LOGIN“Kita tidur, yuk. Ngantuk,” ajak Bintang karena merasa sudah malam, dan waktu bercanda sudah habis.“Ayo, aku sudah merindukan bantal guling. Dan besok pagi aku ada rapat,” imbuh Galaxy mulai menguap.“Kalian tidur sana,” usir Langit.“Dih, bilang aja mau berduaan sama Melody,” ejek Galaxy memainkan bibirnya.“Kalau iya kenapa? Sirik?” jawab Langit langsung.“Sudahlah, ayo kita tidur,” ajak Awan menarik kedua saudara mereka masuk ke kamar. Bintang dan Galaxy menggerutu sepanjang perjalanan, sesekali mereka menoleh melihat Langit dan Melody untuk memastikan. Awan tampak senang melihat kebersamaan mereka, Melody memang pantas mendapatkan lelaki sebaik Langit.Melody berdiri di tepi kapal, menikmati pemandangan malam yang sangat jarang dia bisa nikmati. “Pakailah, supaya kamu tidak kedinginan,” kata Langit memakaikan jas yang dia pakai pada Melody.“Makasih,” jawabnya tersenyum.Langit berdiri di samping Melody, dan melakukan hal yang sama. Keduanya masih tampak diam, memilih
Alfred terkejut bukan main, tidak mungkin Melody akan menikah. “Kamu jangan bercanda.”“Saya serius, Mas. Calon suami mbak Melody sangat tampan, baik dan kaya,” jawab Roni bersemangat tanpa tahu kalau Alfred mulai kesal.“Dia sering datang kemari?” tanya Alfred.“Ya, hampir setiap hari untuk menjemput atau sekedar makan saja. Lihatlah itu,” tunjuk Roni pada beberapa bunga yang menghiasi restoran ini. Sial.Alfred tentu tidak suka posisinya digantikan oleh Langit, selama ini yang ada di sisi Melody adalah dia. Langit hanya orang baru yang berlagak mengenal Melody, seolah begitu memahami sang sahabat.“Aku pergi,” kata Alfred pergi begitu saja tanpa mempedulikan Roni yang ingin mengajaknya berbicara.Alfred kembali ke kantor, beruntung Nesya belum datang ketika di sampai. Dia kembali memeriksa beberapa berkas untuk diselesaikan hari ini, dia bahkan lupa kalau Nesya ternyata tidak datang menemuinya untuk makan siang.Lagipula Alfred tak memikirkan kedatangan Nesya, dia lebih fok
“Tidak,” jawabnya tegas.Melody mendadak lesu, dia kira Langit akan cemburu ketika melihatnya tadi. “Ya, udah. Aku masuk dulu.”Langit kini menahan pintu Melody ketika wanita itu ingin masuk, membuat sang kekasih berbalik menatapnya. “Ada apa?”“Kamu suka saya cemburu?” tanya Langit menatap Melody.“Nggak masalah kalau kamu nggak cemburu, mungkin karena Awan adalah kakak kamu,” balas Melody tak ingin mengatakan hal lain.Langit semakin mendekat, menarik dagu Melody dan memberikan sebuah kecupan hangat. “Kamu ingin tahu perasaan saya yang sesungguhnya?”“Em, a-aku hanya ingin tahu aja. Nggak ingin memaksa,” balas Melody menggaruk tengkuknya.Langit tentu cemburu melihat Melody bersama lelaki manapun, termasuk Langit. Hanya saja dia tak ingin terlalu menunjukkan hal itu, dia memilih untuk memberikan kepercayaan pada Melody bahwa wanita itu tak mungkin berbuat hal lebih.“Saya tahu kamu dan Awan tidak mungkin berselingkuh, dan saya tahu kalau Awan hanya berniat menggodamu,” jawab
Melihat Langit berjalan ke arah mereka tak membuat Awan merubah posisi mereka, padahal Melody berusaha untuk melepaskan diri.“Kamu datang tepat waktu dan melihat kami,” ujar Awan kini berhadapan dengan Langit.Melody langsung pergi dan bersembunyi di belakang tubuh Langit, terlihat cemas dan takut kalau sang pacar akan salah paham padanya.Tampak Langit dan Awan saling pandang, menunjukkan tatapan yang sama-sama saling mematikan. Baik Awan dan Langit tak ada yang mengalah, dan tak takut.“Berhentilah menggoda dia,” kata Langit tak habis pikir dengan ketiga kakaknya itu.“Menyenangkan menggoda dia,” jawab Awan dengan santai.Langit menyunggingkan senyum tipisnya. “Kamu tidak perlu takut padanya, dia hanya iseng padamu,” ujar Langit menatap Melody yang berada di sampingnya.“Tapi, Awan mengajakku selingkuh,” balas Melody dengan jujur.“Dan kamu mau!”Melody menggeleng kuat. “Nggak.”“Good girl,” kata Langit mencium bibir Melody dengan singkat.Awan tertawa melihat kelakuan L
Langit sudah mendapatkan informasi dari Lucas tentang penjaga Villa waktu itu, dan meminta Seto untuk menuju lokasi. Mungkin jejak di Villa tak terlalu banyak karena tak banyak cctv yang terpasang di sana. Tapi, sepintar-pintarnya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Sepandai-pandainya Nesya menyembunyikan bangkai, pasti akan tetap tercium juga. Dan sebuah kejahatan tak mungkin tersusun secara rapi, pasti ada celah di sana dan Langit akan menemukan hal itu.“Makasih, karena kamu begitu peduli padaku,” kata Melody menatap Langit ketika masih memeluk lelaki itu.“Tentu, apa pun akan saya lakukan untukmu,” tegas Langit tak ragu sedikit pun.***Alfred dan Nesya telah kembali dari bulan madu mereka, dan beberapa hal membuat lelaki itu sedikit berubah. Entah kenapa Alfred tak bisa lagi menutupi hal yang dia rasakan pada Melody, hanya saja dia tidak mungkin melakukan hal itu untuk sekarang.“Sayang,” panggil Nesya memeluk Alfred dari belakang ketika lelaki itu sedang menikmati rokok
Darel bangkit, berjalan dengan gagah mendekati Langit yang tampak biasa saja. Pasalnya, lelaki itu tak begitu dekat dengan sang Ayah. Bisa dikatakan hubungan mereka hanya ayah dan anak ketika di Rumah, tak pernah saling tegur jika bukan hal penting.Darel memang jarang berbicara, terkesan dingin dan menyeramkan. Ditambah dengan raut wajah garang yang sering diperlihatkan oleh lelaki itu, tak ayal banyak yang berpikir negatif tentang Darell.“Papa senang kamu pulang,” ujar Darel yang memeluk Langit, dia begitu merindukan sang putra setelah sekian lama tak pernah pulang.“Iya,” jawabnya dingin.“Siapa yang kamu bawa?” tanya Darell menatap ramah pada Melody.Melody ingin menjawab perkataan Darel, tapi Langit mendahuluinya. “Dia Melody, calon istri saya.”Darel tentu saja terkejut karena selama ini Langit tak pernah dekat dengan wanita mana pun, sikap lelaki itu yang terkesan dingin dan angkuh membuat para wanita menjauhinya.Dan sekarang Langit membawa pulang seorang wanita, dan t







