Masuk“Maaf, saya anaknya. Bapak sedang tidak enak badan, sehingga nggak bisa menemui kalian,” jawab Zoni, anak dari Zen.“Baiklah, nggak masalah,” kata Seto untuk sementara.“Kalian ingin menyewa Villa ini berapa lama? Saya bisa memberikan harga yang miring jika kalian bersedia,” tawar Zoni pada Seto dan Darto.Seto dan Darto sengaja tidak memberitahu tentang tujuan asli mereka datang, hal itu supaya mudah untuk menemui Zen. Tapi, yang datang malah anaknya.“Kami boleh melihat sebentar Villa tersebut?” minta Seto.“Boleh, mari ikut saya,” ajak Zoni yang begitu ramah.Seto dan Darto saling pandang, mereka mengikuti Zoni masuk Villa tersebut. Mereka harus mendapatkan informasi lebih dan melihat keadaan Villa, dan mungkin nanti malam bisa menyusup ke sana.Zoni menjelaskan beberapa hal tentang Villa ini, ada berapa jumlah kamar dan beberapa fasilitas yang ada. Seto menanggapi perkataan Zoni, sedangkan Darto mengamati beberapa tempat yang ada CCTV.“CCTV Villa ini lumayan banyak,” ujar
Melody sangat ingin tertawa saat ini, apa Alfred lupa kalau saat ini dia sudah menikah dengan Nesya? Malah dengan mudah bilang cinta padanya, sungguh menggelikan. “Hei, kamu udah nikah. Pikir pakai otak kamu, biar waras dan nggak mempermainkan hati wanita,” kata Melody dengan sarkas, dia kesal karena Alfred begitu mudah berpaling. “Tapi aku emang mencintai kamu, Mel. Maaf aku baru menyadari hal itu dan membuat keputusan yang salah dengan menikah dengan Nesya,” jawab Alfred mengungkapkan isi hatinya. Kali ini Melody tak dapat menahan tawanya, sungguh menggelikan sekaligus membagongkan. Alfred sungguh menjadi lelaki pecundang sekarang, sudah menikah tapi masih menginginkan Melody. “Kamu emang nggak punya hati jadi laki-laki,” hina Melody yang tidak menyangka Alfred akan menjadi seperti ini. Padahal Melody sudah merelakan Alfred bersama Nesya, memutuskan untuk move on dan memulai hidup baru lagi. Dan sekarang Alfred dengan percaya diri menyatakan cinta padanya, padahal lelaki i
Di kediaman Mahapura. Melody terkejut bukan main ketika Roseline mengajaknya minum teh bersama, pasalnya calon mertuanya itu tak menunjukkan sikap ramah selama ini. Melody mengikuti kepala pelayan Kim menuju taman belakang rumah, wanita itu gugup bukan main menemui Roseline. Terlihat wanita itu duduk dengan anggun, menikmati harumnya teh.“Duduklah!” perintah Roseline ketika Melody datang.“Iya,” jawab Melody duduk.“Minumlah!” perintah wanita itu menatap datar Melody.“Terima kasih.”Melody yang sejak tadi mengamati cara minum Roseline, dan dia hanya mengikuti hal itu. Melihat wanita itu sama saja melihat Langit ketika diam, tatapan tajam itu juga sama.“Kamu sudah lama mengenal Langit?” tanya Roseline menatap Melody, begitu dingin dan mengintimidasi.“Kami bertemu ketika di Rumah sakit ketika Mamanya sakit, dan saya mulai mengenal Langit beberapa bulan terakhir karena kita baru bertemu,” jawab Melody jujur, meski dia salah telah membahas mama Langit.Roseline tampak terk
“Kita tidur, yuk. Ngantuk,” ajak Bintang karena merasa sudah malam, dan waktu bercanda sudah habis.“Ayo, aku sudah merindukan bantal guling. Dan besok pagi aku ada rapat,” imbuh Galaxy mulai menguap.“Kalian tidur sana,” usir Langit.“Dih, bilang aja mau berduaan sama Melody,” ejek Galaxy memainkan bibirnya.“Kalau iya kenapa? Sirik?” jawab Langit langsung.“Sudahlah, ayo kita tidur,” ajak Awan menarik kedua saudara mereka masuk ke kamar. Bintang dan Galaxy menggerutu sepanjang perjalanan, sesekali mereka menoleh melihat Langit dan Melody untuk memastikan. Awan tampak senang melihat kebersamaan mereka, Melody memang pantas mendapatkan lelaki sebaik Langit.Melody berdiri di tepi kapal, menikmati pemandangan malam yang sangat jarang dia bisa nikmati. “Pakailah, supaya kamu tidak kedinginan,” kata Langit memakaikan jas yang dia pakai pada Melody.“Makasih,” jawabnya tersenyum.Langit berdiri di samping Melody, dan melakukan hal yang sama. Keduanya masih tampak diam, memilih
Alfred terkejut bukan main, tidak mungkin Melody akan menikah. “Kamu jangan bercanda.”“Saya serius, Mas. Calon suami mbak Melody sangat tampan, baik dan kaya,” jawab Roni bersemangat tanpa tahu kalau Alfred mulai kesal.“Dia sering datang kemari?” tanya Alfred.“Ya, hampir setiap hari untuk menjemput atau sekedar makan saja. Lihatlah itu,” tunjuk Roni pada beberapa bunga yang menghiasi restoran ini. Sial.Alfred tentu tidak suka posisinya digantikan oleh Langit, selama ini yang ada di sisi Melody adalah dia. Langit hanya orang baru yang berlagak mengenal Melody, seolah begitu memahami sang sahabat.“Aku pergi,” kata Alfred pergi begitu saja tanpa mempedulikan Roni yang ingin mengajaknya berbicara.Alfred kembali ke kantor, beruntung Nesya belum datang ketika di sampai. Dia kembali memeriksa beberapa berkas untuk diselesaikan hari ini, dia bahkan lupa kalau Nesya ternyata tidak datang menemuinya untuk makan siang.Lagipula Alfred tak memikirkan kedatangan Nesya, dia lebih fok
“Tidak,” jawabnya tegas.Melody mendadak lesu, dia kira Langit akan cemburu ketika melihatnya tadi. “Ya, udah. Aku masuk dulu.”Langit kini menahan pintu Melody ketika wanita itu ingin masuk, membuat sang kekasih berbalik menatapnya. “Ada apa?”“Kamu suka saya cemburu?” tanya Langit menatap Melody.“Nggak masalah kalau kamu nggak cemburu, mungkin karena Awan adalah kakak kamu,” balas Melody tak ingin mengatakan hal lain.Langit semakin mendekat, menarik dagu Melody dan memberikan sebuah kecupan hangat. “Kamu ingin tahu perasaan saya yang sesungguhnya?”“Em, a-aku hanya ingin tahu aja. Nggak ingin memaksa,” balas Melody menggaruk tengkuknya.Langit tentu cemburu melihat Melody bersama lelaki manapun, termasuk Langit. Hanya saja dia tak ingin terlalu menunjukkan hal itu, dia memilih untuk memberikan kepercayaan pada Melody bahwa wanita itu tak mungkin berbuat hal lebih.“Saya tahu kamu dan Awan tidak mungkin berselingkuh, dan saya tahu kalau Awan hanya berniat menggodamu,” jawab







