lakukan untuk Anda sebelum sarapan, Nona?"

Tatapan Waverly tetap menghadap depan. "Ya ..." dia membalas tanpa menghadap wanita di belakangnya itu. "Aku ingin pergi keluar."

Pelayan itu meletakkan tangannya pada ikatan di celemeknya. "Saya ..." jawabnya ragu-ragu. "Saya tidak bisa mengabulkan itu."

Waverly berbalik di tempatnya dan menatap wanita itu, yang sedang memandangnya.

"Siapa namamu?" tanyanya pada si pelayan.

Wanita itu melepaskan pegangannya pada celemek dan merapikannya. "Aku tidak boleh memberitahukannya pada para nona di rumah ini."

"Para nona?" tanya Waverly. Dia memutar badan sepenuhnya hingga ia benar-benar menghadap lawan bicaranya.

"Para wanita yang datang kesini setiap tahunnya. Mereka––" wanita itu segera menghentikan diri.

Waverly menegakkan tubuhnya, tertarik dengan percakapan mereka. Ini adalah interaksi nyata pertama yang ia alami dalam waktu yang telah terasa seperti selamanya.

Namun wanita itu hanya berjalan menghampiri meja, meletakkan surat lain. Waverly menyaksikannya kembali ke tempat ia berdiri sebelumnya.

"Ada hal lain yang bisa saya lakukan untuk Anda?" ulangnya lagi. Raut Waverly kembali kecewa dan ia terduduk lesu.

"Tidak ada. Terima kasih."

Pelayan itu menunduk sedikit pada Waverly dan keluar melalui pintu, lalu menguncinya. Waverly mendesah dan kembali memperhatikan pemandangan di luar griya. Pikirannya melayang ke dua hari sebelumnya; dia punya banyak sekali pertanyaan yang belum terjawab, tapi tidak ada yang mau memberikannya jawaban. Responnya selalu sama: aku tidak dapat memberitahumu.

Awan-awan bergerak cepat melintasi langit biru, menandakan badai akan datang besok atau lusa. Waverly mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan dan mendapati surat itu tergeletak di atas meja dari sudut matanya. Apa isinya kali ini? Catatan lain yang mengatakan padanya "semoga betah" atau malah lebih buruk dari itu?

Dia berdiri dan melangkah berhati-hati menghampiri meja, rasa takut pada hal yang tidak diketahui menjalar di sekujur tubuhnya. Tangannya meraih surat tersebut, namun berhenti ketika ia mendengar suara teredam yang datang dari lorong di balik pintunya.

Waverly melangkah dengan cepat dan berjinjit menuju pintu, menempelkan telinganya di tengah-tengah. Dari kaca patri yang buram, dia dapat samar-samar melihat titik-titik warna yang berasal dari pakaian mereka ketika mereka hampir sampai di depan kamar.

"Apa kau ingat untuk meletakkan suratnya?" suara seorang perempuan bertanya. Dia terdengar muda, mungkin seumuran Waverly, bisa jadi lebih tua.

"Di atas meja," jawab suara kedua. Waverly langsung tahu itu adalah pelayan yang baru saja meninggalkannya tadi. Terdapat jeda sejenak sebelum ia berbicara lagi. "Kali ini dia menanyakan namaku."

"Lalu apa kau memberitahunya?"

"Tidak," wanita kedua menjawab. "Tapi aku ingin. Dia beda dari yang lainnya. Dia orang yang jeli... dan pasti akan tahu."

Waverly menekan telinganya lebih keras di kaca. Dia mendengar seseorang menyuruhnya diam dari balik pintu.

"Yah, dia jelas akan tahu kalau dia mendengarmu!" ujar wanita pertama, suaranya berupa bisikan keras.

Mereka berhenti berbicara, dan sejenak yang Waverly dengar hanyalah gelas-gelas berdenting ketika mereka meletakkannya di sesuatu yang terlihat seperti bayangan kereta dorong.

"Sang Alpha ..." wanita kedua berkata, suaranya lebih rendah dari sebelumnya. "Menurutmu yang ini akan berhasil?"

Helaan napas terdengar dari lorong. "Ini sudah 10 tahun, Felicity. Aku tidak yakin apakah ada yang masih bisa menjawabnya ... "

Denting lain menyela percakapan mereka.

"Tapi dia masih punya waktu," perempuan itu, yang kini Waverly ketahui bernama Felicity, menyatakan. "Gerhana Bulan masih sebulan lagi. Masih banyak waktu baginya untuk mematahkan kutukan."

Sesaat, Waverly berhenti bernapas. Kutukan? Para penyihir memang ada sama seperti manusia serigala, dan seringkali bersembunyi di depan mata, namun tak ada seorangpun yang Waverly ataupun keluarganya kenal pernah bertemu mereka. Mereka adalah dongeng, sebagaimana manusia serigala bagi manusia.

Tiba-tiba, suara mesin yang dinyalakan memecah keheningan dan membuat Waverly kehilangan pijakan.

"Kau dengar itu?" Orang pertama bereaksi. Waverly menahan dirinya agar tetap stabil sementara lorong berubah senyap. Napasnya terengah-engah selagi dia berusaha untuk tetap tidak terdeteksi.

Felicity memecahkan kesunyian. "Suaranya terdengar seperti berasal dari luar. Kita harus segera pergi. Chris sedang menanti kita di atas."

Setelah mereka pergi, Waverly terduduk di lantai, mencerna informasi yang telah ia dengar. Sang Serigala Merah terkena kutukan? Hal buruk apa yang telah terjadi sehingga pria itu harus membayarnya seperti ini? Semakin lama ia tinggal di ruangan ini, semakin banyak pertanyaan yang menggelayuti pikirannya dan tidak ada yang mau memberinya jawaban yang jelas.

Merasa lelah, Waverly berdiri dan melihat surat itu masih berada di atas meja. Dia menghampirinya, berdoa surat itu akan mengandung sedikit jawaban. Dia mengambilnya lalu membalik secarik kertas itu dan tidak menemukan jawaban apapun, hanya sebuah kata singkat:

Besok. CW.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 100: Penutup

    Waverly menatap tubuh Christopher yang sudah tak bergerak. Ini sudah berakhir - semuanya. Dia menoleh ke arah Sawyer, yang kini sudah kembali ke bentuk manusia, dan berdiri di dekat Christopher. Dia bernapas terengah-engah sambil memegangi luka di dadanya dengan tangan, sementara tangannya yang lain menutup mata Christopher, kemudian berbisik: "Sampai jumpa lagi."Kemudian, pria itu beranjak mundur dari tubuh tersebut dan menoleh ke arah kawanannya yang menyaksikan adegan itu terjadi. "Baiklah. Semua yang masih sanggup, mari bantu yang terluka untuk masuk ke rumah dan diobati. Kemudian, kita bisa memulainya dari sana."Seluruh kawanan mengangguk di saat bersamaan dan mulai membantu satu sama lain, satu persatu, membawa para individu yang terluka ke dalam ruangan. Waverly menyelipkan lengan di bawah lengan Sawyer dan menggunakan tubuhnya untuk menopang beban tubuh Sawyer, membantu pria itu berjalan kembali ke dalam rumah. Begitu ada di dalam, dia mendudukkan Sawyer ke atas kursi dan

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 99: Akhir dari Segala Akhir

    Waverly menyaksikan saat kawanan tersebut beranjak keluar menuju jalan berkerikil. Mengatakan suasananya menegangkan tidaklah cukup; suasana ini dipenuhi aura permusuhan. Waverly mengamati selagi satu per satu dari mereka bertransformasi dan melompat maju, memulai pertarungan untuk menyelamatkan hidup Sawyer.Samar-samar di latar belakang, Waverly bisa mendengar Christopher berseru kepada kawanannya untuk bersiap dan tak lama kemudian, suara geraman dan tubuh-tubuh dilontarkan ke bangunan rumah terdengar. Waverly menoleh ke kanan dan melihat Katia berada di sampingnya, menyeringai kepadanya dan kemudian menerjang keluar dari pintu, berubah bentuk seketika.Waverly mundur ke dalam rumah. Apa yang akan dia lakukan? Dia tidak bisa bertarung sebagai seorang manusia - dia akan mati. Tetapi, dia juga tidak bisa tinggal diam di sini. Sawyer membutuhkannya; Luna macam apa dia jika tidak melindung Alpha dan kawanannya saat mereka paling membutuhkannya? Dia menarik napas dalam dan memusatkan

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 98: Pertarungan Terakhir

    Waverly merasa seakan-akan bumi terkoyak di bawah kakinya. Pria itu ada di sana, dalam sosok nyata; celah pada giginya terlihat ketika dia menyeringai. "Waverly?" tanya Sawyer bingung. "Apa yang kau lakukan di sini?" Tatapannya mengarah pada luka di pipi dan jejak darah mengering di wajah Waverly, yang membuatnya segera menghampirinya untuk mengecek kondisinya. "Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?"Secara insting, pria itu segera meraba perut Waverly, tetapi Waverly menghentikan pria itu. "Aku baik-baik saja," jawab Waverly. Kemudian mengoreksi diri sendiri. "Kami baik-baik saja."Mata Sawyer membelalak, kemudian dia menatapnya seksama. "Kau - " Waverly mengangguk dan Sawyer memeluknya erat dengan wajah berbinar-binar. "Maaf aku melewatkan momen itu - tetapi, luka-lukamu ... ada apa?"Waverly melirik Christopher yang masih duduk tenang dengan seringai mencemooh. Ekspresi wajah Waverly menjadi kaku. "Aku bertemu dengan temannya.""Teman apa?" Christopher terkekeh, membuat S

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 97: Pengungkapan

    Waverly menutup mata begitu melihat Felicity membuka rahangnya, tetapi berkat ketajaman indranya, dia mampu mendengar semua hal yang terjadi saat Felicity menyelesaikan tugas tersebut. Ketika dia membuka mata kembali, Felicity telah kembali berubah menjadi bentuk manusianya, dan berdiri di atas tubuh sang siren.Tidak lama kemudian, sosok Mia pun berubah kembali dan di depan mereka, alih-alih sesosok siren, yang terbaring hanyalah seorang wanita bermata biru yang sudah tidak bergerak sama sekali. Felicity terpaku dan tangannya gemetar saat dia menatap tubuh tersebut; matanya membelalak dan darah menetes dari mulutnya. "Aku - aku tidak tahu apa yang harus dilakukan ... aku hanya ... bertindak sesuai insting.""Instingmu sangatlah tepat. Bagaimana kau tahu?""Aku - aku tidak tahu. Aku hanya pikir ... dia membuatku sangat kesal."Waverly terkekeh. Dia tidak salah; siren tersebut terlalu banyak bicara.Felicity mengalihkan pandangan pada Waverly dan menatapnya, tercengang. "No

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 96: Pertarungan yang Harus Diselesaikan

    Segalanya terjadi begitu cepat - semuanya tampak kabur ketika Waverly berlari maju, menyerang Mia dengan segala kemarahan dan agresi yang terpendam yang tidak hanya dia rasakan untuk dirinya saja, melainkan juga untuk Sawyer, Pietro, serta Darren. Mereka ada di balik semua ini: kebakaran Tillbury's, kematian Pietro ... Darren.Lengannya berayun di depannya selagi Waverly bergerak untuk memberikan pukulan. Dia tahu, ini tidak akan membunuh wanita itu, tetapi mungkin cukup untuk melukainya agar Waverly bisa mencuri sedikit waktu. Hanya saja, ketika dia berjarak beberapa inci dari targetnya, Mia bergerak ke samping, menyebabkan Waverly nyaris terjungkal."Ayolah, lebih realistis sedikit. Kau, 'kan, baru saja melahirkan. Kau benar-benar pikir kau bisa mengalahkanku sekarang?"Waverly menatapnya dengan tersengal-sengal. Waverly paham bahwa dia hanya punya kemungkinan kecil untuk berhasil, tetapi dia tetap harus mencoba. Bukan untuk dirinya sendiri, ini untuk Sawyer dan putranya. Dia m

  • Kutukan Sang Alpha   Bab 95: Tamu Tak Diundang

    Waverly memeluk bayinya erat di dadanya, sementara bayi tersebut masih tertidur menikmati malam."Kau," katanya penuh keterkejutan. "Kau adalah - "Mia tertawa. "Kau masih mengira bahwa kau sedang berhalusinasi, ya? Yah, biarkan aku membocorkannya untukmu. Kejutan, Cintaku. Aku ada di sini, secara fisik dan nyata.""B-bagaimana ...? Tempat ini terpencil ... Sawyer bilang ...""Sawyer bilang, Sawyer bilang. Dengar, ya," kata Mia sambil berjalan menuju Waverly; hak sepatunya beradu dengan lantai. "Kita perlu melakukan percakapan antar perempuan. Ketergantungan semacam ini pada Sawyer sangat melelahkan. Kau harus menjadi mandiri dan berjuang untuk dirimu sendiri.""Itukah alasannya kau membunuh para pria yang kau sihir?" tanya Waverly, berusaha menunjukkan ketegasan untuk tampak dominan."Tepat sekali," tegas Mia dengan antusias, kemudian menunjuk ke arah Waverly. "Aku senang akhirnya kau mendengar tentangku.""Aku sudah cukup banyak mendengarnya," timpal Waverly sambil meme

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status