Pendekar Mabuk bersama Intan mulai melangkah lambat-lambat, mengelilingi ruangan seluas kira-kira dua tombak lebih.
Mendadak langkah mereka terhenti karena tertarik dengan bongkahan-bongkahan batu yang menurut dugaan adalah akibat pukulan tenaga dalam.Diduga bongkahan tersebut berasal dari pukulan orang sebelum mereka terjatuh ke sini. Ternyata cukup banyak juga.Namun, di mana atau ke mana orang yang terjebak sebelum mereka? Maka segera diteliti empat dinding ruangan tersebut.Hati Saka sempat bergetar ketika matanya membentur sebuah lubang pada salah satu dinding yang kira-kira berada dua tombak tingginya dari tempatnya berpijak.Lubang itu sepertinya tertutup oleh bongkahan batu dan adanya sempalan batu yang belum gugur, membangkitkan dugaan kalau lubang itu cukup besar.Merasa penasaran, Saka menggeser langkahnya. Berdiri tegak menghadap dinding tempat lubang itu berada.Sekali mengebutkan tangan, dihantamnya dindinSi nenek tampak berseru menyiratkan kelegaan dan harapan."Kau, kepandaianmu sungguh membuatku kagum. Sungguh hebat dan sukar dipercaya. Dan ... kau pasti bisa menolongku. Asal kau mau berjanji, aku akan menunjukkan sebuah jalan rahasia yang akan membawa kita keluar dari neraka ini."Pendekar Mabuk kembali tertegun. Keningnya mengkerut, antara percaya dan tidak. Karena kalau memang ada jalan keluar, mengapa nenek itu tidak segera pergi?Padahal kalau menilik dari pakaiannya yang kelihatan usang, Saka yakin kalau si nenek sudah cukup lama berada di tempat ini."Aku tidak mengada-ada," lanjut si nenek, mengetahui keraguan pada lawan bicaranya. "Kalau saja kedua tulang-tulang kakiku tidak dihancurkan keparat jahanam itu, sudah dari dulu aku cabut dari sini!"Seperti baru sadar Saka segera memperhatikan kaki si nenek. Barulah ia mengerti mengala sejak tadi nenek itu terus saja duduk walau sedang menyerang sekalipun. Rupanya kedua kaki si nene
"Aku berkata benar!" tandas Nenek Gua tetap pada pendiriannya titik matanya menatap Saka sungguh-sungguh."Jalan rahasia yang akan membawa kita keluar dari tempat ini hanya bisa dilalui orang-orang berkepandaian tinggi. Setidaknya memiliki tenaga dalam dan ilmu meringankan tubuh yang cukup. Kalau tidak, hanya kematian lah yang akan didapat!"Saka mengangguk-angguk. Ia percaya kalau apa yang dikatakan Nenek Gua benar. Cuma caranya saja yang tidak benar titik terlalu kasar dan sangat menyinggung perasaan Intan.Sikap dan ucapan Nenek Gua membuat hati Saka jadi tak nyaman. Rasa ibanya pun berkurang. Hanya saja ia sudah terlanjur berjanji dan lagi hanya Nenek Gua yang dapat membawa mereka keluar dari tempat itu."Mungkin kau benar, Nek. Tapi tidak seharusnya bersikap kasar seperti itu. Lagi pula tanpa Intan Aku tidak mau keluar dari tempat ini," kata Saka terus terang.Nenek gua mendengkus. "Lalu apakah kau hendak memondong kami berdua? Itu jelas tidak mungkin! Benar kau memiliki kepandai
Tawa kakek itu laksana gelagar halilintar. Seolah hendak memamerkan kekuatan tenaga dalamnya yang disalurkan melalui tawa."Kiranya kau yang datang, Ratu Begal," kata Iblis Terbang Tanpa Bayangan sambil mengedarkan pandangan. "Mana Si Raja Segala Begal, suamimu?"Nenek gua yang ternyata bergelar Ratu Begal mendengkus tajam. "Sebentar lagi kau akan segera menyusulnya!" ujar si nenek lalu menoleh kepada Saka. "Cepat habis si bangsat itu, Saka. Atau kau ingin melihat kekasihmu yang cantik dan molek ini ku bikin pecah kepalanya? "Saka tidak segera menurut. Pembicaraan kedua orang itu membuatnya bingung Nenek Gua yang bergelar Ratu Begal, menurut Iblis Terbang Tanpa Bayangan adalah istri orang yang bergelar Raja Segala Begal.Padahal menurut cerita si nenek Iblis Terbang Tanpa bayangan adalah suaminya. Saka jadi ingin tahu produk persoalan yang sebenarnya."Iblis Terbang Tanpa Bayangan," sela Saka tanpa mempedulikan perintah dan ancaman Ratu begal. Dia yakin Ratu Begal tak mungkin beran
"Ternyata jagomu memang boleh juga, Ratu begal, "Puji Iblis Terbang Tanpa Bayangan. Kali ini ia yang melakukan gebrakan dengan menggunakan kecepatan geraknya yang sudah membuat geger kalangan persilatan.Sejak semula Saka memang sudah maklum dengan kelebihan yang dimiliki lawannya. Kecepatan gerak iblis terbang tanpa bayangan memang harus diakui sangat luar biasa.Namun, Pendekar Mabuk juga berhasil mengelabui lawannya. Seolah tingkatannya berada di bawah si kakek tinggi besar itu.Pertarungan terjadi lagi. Saka menggunakan jurus Congcorang Mabok yang diulang-ulang. Dia berlagak seolah dengan susah payah mengimbangi lawannya.Buktinya setelah lebih dari tiba belas jurus, Iblis Terbang Tanpa bayangan dibuat kagum dan penasaran karena lawannya yang lebih muda."Mana, katanya kesaktianmu sudah setingkat Dewa!" teriak Nenek Gua alias Ratu Begal. "Jurusmu seperti orang mabok yang kekurangan tuak. Keluarkan tuakmu, Pendekar Mabuk!"
Saka dan Intan yang hendak bergerak meninggalkan tempat itu segera mengundang langkahnya. Mereka memang merasa tidak ada urusan apa-apa lagi."Tak seorangpun yang boleh pergi dari tempat ini dengan nyawa masih melekat di badan," kata Iblis Terbang Tanpa Bayangan. Dingin dan datar suaranya. "Kalian telah mengetahui persembunyianku dan harta karun itu!""Aku bukanlah jenis orang yang suka mengumbar mulut. Aku tidak tertarik dengan segala macam harta ataupun benda-benda pusaka. Semua itu boleh kau kangkangi sendiri," sahut Saka."Cuihh!" Iblis Terbang Tanpa bayangan meludah, sikapnya sangat menghina sekali. "Jangan sok berlagak alim! Kau pikir aku begitu bodoh untuk percaya ucapanmu?"Setelah dari sini, mungkin kalian akan menuju ke Kotaraja. Mengadukan diriku untuk mencari kedudukan. Begitu, bukan?""Kerajaan yang kau maksud mungkin hanya kerajaan bawahan," tukas Saka. "Aku tidak tertarik sama sekali. Aku sudah punya nama dan kedudukan di penguasa pusat, Galuh. Maharaja Wretikandayun su
Akhirnya mereka memutuskan untuk menunggu sampai Saka dan Intan mengeluarkan harta yang dipendam itu. Mereka berencana hendak merebutnya.Menurut petunjuk Iblis Terbang Tanpa Bayangan harta itu di pendam di dasar sungai pada bagian yang berhadapan dengan pondok. Sebatang pohon beringin putih yang tumbuh menjadi tandanya.Namun, alangkah heran hati pemilik dua pasang mata ini, ketika Saka dan Intan tidak melakukan apa yang diduga titik sebaliknya kedua orang itu malah pergi meninggalkan tempat ini. Kini kedua orang yang bersembunyi di semak-semak jadi dicuriga. Bisa jadi kehadiran mereka telah tercium oleh kedua orang itu. Mereka menduga Saka dan Intan berpura-pura hendak pergi meninggalkan tempat itu untuk memancing mereka.Sampai beberapa saat mereka menunggu ternyata bayangan Saka dan Intan sudah tak terlihat lagi. Dua pengintai ini saling bertukar pandang. Mereka saling bertanya satu sama lain, melalui pandang mata. Mereka merasa sud
Pendeta Sesat mencoba tersenyum dengan menepis debar ketegangan di hatinya. Dipasangnya wajah serta sikap seperti pendeta alim. "Pertanyaanmu aneh!" sahut Pendeta Sesat disertai senyum. Sementara otaknya berputar mencari akal untuk dapat lolos dari Saka dan Intan."Orang muda, apakah kalian tahu apa isi peti-peti ini? Dari mana asalnya? Dan siapa pemilik yang sebenarnya?" tanya Pendeta Sesat kemudian, membuat Saka dan Intan bertukar pandang."Apakah dengan pertanyaan itu berarti Bapak Pendeta mengenal Iblis Terbang Tanpa Bayangan?" Saka baliak bertanya seraya menatap si pendeta lekat-lekat."Aku cukup mengenal siapa manusia kejam dan licik bergelar Iblis Terbang Tanpa Bayangan itu. Aku juga tahu sejarah peti-peti ini."Karena aku adalah seorang abdi istana yang mendapat tugas dari Yuwaraja untuk mencari dan mengembalikan peti-peti ini."Nantinya benda-benda ini akan digunakan untuk kepentingan dan kemajuan kerajaan." kilah Pende
Datuk sesat itu pun sadar kalau tengah dipermainkan. Ia memang termasuk orang yang percaya dengan tahayul."Bocah edan! Kurang ajar, berani kau mempermainkan orang tua!" Amarah Raja Naga jenggot putih meledak-ledak."Dasar kau saja yang tolol," balas Saka. "Mengapa percaya dengan segala dongengan orang-orang pengecut? Mana ada setan yang seganteng aku? Gagah lagi."Saka kembali tergelak, lebih keras dari pertama. Tak dipedulikannya Intan yang tersungut-sungut. Tak ambil pusing betapa kemarahan di hati Raja Naga Jenggot Putih semakin meledak-ledak.Raja Naga Jenggot Putih membentak, disusul dengan gebrakannya yang mematikan. Angin pukulannya menyambar-nyambar, mengeluarkan suara mencicit tajam. Laksana sebatang pedang. Saka cepat mendorong tubuh Intan, dan menyuruhnya agar menjauhi arena. Lalu Pendekar Mabuk bergerak memainkan langkah-langkah ajaib dari jurus Congcorang Mabok.Selama lima jurus gempuran datang susul menyusul, Saka mulai membalas. Gebrakannya tidak kalah dahsyat.Meski