Share

Obsesi

"Kyra," panggil seorang perempuan. Kyra menoleh dan menghentikan pekerjaannya. Itu perempuan yang bisa dibilang cukup dekat dengannya semasa kuliah, namanya Jessica. "Tadi gue lihat lo naik mobilnya Kak Raka. Kok bisa? Biasanya lo nolak ajakan anak cowok, 'kan?"

Kyra mengerutkan keningnya bingung. Anak FSRD, terutama DKV, sangat kecil kemungkinan untuk mengenali mobil senior dari STEI. "Kamu kenal Kak Raka?" tanya Kyra, alih-alih menjawab pertanyaan Jess - begitu panggilannya.

Jess mengangguk. "Gue pacar sahabatnya Kak Raka, Kak Vino," jawab Jess. Lantas, ia duduk di depan Kyra. Saat ini, mereka ada di meja taman dan suasana cukup sepi. "Lo punya hubungan apa sama Kak Raka?" tanyanya penasaran.

Kyra tak melihat ada maksud lain, dan karena Jess mengaku pacar sahabatnya Raka, Kyra mempercayainya. Selama ia mengenal Jess pun perempuan itu bukan tipe yang bisa melakukan hal jahat padanya. "Pacaran," jawab Kyra sambil berbisik. Tangannya spontan menutupi mulut Jess saat ia melihat Jess seperti hendak berseru. "Sst. Jangan rame-rame dulu. 'Kan, malu." Kyra memasang senyum canggungnya.

Jess menarik tangan Kyra untuk melepaskannya. Ia tersenyum, menyengir lebih tepatnya. "Serius?" Ia ingin berseru, tapi ia menahannya. "Wah, gila, sih! Gue harus kasih tahu Kak Vin. Nggak nyangka, sumpah. Ternyata, Dewi Matahari jodoh sama Dewa Kegelapan. Sejak kapan?"

"Belum lama. Tiga hari, lah," jawab Kyra. Ia hanya bisa bersikap canggung. Bukan sandiwara, karena ia sungguh merasa aneh mengakui hal seperti ini. "Awal ketemunya waktu aku pulang lewat Ganesa, terus ditolong sama Kak Raka pas digangguin preman. Eh, ternyata, kami satu apartemen juga, jadi pulang bareng. Terus... Yah, gitu, deh." Kyra terkekeh-kekeh malu.

Jess menggeleng-geleng kagum. "Wah, sumpil, ya. Nggak nyangka. Lo yang selama ini nggak pernah mau deket sama cowok, tahu-tahu pacaran. Tapi, namanya juga jodoh, nggak disangka-sangka, sih." Ia menepuk pundak Kyra. "Congrats, ya. Tapi, kudu sabar. Dia orangya, 'kan, kikuk. Tapi, aslinya baik. Yah, lo udah tahu, lah."

Kyra tersenyum malu sambil menganggukkan kepala.

"Kyra."

Kali ini, laki-laki yang memanggilnya. Kalau dari suaranya, Kyra sepertinya tahu siapa. Karena, lelaki itu sudah cukup sering mendekatinya sejak dua semester belakangan. Senior yang satu tahun di atasnya, tapi harus mengulang di semester yang sama dengannya karena sempat cuti setahun. Dia Enricko, laki-laki yang terkenal paling obsesi terhadap perempuan dan pacar di FSRD, khususnya jurusan DKV. Semua perempuan takut padanya, kecuali Kyra.

"Gue lihat lo naik mobilnya cowok. Dia siapa?" Dia tampak marah, meski bicaranya tetap tenang.

Kyra melirik Jess di seberangnya. Perempuan itu tampak cemas, menundukkan kepala, dan terlihat seperti tak mau terlibat karena takut pada Ricko yang kerap bersikap kasar bahkan pada perempuan. "Pacarku, Kak," jawab Kyra ringan. "Kenapa emangnya, Kak?" tanyanya, pura-pura tak paham situasi.

"Siapa? Sejak kapan?" Ricko semakin terlihat marah.

Kyra tersenyum. "Ah, itu, rahasia dulu, deh." Ia terkekeh-kekeh malu sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Baru pacaran tiga hari, jadi malu kalau diumbar-umbar," ungkapnya polos.

Brak!

Tiba-tiba sana Ricko menendang kursi di samping Kyra dengan sangat kasar. Jess sampai terlonjak dan tubuhnya mulai gemetaran, sementara Kyra masih bisa bersikap dengan tenang. Dia tak tampak ketakutan atau terkejut, meski sebenarnya jantungnya mulai berdebar-debar keras. Ia merasakan perasaan terkejut yang tertahan bercampur dengan amarah. Ia paling benci orang yang bersikap kasar, terutama laki-laki. Itu mengingatkannya pada Pratama.

"Brengs*k!" seru Ricko. "Kenapa lo pacaran, hah? Bukannya lo ramah dan baik ke gue karena lo suka sama gue? Lo cuma mau mempermainkan gue, iya?!"

Kyra tak beranjak dari posisinya. Ia menatap Ricko dari bawah, tapi jelas tatapan itu adalah tatapan untuk merendahkan dan mengintimidasi lelaki bertubuh besar itu. Ricko mengubah ekspresinya seketika, bahkan sampai menarik mundur tubuhnya untuk sedikit menjauh. Ricko seperti hewan besar yang ketakutan pada hewan kecil berbisa.

"Jangan berkesimpulan sendiri cuma karena seseorang bersikap baik ke kamu, Kak," kata Kyra dengan tenang, bahkan ia tetap terlihat menyunggingkan senyum. "Kalau kayak gini, Kakak malu-maluin diri sendiri, loh. Aku tahu Kakak haus perhatian dan cinta, tapi kalau kelakuan Kakak kayak gini, siapa yang mau sama Kakak?"

Bibir Ricko bergetar. Kedua tangannya terkepal kuat di samping tubuhnya, seakan hendak meninju wajah Kyra. "Ja-Jadi -"

Kyra berdiri dan melangkah keluar dari belakang meja. Ia membuat Ricko semakin melangkah mundur menjauhinya. Ricko tampak ciut, dan semakin ia ketakutan, semakin besar kemungkinan Ricko akan benar-benar menghajarnya. Tapi, Kyra tidak takut. Ia sudah terbiasa dengan situasi seperti ini, dan ia yakin bisa melindungi diri sendiri.

"Iya, Kakak cuma menyimpulkan sendiri aja kalau aku suka Kakak cuma karena aku baik dan ramah ke Kakak. Aku baik dan ramah ke semua orang, loh. Masa, cuma Kakak doang yang mikir kalau aku suka sama Kakak? Kesannya, 'kan, aku jadi kayak cewek yang jahat kalau kayak gini. Nanti, pacarku bisa salah sangka," ungkap Kyra sambil tersenyum.

Saat itu, mendadak tempat mereka dikelilingi banyak orang. Kyra tahu ini akan menarik perhatian, dan ia tak masalah jika dinilai sebagai orang yang ternyata memiliki sifat kejam di balik senyum dan keramahan yang selama ini ia tunjukkan. Lagipula, inilah momen yang Kyra tunggu-tunggu. Ia harus menumpas Ricko di depan semua orang. Ia kira, ia masih harus menahan diri lebih lama, tapi ternyata itu tak perlu. Sejak perjodohan itu, banyak rencana yang sudah Kyra persiapkan, termasuk hal ini.

"Tsk!" Ricko menggeram. Kepalanya sedikit menunduk, dan kedua tangannya terkepal semakin kuat. "Lo... Lo sengaja, 'kan, kayak gini?"

"Hm? Nggak, dong. Yang nyamperin aku duluan, 'kan, Kakak. Jangan playing victim gitu," jawab Kyra. "Kakak tahu, nggak, kenapa Kakak dijauhin cewek-cewek? Kakak emangnya nggak tahu rumor tentang Kakak kayak gimana? Sikap Kakak yang terobsesi sama cewek yang kayak gini yang bikin orang-orang ngejauhin Kakak. Jadi, harus ada yang nyadarin Kakak. Ini demi kebaikan Kakak nantinya."

Ricko bungkam, tapi Kyra tahu bahwa Ricko sedang mengumpulkan amarahnya. Dan, gerakan kecil tangan Ricko yang Kyra waspadai sejak tadi pun terlihat. "Set*n!"

Grep!

Tangan Kyra sudah akan terangkat untuk menangkis serangan Ricko ketika sebuah tangan bergerak dari arah samping dan menghentikan tangan Ricko dengan tepat waktu. Kepalan besar tangan Ricko berhenti tepat di depan wajah Kyra, hanya berjarak 10 sentimeter saja. Kyra tak berkedip sedikit pun. Ia melirik ke arah tangan itu berasal, tangan yang menghentikan Ricko tepat waktu. Dan, matanya seketika terbelalak melihat Raka di sana. Ia memang duduk di sini untuk menunggu Raka menjemputnya agar mereka bisa pulang bersama seperti janji, tapi tak menyangka bahwa Raka datang tepat waktu di momen seperti ini.

"Brengs*k! Lepas!" Ricko berusaha melepaskan tangannya dari Raka, tapi cengkeraman tangan Raka cukup kuat. "Lo siapa, hah?! Jangan ikut campur! Lepas!"

"Lo mau apain pacar gue, hah?" kata Raka dingin.

Suasana yang semula hening dengan tegang, tiba-tiba ramai oleh suara orang-orang yang membicarakan ucapan Raka. Jelas, kata 'pacar gue' tertuju pada Kyra. Padahal, Kyra masih ingin merahasiakannya setidaknya untuk satu minggu pertama. Tapi, nasi sudah jadi bubur. Kyra hanya perlu melanjutkan apa yang sudah terjadi.

"Wah, Kak Raka dateng tepat waktu, ya," ungkap Kyra, tetap dengan nada riang.

Raka melempar tangan Ricko dan langsung bergerak ke hadapan Kyra. "Kamu nggak apa-apa, 'kan? Dia belum ngapa-ngapain kamu, 'kan?" Raka bahkan sampai menangkup wajah Kyra.

Kyra tersenyum sambil mengangguk. "Aman. Makasih, ya, Kak," ungkap Kyra. "Tapi, apa nggak apa-apa, nih, Kakak kayak gini? Dewa Kegelapan yang terkenal suram dan negatif itu, ternyata bisa menunjukkan sisi romantis kayak gini di depan banyak orang." Raka tersentak kaget dan ia langsung melihat ke sana-sini. Kyra tertawa geli.

"Tsk!" Raka melepaskan wajah Kyra, lalu tangan kanannya langsung menggandeng tangan kiri Kyra. "Ki-Kita pulang sekarang!" serunya. Jelas bahwa Raka sedang panik sekarang.

Kyra hanya bisa tertawa melihat tingkah Raka yang menggemaskan. Namun, dalam hati, Kyra merasa bersyukur Raka datang tepat waktu. Ia tak bisa membayangkan dirinya yang lepas kendali begitu Ricko menghajarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status