Share

Berdarah

Patrick terdiam. Sampai pelajaran pertama selesai. Sarah masih saja diam dan tidak menjawab pertanyaan apapun yang dilontarkan Patrick.

"Sarah, Kamu kenapa sih? Aku ada salah ya sama kamu?" tanya Patrick sambil meletakkan minuman boba di atas meja depan Sarah.

"Itu minuman buat siapa?" tanya Sarah yang masih saja ketus terhadap Patrick.

"Buat kamu. Biar pikiran kamu adem. Mumpung ini lagi jam istirahat kan. Minum aja," balas Patrick sambil tersenyum memperlihatkan giginya yang gingsul.

"Makasih," balas Sarah sambil menyeruput minuman boba yang baru saja diberikan oleh Patrick.

Sarah masih saja diam. Patrick mencoba duduk di samping Sarah.

"Orangtua kamu marah ya?" tanya Patrick pelan.

"Tau dari mana kamu?" balas Sarah sambil menoleh ke arah Patrick.

"Ya. Aku cuman nebak sih. Soalnya kemarin aku nggak pamitan sama orangtua kamu. Waktu nganter kamu pulang," ucap Patrick sambil memandang Sarah.

"Iya. Terus aku diusir dari rumah," balas Sarah sewot.

"Apa? Kamu diusir? Oke. Ini semua salah aku. Nanti sepulang sekolah aku bakal ketemu orangtua kamu. Buat cerita yang sebenarnya."

"Nggak perlu dan nggak usah,"balas Sarah sambil berdiri dan meninggalkan Patrick.

***

Sarah melangkah menuju gerbang sekolah. Ia menunggu tukang ojek yang telah ia pesan melalui aplikasi online dihandphonennya. Sarah tidak pulang bersama Nisa. Muncul Patrick dengan membawa sepeda motor matic berhenti tepat di samping Sarah.

"Kamu ngapain?" tanya Sarah kepada Patrick.

"Mau anter kamu pulang," balas Patrick singkat.

"Nggak dulu deh. Aku udah pesen tukang ojek."

"Batalin aja," ucap Patrick sambil merebut handphone Sarah dan membatalkan pesanan di aplikasi online handphone Sarah.

"Patrick. Kamu kenapa sih?" ujar Sarah sewot sambil kemudian berlari menjauh dari Patrick.

Patrick kemudian menyusul Sarah yang berlari kencang. Patrick memberhentikan motornya tepat didepan Sarah.

"Ini handphone kamu," ucap Patrick sambil memberikan handphone.

Sarah menerima handphone dari Patrick. Ia kembali melangkah dengan pelan.

"Yakin mau jalan kaki sampai rumah?" tanya Patrick sambil tertawa.

"Cerewet banget sih kamu," balas Sarah sambil melirik Patrick.

"Udah deh. Kamu bonceng aku aja. Sekalian aku mau ketemu sama orangtua kamu," ajak Patrick.

Sarah memberhentikan langkahnya. Ia kelelahan setelah berlari begitu jauh.

"Nih, minum dulu aja," ucap Patrick sambil turun dari motornya dan menyodorkan sebotol air minum kepada Sarah.

Sarah kemudian meminum air minum pemberian Patrick. 

"Pulang bareng aku aja. Aku bawa helem dua nih," ajak Patrick sambil memberikan helm bogo warna coklat kepada Sarah.

Tanpa pikir panjang. Sarah kemudian memakai helm bogo warna coklat pemberian Patrick.

"Udah kan? Naik gih," ajak Patrick sambil menghidupkan mesin motornya.

Sarah kemudian membonceng Patrick. Ia duduk agak menjauh dari Patrick.

Brak. Patrick menabrak polisi tidur. Hingga membuat Sarah refleks untuk memeluk Patrick.

"Kamu gimana sih? Malah nggak ngerem," ucap Sarah sambil memukul bahu Patrick dari belakang.

"Udah Sarah. Tapi emang nggak kelihatan polisi tidurnya," balas Patrick sambil tetap fokus untuk mengendarai motornya.

Motor Patrick memasuki gang rumah Sarah. Untungnya pintu gerbang rumah Sarah tidak terkunci.

"Siapa dia Sarah?" tanya Ayah Sarah yang tiba - tiba muncul dan melihat Anaknya berboncengan dengan Patrick.

"Oiya pah. Kenalin dia Patrick. Temen sekelas aku yang kemarin ngajak ngerjain makalah bareng," balas Sarah sambil mencium tangan Ayahnya.

"Iya. Betul om. Selamat sore. Saya Patrick. Mohon maaf kemarin belum sempat pamitan dengan om. Karena saya terburu - buru," ucap Patrick sambil tersenyum.

"Oh. Tidak apa - apa. Asal besok jangan diulangi lagi ya. Oke kalau begitu biarkan Sarah masuk ke dalam rumah ya. Terimakasih ya nak. Sudah antar Sarah pulang," ucap Ayah Sarah sambil memandang Patrick.

"Iya om. Sama - sama," balas Patrick sambil kemudian pergi.

Sarah dan Ayahnya kemudian masuk ke dalam rumah.

"Semalem tidur dimana kamu? Tadi siapa yang anter kamu pulang sekolah? Kamu pasti nginep di tempat cowok kan?" tanya Ibu Sarah sambil melirik Sarah.

"Udahlah bu. Sarah semalam tidur di rumah Nisa. Semalam aku sudah menghubungi Ibunya Nisa. Kamu jangan asal menuduh Sarah ya," balas Ayah Sarah.

"Oh. Jadi begitu. Mas lebih membela Sarah daripada aku ini istrimu?" tanya Ibu Sarah sambil memandang Ayah Sarah.

"Bukan begitu," jawab Ayah Sarah.

Sarah kemudian langsung masuk menuju kamarnya. Ia sangat membenci keadaan dimana orangtuanya bertengkar. Sarah merasa tidak ada keharmonisan ataupun ketentraman tercipta sedari ia kecil.

"Bertengkar lagi," ucap Sarah ketus sambil menutup telinganya dengan kedua tangannya.

Sarah merasa berisik dan tidak suka dengan perkataan lbunya. Sarah merasa terpojok. Ia ingin sekali pergi dari rumah dan menyusul kakaknya di Jakarta. Namun apa daya, Sarah harus tetap sekolah dan sabar dengan segala tindak tanduk lbunya.

"Mas ini gimana sih. Walaupun aku bukan lbu kandung Sarah. Tapi aku sayang sama Sarah," ucap Ibu Sarah.

"Ya tapi kamu jangan asal menuduh Sarah seperti itu. Aku malu sama tetangga bu. Aku malu sama lbunya Nisa," balas Ayah Sarah.

"Biarin tetangga tahu. Kan memang sudah dari lama rumahtangga kita setiap hari isinya hanya pertengkaran seperti ini," balas lbu Sarah sambil mengambil pisau di dapur.

"Bu, kamu mau apa ngambil pisau?" tanya Ayah Sarah.

"Aku sudah nggak kuat mas sama kamu yang selalu membela Sarah. Selalu mencukupi Sarah. Apa karena dia anak dari lstri pertamamu. Dan aku yang tidak bisa memberikanmu anak?" ucap Ibu Sarah sambil matanya melotot

"Apa uang yang telah kuberikan selama ini kurang untukmu?" balas Ayah Sarah sambil mencoba menjauh dari Ibu Sarah.

"Mas liat pisau ini kan? Ini pisau mas. Bisa melukai siapapun. Tapi hati aku lebih sakit mas. Melebihi sakitnya teriris pisau ini," ucap Ibu Sarah sambil memegang pisau di tangan kanannya.

"Sudah bu. Letakkan pisau itu," ucap Ayah Sarah menenangkan Ibu Sarah.

Sarah kemudian keluar dari kamarnya. Ia menatap wajah kedua orangtuanya.

"Ayah. Ibu. Sudahlah jangan bertengkar. Aku lelah," ucap Sarah pelan.

"Sarah. Kamu lelah ya? Ibu juga lelah dengan Ayahmu," balas Ibu Sarah.

Prang. Ibu Sarah membanting piring yang berada di atas meja. Piring berwarna putih itu hancur berkeping - keping di atas lantai dekat dengan Sarah berdiri.

"Bu, kamu mau melukai Sarah?" tanya Ayah Sarah terkejut.

Sarah dengan cepat berjalan menuju lbunya. Namun ia tak sadar bahwa kakinya menginjak pecahan piring di atas lantai. Dengan cepat Ayah Sarah mendekati Sarah.

"Sarah. Kaki kamu luka ya?" tanya Ayah Sarah.

"Iya yah. Ini kena pecahan piring. Nggak sakit kok. Cuman perih," balas Sarah.

"Kamu ini gimana bu? Ini anak kita kakinya berdarah kamu malah diam saja? Dimana letak hati nuranimu?" bentak Ayah Sarah sambil memandang sengit lbu Sarah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status