Kedatangan Gio sangat jelas mengganggu Luna dan Alex yang baru saja selangkah lebih maju di dalam hubungan gelapnya itu. Kegagalan making love dan juga niatan lebihnya bersama dengan Luna, ternyata cukup membuat Alex terganggu. Pria ini mendadak bad mood dan sangat terpukul. 'Dia hanya majikanku!' batin Alex sambil melangkah keluar dari kamarnya untuk sarapan. Malam tadi, dia diberikan fasilitas terpisah untuk tidur meski masih berada di hotel yang sama. "Hai, rupanya kamu beneran hanya driver wanita itu yaa. Boleh kenalan?" sapa seorang wanita yang saat ini tengah menghampirinya dengan secangkir kopi panas. Alex bergeming, dia meraih cangkir kopinya dan tetap bungkam tak menjawab sepatah katapun. "Kamu ganteng dan juga ... sangat perfect. Tapi sayangnya, bossmu memiliki uang yang jauh lebih bisa memanjakan wanitanya bukan?" ujar staf hotel tersebut kembali membuat Alex mengingat kekesalannya kepada Gio. Tak ingin meladeni wanita itu, Alex memilih untuk segera peri dari area beb
Alex baru saja beberapa saat memejamkan matanya, ketika suara gaduh terdengar dari ruangan tamu griya tawang mewah yang ditinggali oleh majikannya itu. "Jadi di sini rupanya, kau menyembunyikan wanita gelapmu itu Gio?" "Tidak sayang, ayo kita pulang! Ini hanya sebuah kesalahan." Mendengar suara-suara tersebut, Alex langsung teringat dengan Luna dan juga tanggung jawabnya sebagai seorang bodyguard. "Nyonya!" ucap Alex sambil bergegas menegnakan kaos ketatnya dan segera melangkah keluar kamar. Dia menghentikan langkahnya seketika. "Aku tidak percaya, seorang jalang sepertimu ternyata mampu emmbuat suamiku berkhianta!" sentak Suzan dengan suara berapi-api mengatakannya. "Kau salah Suzan! Kami menikah dengan sah, jadi ... jangan pernah mengatakan jika akus eorang jalang!" ucap Luna balik menyentak. "Alex! kenapa kau berdiri saja di sana, usir wanita ini dari rumahku!" teriak Luna dengan suara yang lantang kepadanya. Alex pun langsung bergegas menghampiri Suzan dan juga Gio. "Maaf
"Nyonya, aku tidak bisa melakukannya lagi," ucap Alex sambil bersiap bangun dari duduknya."Kau menolakku?" bentak Luna dengan mata yang menghunus membuat Alex bimbang."Nyonya, kita tidak seharusnya seperti ini," ucap Alex lagi.Dan Luna terkekeh menjawabnya."Kau kira aku ini gadis kecil yang tidak mengerti bagaimana kau begitu berhasrat kepadaku? Ayolah Alex... aku tahu kau memberikan porsi lebih untukku di sini!" ucap Luna sambil mengetukkan telunjuknya padadada bidang Alex di depannya yang sudah terbebas dari pakaian itu.Alex terdiam. DIa tak bisa menyangkalnya, tapi dia juga membencinya."Kita sudah sama-sama dewasa Alex, kita bisa melakukan apapun selama kita menikmatinya. Kenyataan lain adalah kita saling membutuhkan bukan?" ucap Luna sambil kembali bergerak agresif dengan menciumi leher jenjang sang sopir.Alex pun kembali terbuai.Malam yang panas mereka habiskan dengan lenguh dan juga hentakan penuh gairah setelahnya.*** "Sial! Aku kesiangan," ucap Luna sambil beranjak
Alex duduk di meja di kantin universitas, menunggu Luna yang sedang kuliah. Dia mencoba membaca bukunya sambil menunggu, namun tidak bisa mengabaikan sekelompok mahasiswi yang duduk di meja sebelahnya. Mereka terus menatap ke arahnya dan tertawa-tawa."Hey, Alex," panggil salah satu dari mereka. "Kamu terlihat sangat sendirian di sini. Ayo, bergabung dengan kami."Alex hanya tersenyum dan mencoba untuk tidak terlibat dalam percakapan mereka. Dia tidak ingin masalah, terutama karena dia tahu Luna akan marah jika dia dituduh berselingkuh.Namun, mahasiswi lain yang sedang duduk di dekat mereka mulai mempermainkan Alex. "Kamu pasti menunggu Luna kan? Apa dia tahu bahwa kamu sedang duduk di sini dengan kami?"Alex mulai merasa tidak nyaman dan ingin pergi. Tapi kemudian Luna tiba-tiba muncul di kantin, dan dia jelas tidak senang melihat Alex bersama sekelompok wanita."Luna, hei," sapa Alex, mencoba untuk menjelaskan bahwa dia hanya menunggu. Namun Luna tidak ingin mendengar penjelasannya
"Bye," ucap Luna sambil mengedipkan matanya ke arah spion tengah mobil. Alex menyambutnya dengan senyuman. "Hai Lun, makin sini kenapa gue liat lu makin deket aja ya sama si ganteng," ucap salah satu mahasiswi yang juga sahabatnya Luna itu bertanya. "Ish, rese amat sih Boo, wajar dong gue harus ramah biar dia betah dan gak laporin gue macem-macem sama laki gue," ucap Luna berdalih. "Iya juga ya, elu bener banget. Secara, seorang Giolardi kan gak mungkin banget ngebiarin bini mudanya ngelayap kek elu," ucap temannya itu kian menjadi. Alex masih belum beranjak dari parkiran, seperti biasa dia akan mengawasi Luna sampai wanita itu masuk ke dalam kelasnya dan akan kembali lagi lima menit sebelum kelas berakhir. Alex masih terus memandangi Luna yang tengah asyik bersama dengan teman-temannya saat ponselnya berdering. "Alex, kau dimana?" "Tuan, aku baru saja mengantarkan Nyonya ke kampus," jawab Alex dengan sangat tenang. "Dia baik-baik saja kan? Kau bisa menemuiku ke kantor? Aku a
Ketika mereka tiba di rumah, Alex memasak makan malam untuk Luna. Mereka duduk bersama di meja makan dan mengobrol tentang hari mereka. Luna menceritakan tentang tugas kelompoknya.Luna juga memintanya bersiap karena besok pagi dia harus berangkat sangat pagi ke kampus. AcaraKKN akan dimulai besok.Meski Luna menolak terus ditunggui, Alexmemutuskan untuk menunggu Luna sampai mereka berangkat."Aku akan mengikutinya," batin Alex.Alex terus mengikuti bus yang membawa Luna bersama teman-temannya. Ia mengendarai mobilnya dengan hati-hati, memastikan jarak yang cukup antara mobilnya dan bus agar tidak terjadi kecelakaan. Ia merasa khawatir dengan keberangkatan Luna untuk KKN di tempat yang jauh dari rumah.Tak lama kemudian, Alex melihat bus tersebut memasuki sebuah jalan yang lebih sempit dan berkelok-kelok. Ia mulai memperhatikan pergerakan bus dengan lebih cermat. Tiba-tiba, ia melihat bus tersebut berbelok ke sebuah jalan kecil yang lebih sepi. Alex mengikuti bus tersebut, dan ia terke
Alex duduk di ruang kerjanya, menatap dengan serius seluruh berkas yang ada di tangannya. Di antara tumpukan dokumen-dokumen tersebut, terdapat salinan dokumen kepemilikan Dellmen Group yang kini berada di bawah kuasa Giollardi. Sebuah perusahaan besar yang telah berdiri sejak puluhan tahun yang lalu dan dikelola dengan penuh dedikasi oleh keluarga Dellmen."Tuan Muda, minuman hangat Anda," ucap sang maid.Alex meraihnya, lalu meneguknya dan maid itu kembalipergi.Tidak ada seorang pun yang berani mengganggu Alex di saat seperti ini.Fikiran Alex kembali kepadaGio. Situasi telah berubah sejak beberapa bulan terakhir. Giollardi, seorang pengusaha kaya dan ambisius, dia yang secara licik telah berhasil merebut kendali Dellmen Group dengan berbagai taktik manipulatif dan tindakan yang tidak etis itu kini tengah menuai kesulitan. Kini, di tangannya, Alex memegang salinan dokumen kepemilikan Dellmen Group yang seharusnya menjadi bukti sah bahwa perusahaan itu masih menjadi milik keluarga D
Luna baru saja turun dari taksi ketika langkahnya terhenti oleh seseorang yang memanggil namanya dengan sangat lantang dari arah trotoar jalan sebelah kiri. "Akhirnya aku bisa puas mengetahui dan melihatmu berada di sini.Bagaimana rasanya tanpa sopir pribadi tanpa kehidupan yang mewah dan juga tanpa suplai dari suamiku yang kau rebut dengan cara yang rendah!" Susan mengatakannya dengan berapi-api. Luna yang baru menyadari jika si pemanggil itu ternyata adalah istri sah Gio pun hanya bisa tersenyum kecut mendengarkan semua ocehan wanita itu yang bisa dengan sangat jelas didengar oleh mahasiswa lain rekan-rekan di kampusnya yang berlalu lalang saat ini. "Aku rasa kita tidak punya urusan apapun Susan. Berhenti mengganggu dan mengusik hidupku karena sekarang Itu bukan lagi urusanku," ujar Luna sambil mencebik dan kembali melangkah meninggalkan Susan. Luna mengira jika Susan akan berhenti di sana, tapi ternyata perkiraannya itu meleset. Susan justru mempercepat langkahnya lalu menarik l