Home / Pendekar / LANTING BRUGA / Lanting vs Bandit

Share

Lanting vs Bandit

Author: Pancur Lidi
last update Last Updated: 2021-05-22 09:20:21

Para bandit ini telah berada di level lima beberapa yang lain berada di level empat, mereka semua sangat kuat. Lanting Beruga atau pemuda yang setingkat dirinya, tidak mungkin bisa berhadapan dengan bandit, meski hanya melawan satu saja.

Pemuda itu berdiri sambil menahan lehernya yang terasa sakit. Kepalan tinju para bandit ini mendarat tepat di kerongkongannya.

Si bos bandit, sekali lagi menyeringaikan bibirnya, terlihat tidak ramah. "Sayang sekali, kau telah melihat wajah kami, jadi kau harus mati!"

Lanting Beruga hanya terdiam, dia menarik pedang yang baru saja dibelinya, mengarahkan pedang itu kepada lawan-lawannya.

"Bunuh anak ini, kita harus cepat!" ucap pimpinan bandit tersebut.

Seorang pria di belakang pimpinan berjalan ke depan, dari semua orang mungkin dia yang paling lemah, tapi tetap saja memiliki kekuatan yang bukan tandingan Lanting Beruga.

Pria itu menarik sebilah golok yang tergantung di samping pinggangnya, memainkan golok itu dengan menebas angin di sekitar dirinya sendiri.

Setelah itu dia menjilat mata pedang, lalu berteriak keras. Bersamaan dengan itu dia menyerang Lanting Beruga.

Teng.

Benturan pedang terdengar nyaring di telinga, beberapa burung kecil di sekitar mereka terbang berhamburan.

Lanting Beruga berhasil menangkis serangan tersebut. 

Serangan ke dua datang lagi, dan kini lebih kuat dari sebelumnya.

Lanting Beruga masih bisa menahan, tapi pedangnya nyaris saja terlepas dari genggaman tangan.

Para bandit tertawa kecil, benar-benar lemah, pikir mereka. Sekarang mereka mempertanyakan akal pimpinan desa Ranting Hijau dengan mengirim pendekar lemah seperti Lanting Beruga.

"Apa kau sungguh seorang pendekar?" tanya bandit itu. "Aku tidak merasakan tenaga dalammu?"

"Aku memang pendekar," jawab Lanting Beruga, dia tidak malu mengakuinya, meski tenaga dalamnya sama sekali tidak ada.

Jika dia mengaku sebagai rakyat biasa, barangkali nyawanya mungkin akan diampuni oleh bandit itu, tapi harga diri sebagai pendekar pasti akan tercoreng.

"Pendekar sepertimu, tidak akan melewati level tiga!" timpal bandit itu, dia menyerang Lanting Beruga dengan serangan beruntun.

Tapi belum berhasil melukai barang sehelai rambut pemuda tersebut. Lanting Beruga bisa menahannya, atau sesekali menghindari serangan itu.

Untuk orang yang baru berlatih dengan pedang, gerakan Lanting Beruga sebenarnya cukup bagus. Dia punya bakat dalam teknik pedang.

Sebuah tebasan yang hampir mengakhirnya nyawanya berhasil dia hindari, pada saat yang sama Lanting Beruga berteriak keras.

"Jurus Air Memecah Batu!"

Serangan Lanting Beruga mendarat tepat di lengah lawannya, hampir saja membuat tangan itu putus.

Golok terlepas, darah muncrat sampai menodai wajah, termasuk pula wajah Lanting Beruga. 

Serangan yang bagus sekali, tidak ada yang bakal menduga pendekar level satu menebas lengan pendekar level lima. Dan itu tanpa tenaga dalam, murni dari teknik pedangnnya.

Lanting Beruga mundur beberapa langkah jauhnya, dia mengatur nafas yang mulai tersengkal-sengkal, tapi demikian dia tidak pernah lengah. Lanting Beruga mungkin tidak menatap wajah lawan-lawannya, dan dia memang tidak gemar menatap wajah orang lain, tapi kewaspadaan dirinya benar-benar bagus.

"Tanganku! tanganku!" ucap pria itu, berjalan terseok-seok ke arah pimpinan bandit, tapi sayang sekali, bos itu malah membunuh temannya tersebut.

"Jatah pembagian rampasan menjadi berkurang!" ucap pimpinan bandit itu.

Lanting Beruga menahan diri untuk tidak berteriak, ini adalah pembunuhan pertama yang dia lihat tepat di depan dirinya.

Tentu saja dia sering mendengar mengenai kekejaman para bandit, membunuh dan memperkosa, tapi yang ada di depan dirinya hampir saja melemahkan mentalnya sendiri.

Tidak, jangan kalah dengan darah, batin Lanting Beruga berseru.

"Kau!" ucap pimpinan bandit itu, "bunuh pemuda tersebut!"

Dua orang melangkah sekaligus, kali ini wajah mereka benar-benar serius. Tidak ada keraguan di dalam pandangan mata mereka.

Pertarungan antara Lanting Beruga dan dua orang itu berlangsung begitu sengit. Aksi saling serang berlangsung cukup lama.

Sesekali Lanting Beruga terkena tendangan yang membuat dia tersungkur dan berguling beberapa depa jauhnya, tapi dia terus bangkit dan bangkit.

Pemuda itu menangkis semua serangan yang datang, tapi dalam sebuah kesempatan, salah satu dari lawannya berhasil melepaskan tebasan ke arah bahu.

Lanting Beruga telah menahan tebasan itu dengan mata pedangnya, tapi kekuatan tebasan membuat dia berlutut, dan mata pedang lawan sedikit memakan dagingnya.

Belum pula sempat berdiri, yang lain telah menendang batang lehernya.

Darah merah keluar dari mulut Lanting Beruga, dia jatuh berguling dan nyaris jatuh ke dalam jurang.

Namun sial sekali, musuh tidak membiarkan dia menarik nafas lega, Lanting Beruga di tendang keras di tengah perutnya, membuat dia jatuh ke dalam jurang.

Tunggu! dia belum jatuh, Lanting Beruga masih bertahan di pinggir jurang dengan berpegangan pada sebuah batu terjal.

Tangan kanan pemuda itu masih mencengkram gagang pedangnya dengan kuat, sementara tangan kirinya bertahan agar tidak jatuh.

"Kau punya keinginan hidup yang besar ...." ejek salah satu dari mereka, "bagus-bagus sekali, kadang kala orang lemah memang memiliki tekad yang lebih besar dari pada orang kuat."

"Tapi," ucap salah satu yang lain, mengangkat goloknya cukup tinggi, "kau tetap harus mati!"

Mata golok bandit itu mengayun dengan cepat, tujuannya sudah pasti, ingin memotong tangan Lanting Beruga dan membiarkan pemuda itu jatuh ke dalam jurang.

Namun pada saat hal itu terjadi, waktu di sekitar mereka seakan berjalan begitu lambat. Lanting Beruga bisa melihat pergerakan golok itu menjadi begitu lambat.

Bukan hanya hal itu, udara di sekitar dirinya tampak menguap, seperti uap pada kuali gulai yang panas.

Dan ketika baru saja mata golok musuh hampir menyentuh tangan Lanting Beruga, aliran energi tidak kasat mata membuat pemuda itu dapat melakukan sesuatu dengan cepat.

Dia melepaskan pegangan pada batu, menangkap batu lain dan berputar di udara ke arah atas.

Kakinya tiba-tiba saja menendang leher bandit itu, dan membuat salah satu dari dua orang itu jatuh ke dalam jurang, menggantikan dirinya.

Lanting Beruga kini berdiri di tepi jurang, memperhatikan lawannya yang jatuh ke dalam air deras.

Dia kemudian memperhatikan satu lagi lawannya yang berdiri dengan wajah sedikit takut.

"Apa yang terjadi denganku?" ucap Lanting Beruga, gerakan semacam itu tidak pernah dipelajarinya sebelumnya.

Dia bahkan tidak ingat pernah memiliki tendangan yang begitu kuat, dan juga pergerakan yang begitu lincah.

Si bandit tersentak, ketika Lanting Beruga dipenuhi dengan tanda tanya, jadi dia menyerang pemuda itu selagi sempat.

Tapi Lanting Beruga bisa menghindarinya dengan baik, dia berputar cepat dan kini telah berada di belakang musuhnya.

Belum sempat menoleh ke belakang, Lanting Beruga telah mendaratkan tebasan yang membuat bagian leher orang itu terluka.

Mungkin tidak putus, tapi luka sebesar itu tidak akan membuat pria tersebut bertahan lama. Dia jatuh pula ke dalam Jurang yang dalam, dan hilang di telan oleh sungai deras.

Namun Lanting Beruga menyadari sesuatu, kekuatan yang dia gunakan tadi bukan berasal dari dirinya.

"Apakah Roh Api?" gumam Lanting Beruga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (30)
goodnovel comment avatar
Ahmad Agus
Bonusnya pelit bgt...
goodnovel comment avatar
Meddhi Maddi
ceritanya bagus, tp sayang mesti dibayar untuk melanjutkan. apa boleh buat appk di.....
goodnovel comment avatar
Barokah Petshop
ceritanya bagus, koinnya mahal
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status