Seseorang melepas penutup mataku. Cahaya dari jendela besar di sebelah kananku membuat mataku mengernyit karena terbuka tiba - tiba. Aku sangat tidak sabar melihat mereka, walaupun aku yakin itu percuma. Aku tidak kenal siapapun di sini. Tapi aku ingin menatap mata mereka. Apa yang membuat mereka melakukan ini?
Mataku bertemu dengan mata paling biru yang pernah kulihat. Tatapan dinginnya seketika membuat dadaku sesak. Siapa dia?
“Halo Mira.”
Dia bahkan tau namaku?!
***
Orang itu sudah pergi. Dia tidak mengatakan apa - apa lagi selain ‘Halo Mira’. Aku sudah tidak dalam keadaan terikat lagi. Mereka meninggalkanku dalam sebuah kamar, yang walaupun terlihat sudah amat lama tidak ditempati dan kosong, masih
Richard’s Cedric kembali malam itu membawa hasil pemeriksaan ponsel Corrine. Aku dan beberapa pengawal istana yang bertugas di sini ikut dipanggil ke ruangan Pak Tua. Sejak dua hari yang lalu penjagaan di maison diperketat. Pak Tua juga syok karena mereka bisa menembus penjagaan Laurent di depan dengan sangat mulus. Laurent belum siuman. Kata dokter, kadar obat bius dalam darahnya terlalu banyak hingga membuatnya koma. Kami masih beruntung karena dia masih bisa diselamatkan mengingat usianya yang tak muda lagi, walau belum siuman. Telat sedikit, kami bisa kehilangan dia untuk selamanya. Dan saksi kasus ini akan semakin sedikit. Sore tadi petugas gambar forensik menemui Corrine dan Milgueta untuk membuat sketsa supir yang menyamar menjadi Gerlain. Mereka masih disana, meminta agar tidak diganggu agar konsentrasi M
Richard’sFootage CCTV yang dikirimkan Abe Villich pada kami sungguh tak terduga. Kami semua diam, berusaha mencerna plot twist yang terjadi di sini.Walaupun agak gelap, dan hanya menampilkan sedikit sudut balkon kamar Putra Mahkota, kesimpulan awal sudah bisa ditarik dari sini. Putra Mahkota tidak diculik. Dia pergi dengan sukarela dengan mobil yang menjemputnya.“Ratu sudah melihatnya?” Pak Tua bertanya. Rahangnya kaku dan suaranya amat tenang. Menandakan tensi yang berusaha dia tahan.“Belum. Saya menunjukkannya terlebih dulu pada anda.” Abe Villich menjawab sama datarnya. Raut wajahnya sama sekali tidak berubah. Tetap menyebalkan, seolah habis menginjak tahi ayam.Dia memang bukan oran
“Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku, Mira.”Orang yang mengaku Putra Mahkota tadi berkata begitu sebelum pergi meninggalkan kamar yang kutempati. Sudah. Dia hanya berkata seperti itu. Tanpa menjelaskan apa tepatnya yang harus kulakukan dan apakah aku mau melakukannya.Aku banyak berpikir sejak dia meninggalkan kamar yang kutempati ini. Kalau dia Putra Mahkotanya, berarti berita tentang penculikan Putra Mahkota adalah bohong?! Lalu? Apa dia sedang merencanakan skenario penculikan dirinya sendiri? Dia terlihat amat nyaman di sini. Seperti ini semua adalah daerah kekuasaannya. Baiklah, memang secara wilayah, daerah ini mungkin masih masuk dalam wilayak kerajaan. Maksudnku dia terlihat... Tidak cranky sepertiku, walaupun saat ada yg berkunjung aku selalu mencoba berpura - pura bahwa tidak ada yang aneh dengan situasiku di sini.
Richard’sWe found her!!Alive, tidak terluka, tapi tdak sadarkan diri.setelah beberapa hari merekonstruksi kegiatan putra mahkota dari sekretaris pribadinya, akhirnya kami menemukan beberapa ‘kejanggalan’ yang cocok yang bisa membawa titik terang.Dimulai dari properti baru Putra Mahkota yang berada di pinggiran kota. Lumayan mencurigakan karena pemerintah setempat beberapa kali mengajukan usulan untuk demolisasi dan selalu mendapat penolakan dari pihak istana. Tidak sulit mengetahui siapa yang menolak karena wilayah selatan ini memang diserahkan untuk menjadi wilayah otoritas Putra Mahkota.Setahun lalu, dia terang - terangan membeli beberapa properti di sana dan mulailah kompleks kumuh tersebut menjadi a
Aku terbangun di ruangan serba putih dengan tekstur empuk dan lembut. Seperti permen kapas. Bukan. Seperti kapas. Ruangan apa lagi ini? Apa ada orang yang repot-repot membuat ruangan seperti ini? Membersihkannya akan makan waktu, tenaga dan emosi. Tapi yang lebih mengherankanku, tubuhku. Tubuhku jauh terasa ringan dari sebelum-sebelumnya. Aku ingat aku merasakan sakit yang luar biasa sebelum pingsan tadi. Ah, maksudku kemarin. Bukan, sepertinya lusa. Argh! Persetan! Sejak Putra Mahkota menculikku, orientasi waktuku jadi benar-benar buruk!!! Okay, jadi, dimana ini? Dan kenapa tubuhku terasa sehat dan baik-baik saja? Tunggu! Aku…. Mati? Tapi kenapa tidak ada yang datang menemuiku? Seingatku sepasang malaikat akan menemuiku saat terbangun dari kubur dan…. “Karena kau be
Richard's Mira masih belum bangun juga. Pak tua sudah sempat berada di sini, dan sebelum dia bertemu dengan dokter dan mendengar langsung apa yang akan katakan tentang keadaan putrinya, Aku tidak punya pilihan lain selain berkata jujur pada Pak Tua. Kukira, setelah mendengar hal tersebut, dia akan histeris dan meradang marah hingga memakiku atau mungkin meraung sedih meratapi nasibnya yang seperti bermain - main dengan anak - anaknya, tapi yang kutakutkan sama sekali tidak terjadi. Dia menerima berita tersebut dengan amat tenang. Hal itu justru malah membuatku semakin tak enak karena sudah menyembunyikan fakta tersebut. Dia datang tak lama kemudian setelah aku sampai malam itu dengan menggendong Mira yang tak sadarkan diri. Dia datang bersama dengan Cedric. Berdiri diam di samping ranjang puterinya, menatao dengan pandangan mata yang tak mudah diartikan. He indeed loves her. Tidak peduli bagaimana Mira tumbuh, terlebih karena dia adalah anak dari perempuan yang amat
Aku memandangi langit - langit kamar rumah sakit. Belum genap setahun sejak aku datang ke sini, tapi sepertinya aku sering sekali menghabiskan waktu di tempat ini.Dokter sudah melepas respirator yang awalnya terpasang di mulutku. Dadaku sudah tidak sesak lagi, dan aku bernafas dengan normal. Aku lelah. Tubuhku seperti telah melakukan perjalanan panjang tapi aku tidak ingat apapun. Hal terakhir yang aku ingat adalah suara - suara dari balik pintu rumah itu. Apa si Putra Mahkota itu yang membawaku ke sini? Jadi akhirnya aku bebas?Mereka melakukan beberapa tes singkat padaku sebelum akhirnya keluar dan meninggalkanku sendiri. Tatapan matanya terlihat puas saat mengisi kuisioner di clipboard yang dibawanya. Jadi, bisa kusimpulkan kalau aku tidak terkena sesuatu yang serius."Mira."
“Aku belum… ehm, baiklah. Bonne nuit, Richard.” Aku tak menyelesaikan kalimatku saat sadar mungkin Richard tak ingin lebih lama di sini bersamaku. Bodohnya aku hahaha. Aku menggulingkan badanku menghadap ke samping memunggungi Richard. Aku tak ingin tertidur. Dari kemarin aku memohon pada dokter untuk diperbolehkan pulang. Aku sudah merasa pulih. Tidak se fit seperti sebelum - sebelumnya, tapi sudah merasa fit. Tapi tentu saja ide tersebut langsung ditolak oleh Daddy dan Granny. Meskipun selalu ditemani, karena tempatnya asing rasanya masih seperti sendirian. Apalagi, aku tak bisa kemana - mana, hanya bisa di atas tempat tidur saja dan itu mengingatkanku pada kamar di mana aku di sekap saat diculik. Aku tidak menyukainya. Aku ingin berada di tempat yang familiar, di kamarku, misalnya? Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak di malam hari. Sering terbangun tiba - tiba dengan perasaan cranky yang yak menyenangkan. Entahlah, rasanya seperti masih berada di ruangan itu. Pera