Share

Sakit

Raka membukakan pintu mobil untuk Kyra, lalu membantunya masuk, kemudian menutupkan pintunya. Ia berjalan memutari mobil dari bagian depan, lalu masuk ke belakang kemudi. Sambil menyalakan mesin mobil, Raka berkata, "Kamu nggak diapa-apain sama orang tadi, 'kan?" Matanya membulat besar saat ia menyadari penyebab keheningan Kyra yang aneh. "Kyra!"

"Ugh..." rintihnya. Ternyata, ia tengah meringkuk hingga dadanya menempel pada paha. "Argh... Uhuk! Uhuk!" Batuk kering itu terdengar menyakitkan.

"Ky-Kyra, apa yang sakit? Kasih tahu, Kyr. A-Atau, kita ke rumah sakit aja, ya?"

Kepala Kyra menggeleng. Ia menggerakkan tangan kanannya yang gemetaran itu. Raka seakan tahu bahwa Kyra membutuhkan pegangan, jadi ia langsung menangkap tangan Kyra yang kurus itu untuk menggenggamnya. Tangannya terasa basah, dingin, dan gemetaran. Jujur, Raka takut, sangat takut.

"Kyr, please... Aku harus apa?"

Lagi, Kyra menggeleng. Memang tak ada lagi rintihan yang keluar dari sana, tapi Raka tahu bahwa Kyra masih menahan rasa sakit yang dia rasakan, entah di mana, entah karena apa.

Raka tidak harus melakukan apa-apa, tapi ia tetap merasa takut. Namun, karena Kyra tampaknya bisa lebih tenang sejak ia menggenggam tangan Kyra dan membiarkan Kyra menyalurkan rasa sakitnya padanya, ia hanya bisa diam dan menunggu sampai Kyra bisa berbicara dan menjelaskan kondisinya padanya.

Bukan hanya takut karena ia tak tahu apa yang terjadi pada Kyra, tapi ia juga takut bahwa Kyra akan semakin rusak. Secara mental, ia tahu bahwa Kyra telah rusak akibat perlakuan kedua orang tuanya yang entah seperti aoa. Dan, jika kesehatan Kyra juga tidak bagus, itu artinya Kyra rusak luar-dalam. Ia takut akan merusak Kyra semakin parah dengan perjodohan ini nantinya.

"Huft!" Kyra menghela nafasnya kasar, seraya menarik tubuhnya perlahan-lahan untuk duduk tegak. Raka semakin cemas, karena wajah Kyra terlihat tidak baik. Wajahnya pucat sekali, bibirnya agak kebiruan, keringat bercucuran, dan ia terlihat seperti kesulitan bernafas.

"Kyra -"

Kepala Kyra langsung menoleh setelah ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran. Dengan bibir ungu itu, ia masih bisa tersenyum. "Sorry, Kak," ungkapnya. Suaranya rerdengar lirih. Mata itu menatapnya, tapi seperti akan kehilangan kesadarannya. "Capek. Aku capek. Aku tidur, ya?" Kelopak mata itu tertutup perlahan-lahan. Tak ada suara yang keluar dari bibir ungu itu.

Inginnya Raka melarang Kyra untuk tidur, tapi ia tak tega. Kyra sepergi sangat membutuhkan itu. Raka berpikir untuk menunggu Kyra bangun untuk mendapatkan penjelasan. Untuk saat ini, ia akan membiarkan Kyra beristirahat.

Sebelum Raka membawa mobilnya keluar dari parkiran, ia merendahkan sandaran kursi Kyra sampai hampir 180 derajat, lalu memasangkan sabuk pengaman untuk Kyra. Sampai sebelum ia menurunkan sandaran kursi Kyra, ia tak sadar bahwa Kyra masih menggenggam tangannya. Raka senang, entah bagaimana. Ia merasa sedikit berguna. Tapi, tentu saja, Raka masih mencemaskan Kyra. Ia tak tahu apa yang Kyra alami.

Drrt. Drrt.

Itu bukan ponselnya. Suara getaran itu datang dari dalam tas Kyra. Awalnya Raka ingin mengabaikan itu, tapi ia penasaran. Ia berpikir bahwa ia bisa mendapatkan informasi tentang Kyra. Ia pun mengambil tas Kyra dengan hati-hati, lalu mengelusrkan ponsel di dalam sana. Raka mengerutkan kening terkejut. Itu bukan orang tua Kyra, tapi seorang perempuan bernama Merlin dengan gelar 'dr.' di depan namanya. Ia enggan menjawab panggilan itu, tapi ia yakin akan mendapatkan jawaban lebih tepat jika berbicara dengan Dokter Merlin ini. Jadi, ia menjawab telepon itu tanpa mengucapkan salam.

"Hoi, Kyra! Lama banget, sih, jawabnya. Gue ada di depan unit lo. Lo udah pulang, 'kan?"

Raka bingung. Ia tak tahu harus menjawab apa.

"Kyra?" Dokter perempuan itu kembali bersuara. Suaranya terdengar serius dan cemas. "Kyr, jawab! Kyra, lo kenapa? Lo dimana? Jawab, Kyr!" Perempuan itu terdengar panik.

"So-Sorry -"

"Hah? Ini siapa?" tanya Dokter Merlin dengan waspada. "Kenapa hape Kyra ada di lo?"

"Ini Raka -"

"Hah? Raka? Oh! Calon tunangannya Kyra, ya?" Raka hanya berhaming menjawab pertanyaan itu. "Raka, mana Kyra?"

Raka bingung harus jawab apa. Mendengar Merlin ini panik karena tak mendengar jawaban Kyra saja sudah panik, apalagi kalau tahu kenapa bukan Kyra yang menjawab panggilan itu. "Itu... Kyra tadi kesakitan. Sekarang udah tidur, kayaknya udah cukup stabil," jawab Raka terbata.

"Sh*t," umpat Merlin, dan itu membuat Raka terkejut. "Dia pakai jam tangannya, nggak?"

Raka melongok ke atas tubuh Kyra, dan ia melihat Kyra memakai smartwatch di tangan kirinya. "Iya." Ia pun mengambil tangan itu perlahan, lalu menatap layar yang menyala karena pergerakan. Matanya tercengang melihat layar di sana menunjukkan angka 129. "H-Heart rate-nya 129. Ky-Kyra kenapa?"

Ia mendengar Merlin berdecak. "Kena serangan jantung," jawabnya.

"Hah?!"

Merlin menghela nafasnya. "Kayaknya, Kyra belum cerita apa-apa soal kelemahannya," gumam Merlin. "Gue tunggu di depan unitnya Kyra. Lo cepet bawa Kyra pulang. Nanti gue jelasin semuanya." Lalu, Merkin memutus panggilan itu sepihak sebelum mendengar tanggapan Raka.

Raka sempat tak percaya, bahkan ia sempat tak tahu harus melakukan apa. Tapi, ketika ia kembali melihat wajah Kyra yang super pucat itu, ia tahu apa yang harus ia lakukan. Ia harus segera membawa Kyra pulang ke unit apartemennya. Saat ini, hanya itu yang memang harus dia lakukan.

Secepatnya ia membawa mobilnya kelusr dari ITB menuju apartemen mereka. Raka tak mau menyetir ugal-ugalan, tapi ia ingin secepatnya sampai di apartemen dan mengistirahatkan Kyra dengan baik, lalu ia akan menuntut penjelasan dari Merlin tentang kondisi Kyra. Memikirkan Kyra membuat jantungnya berdebar-debar, membuat otaknya seperti kosong dan hampa karena terlalu memikirkan Kyra. Bahkan, ia sampai tak sadar bahwa ia ternyata sudah sampai di apartemen.

Raka menggendong Kyra di punggungnya. Ia bahkan tak menyangka bahwa Kyra tidak bangun sama sekali neski tubuhnya digerak-gerakkan. Guncangan yang terjadi karena Raka berlari sambil menggendong Kyra pun tetap tak membangunkan calon tunangannya itu. Namun, satu hal yang membuat Raka semakin cemas. Tubuh Kyra sangat ringan, ia seperti menggendong anak kecil berumur 10 tahun. Ia yakin, berat badan Kyra tak sampai 45 kilogram. Padahal, Kyra memiliki tubuh yang cukup tinggi. Tak tampak sangat kurus, mungkin karena Kyra pandai memilih baju yang sesuai untuk menutupi itu.

"Ayo, cepet!" seru Merlin yang berdiri di depan pintu unit apartemen Kyra. "Lo tahu password-nya, 'kan?"

Ya, Raka tahu. Kyra yang memberitahukannya. Setelah Merlin menaruh jari telunjuk Kyra pada alat pindai sidik jari pada smart lock itu, Raka memasukkan kombinasi enam angka. Terdengar kunci pintu terbuka, lalu Merlin yang membuka pintunya. Ia menyuruh Raka untuk masuk lebih dulu agar segera membaringkan Kyra di kasur.

Tak lama setelah Raka membaringkan Kyra, Merlin datang dengan tergesa-gesa. Ia membuat Raka menjauh dari kasur untuk memeriksa Kyra hanya dengan telapak tangan dan telinga yang ditempelkan di atas dada Kyra. Merlin pergi ke lemari pakaian, mengeluarkan sebuah tabung oksigen setinggi pinggang dewasa dan menaruhnya di samping kasur, kemudian mengurai selang nasal kanul, dan memasang nasal kanul di hidung Kyra. Nafas yang semula terlihat sesak, serga bibir yang semula terlihag begitu ungu, kini tampak lebih baik.

"Jadi, sebenernya Kyra kenapa?" tanya Raka.

Merlin membalikkan badan dan duduk di tepi kasur Kyra. Wajahnya tampak serius. "Karena lo calon suaminya Kyra, lo harus tahu ini. Gue nggak tahu kenapa dia belum kasih tahu lo, tapi kemungkinannya karena dia nggak mau lo batalin perjodohan kalian. Dia butuh lo supaya tujuannya tercapai. Lo tahu tujuannya, 'kan?"

Raka mengangguk. "Bebas."

Merlin mengangguk. "Kyra sakit dari lahir. Sakit jantung." Mata Raka terbelalak. "Jadi, jangan kasih tahu kelemahan Kyra ini ke orang tua lo. Kalau sampai perjodohan kalian batal karena ini, lo mungkin nggak akan bisa lihat Kyra lagi."

"Ma-Maksud Dokter apa?"

Merlin tampak sulit menjawab. "Gue nggak bisa ngebayangin apa yang bakal dilakuin Pratama dan Nirmala. Tapi, apapun itu, mungkin Kyra bakal bener-bener mengakhiri hidupnya."

"Hah?" Raka sudah kehabisan kata-kata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status