Share

LEAK
LEAK
Penulis: Bakasai

Bab 1

Jum'at kajeng kliwon, tepat tengah malam, dan saat sang rembulan sedang tersenyum lebar. Untuk memberikan cahayanya yang indah pada sebuah kompleks perumahan. Di kota metropolitan yang terkenal dengan sebutan Kota Para Raja—Singaraja.

Terlihat sesosok makhluk mistis sedang berdiri tegap di atap genting sebuah rumah mewah berlantai tiga. Sosok itu tampak terlihat sedikit gusar serta bosan karena sudah cukup lama ia berada di sana. Walau sorot matanya masih tetap tajam dalam mengamati keadaan sekitar.

Dan di saat rasa keputusasaan mulai hadir menyelimuti jiwanya. Sehingga ia hendak beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut. Tiba-tiba saja muncul sekelebat bayangan hitam yang bergerak cepat menyelusuri jalan di sekitar kompleks perumahan itu.

Akhirnya—kau muncul juga, batinnya yang tampak senang sambil menyeringai hingga memperlihatkan barisan gigi yang runcing bagai seekor serigala.

Lalu ia mengikuti jejak sosok itu dengan melompat dari satu atap ke atap lainnya. Sambil menjaga jarak agar hawa kehadirannya tidak disadari oleh sang target. Selain itu, kedua kakinya saat mendarat pada tiap genting atau seng tampak begitu lembut. Sehingga tidak menimbulkan suara sama sekali yang bisa mengganggu tidur para warga yang tinggal di sana. Apalagi itu sudah larut malam—dini hari.

Dan ketika sosok yang diikutinya itu masuk ke sebuah bangunan yang tampak begitu besar, ia langsung menghentikan lompatannya. Tepat di sebuah rumah berlantai satu yang tidak jauh dari lokasi sang target. Hmm, apa yang sebenarnya ingin kau cari? Hingga harus masuk ke dalam sana, bisik hatinya dengan penuh tanda tanya.

Tak lama kemudian, setelah menyadari sesuatu dan mampu menebak apa yang menjadi tujuan sang target. Barulah ia menyusul masuk ke bangunan tersebut. Namun, mengambil arah yang berbeda dari sosok yang diikutinya itu.

Aku yakin kau pasti menuju ke ruangan itu. Yah, tidak salah lagi. Karena di sanalah kau menyimpan mereka semua, sebelum memakannya. Semoga saja aku tidak terlambat.

Baru saja hatinya berbisik seperti itu, tiba-tiba terdengar teriakan seorang perempuan yang sangat kencang. Hingga membuat ia terkejut dengan kedua bola mata yang mendelik tanpa menghentikan kedua kakinya yang sedang berlari. Malah ia semakin menambah kecepatan untuk segera menuju ke arah sumber suara tadi yang berasal di sebuah ruangan di ujung lorong bangunan tersebut.

"Sial! Sepertinya aku sudah terlambat." Kesalnya sambil menggemeretakkan gigi.

Dan begitu sampai di depan sebuah pintu besar berwarna coklat tua. Sosok berambut panjang itu langsung melancarkan bogem mentahnya dengan kekuatan penuh. Sehingga penghalang yang terbuat dari kayu jati itu seketika hancur berkeping-keping. Bersamaan dengan suara ledakan yang memekakkan indra pendengaran.

Tentu saja hal itu membuat sang target yang berada di ruangan tersebut menjadi kaget, dan seketika menghentikan kebuasannya dalam mencabik-cabik batang leher salah satu korbannya yang ada di sana. "Dasar pengganggu!" geram sosok itu setelah membuang sepotong daging yang digigitnya ke lantai.

"Cih! Dasar anjing keparat. Bisa-bisanya kau membuat kekacauan di sini. Sungguh kau makhluk rendahan."

Mendengar itu, sang target langsung tertawa keras lalu berkata, "Apa urusanmu dengan semua ini? Bukankah kita sama? Sama-sama leak, yang menjadikan manusia sebagai makanan." Sambil berdiri dan mencampakkan tubuh korbannya ke lantai dengan batang leher yang nyaris putus.

"Hmm, sepertinya kau memang buta. Hingga tidak melihat perbedaan kasta di antara kita .... "

"Kasta?" potong sosok itu sambil menyeringai dengan kedua bola mata yang nyaris meloncat keluar dari kelopaknya, "bagiku kau tampak sama denganku. Tidak ada yang berbeda. Apalagi wujudnya masih berupa manusia. Hanya saja rambutmu berwarna perak. Lagi pula, kenapa kau menutupi mulutmu dengan perban? Apa memang seperti itu wujud leakmu? Sungguh menyedihkan sekali."

Begitu sosok itu selesai bicara, tiba-tiba saja sebuah telapak tangan sudah berada sangat dekat dengan wajahnya. Tak ayal hal tersebut membuat ia kaget serta tidak mampu untuk menghindarinya.

"Sial!" teriaknya sebelum telapak tangan itu menghantam wajahnya yang membuat ia terpelanting jauh ke belakang.

Suara ledakan langsung terdengar keras, begitu tubuh sosok itu menghantam tembok. Sehingga menggetarkan seluruh ruangan serta menghasilkan debu pekat berwarna kecoklatan yang menutupi area sekitar.

"Bangsat kau makhluk setengah jadi!" teriak sosok itu dari balik debu dan langsung menerjang lawannya dengan penuh kemarahan.

Namun, ternyata sosok yang menjadi lawannya itu telah mengantisipasi hal tersebut. Sehingga terjangan bogem kanannya menjadi sia-sia. Ini dikarenakan ia kembali mendapatkan serangan mendadak dari arah kiri.

Se-sejak kapan dia berada di situ? Batinnya sebelum ia menerima sebuah tendangan keras yang menghantam bagian perut.

Tak ayal kejadian tadi kembali terulang lagi dan harus menahan rasa sakit yang jauh lebih menyakitkan. Apalagi lubang yang dihasilkan, jauh lebih dalam dari sebelumnya. Sial, sepertinya aku tidak boleh gegabah lagi. Walau wujudnya masih berupa manusia biasa. Tapi, dia sangat kuat. Batinnya sambil meringis lalu berusaha bangkit dengan tangan kanan memegang bagian perut.

"Cih! Siapa kau sebenarnya?" tanya sosok dengan penuh kekesalan.

"Akhirnya kau menanyakan hal itu juga. Apa kau telah sadar perbedaan kasta di antara kita?"

"Kasta? Lagi-lagi kau berkata tentang hal itu. Cukup katakan, siapa kau sebenarnya?"

"Pantas saja kau ini bodoh. Aku pikir hanya kepalamu saja yang seperti anjing. Tapi ternyata otakmu pun sama. Walau sebenarnya anjing jauh lebih pintar darimu yang bertubuh manusia. Sungguh kau menjijikkan sekali."

"Bangsat kau! Akan kubunuh kau seperti mereka semua!" teriak sosok itu yang semakin marah karena tidak terima dihina seperti itu.

"Majulah kalau kau berani."

Mendengar tantangan tersebut, sosok itu langsung terprovokasi untuk mulai menyerang. Namun, sebelum melakukannya ia terlebih dahulu memutari lawannya. Dengan berlari di tembok, yang semakin lama semakin cepat. Sehingga secara perlahan-lahan wujudnya tidak terlihat oleh mata. Suara langkahnya pun tidak terdengar sama sekali. Benar-benar tidak ada jejak akan dirinya di ruangan tersebut.

Sedangkan sosok lawannya yang berada tepat di tengah-tengah ruangan terlihat sangat tenang. Tidak ada raut kegelisahan ataupun ketakutan yang terlintas di wajahnya. Malah ia terlihat tersenyum senang tanpa beban sama sekali. Posisi tubuhnya pun tampak tidak sedang bersiaga. Tegap bagai patung. Benar-benar merasa bahwa dirinya tidak sedang terancam bahaya.

Dan tiba-tiba saja kedua bola matanya melirik ke kanan sambil mengulurkan tangan. Bersamaan itu telapak tangannya terlihat seperti sedang mencengkeram serta menahan sesuatu. Padahal di sana tidak ada apa-apa.

"Sudah aku bilang, kau itu cuma makhluk berkasta rendah. Jadi, percuma saja kau melakukan hal tadi. Karena aku masih bisa melihat keberadaanmu. Dasar anjing sialan."

Bersamaan dengan itu, sosok yang berkepala anjing tadi seketika muncul kembali. Dengan moncong yang tergenggam kuat serta kedua bola mata yang melotot. Sedangkan tangan kanannya terlihat menculur seperti hendak mencakar. Namun, tidak mengenai apa-apa. Hanya berada tepat di bawah ketiak lawannya.

"Aku rasa sudah saatnya kau menerima hukuman atas semua ini. Tapi tenanglah, aku akan membuat itu terasa tidak menyakitkan sama sekali," ucap lawannya dengan sorot mata yang tajam serta seringai yang tampak menakutkan.

Lalu dengan entengnya ia membanting tubuh si kepala anjing ke lantai. Hingga memperdengarkan suara ledakan yang disertai serpihan-serpihan kecil keramik berwarna putih juga debu yang bertebaran di udara.

"Bagaimana? Tidak sakit, bukan?" tanyanya sambil melepaskan cengkeraman.

"Si-siapa k-kau se-benarnya?"

Pertanyaan itu—pertanyaan terakhir dari si kepala anjing. Karena ia seketika tewas setelah memuncratkan darah yang banyak dari mulutnya. Sehingga hal tersebut membuat hampir seluruh bagian wajahnya tertutupi oleh cairan itu.

Sedangkan sosok yang berdiri di atas kepalanya terlihat tersenyum senang dengan sorot mata yang tajam ke arah bawah. Lalu ia segera berpaling dan meninggalkan ruangan tersebut tanpa menghiraukan keberadaan mayat-mayat yang ada di sana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status