Nora benar-benar menjebakku agar berakhir bersama laki-laki ini. Teman yang dia bilang akan bertemu tidak ada. Kukira semua hanya akal-akalannya saja.
Aku secepatnya menghabiskan salad dan pergi dari hadapannya, aku muak melihat wajahnya. Sangat muak! Trauma yang dia tinggalkan tak begitu mudah. Danish benar-benar membuatku mati rasa.
Diam-diam aku melirik urat-urat tangannya yang ikut bergerak saat tangannya memotong steak dan mencelupkan dalam saos. Kami hanya diam, aku juga malas berbicara padanya.
"Kamu mau pesan makanan lain?" Aku pura-pura tak melihatnya, tapi dia terus menatapku membuatku akhirnya menatapnya. Rasa benci itu berkabut tebal, sangat tebal. Aku sangat membenci dirinya!
Tak ingin menggubrisnya aku semakin makan dalam suapan besar karena ingin kabur dari hadapannya.
Anna : Kau benar-benar yaπ€π€π€. Aku marah! Aku membencinya!
Aku mengirim pesan itu ke Nora. Pasti Nora akan terkikik melihat pesan ini. Dasar teman laknat!
Nora : Nikmatin waktumuπππ. Tunjukkan pada dia dong. Jangan buat jadi orang yang tak bisa move on.
Aku mengepalkan tanganku dan membanting ponsel dengan kuat karena merasa begitu kecil luar biasa. Dia hanya menatapku. Aku tahu sedari tadi dia terus menatapku, tapi aku tak ingin luluh atau tersentuh. Dulu kami adalah pasangan goals yang membuat semua orang iri bahkan saat pernikahan itu diumumkan semua mengucapkan selamat bahkan menitipkan rasa iri karena cerita hidupku begitu mulus, tapi dia yang mendatangkan badai dalam hidupku. Danish sialan!
"Nih. Sepertinya kamu butuh air." Bahkan aku tak sadar jika belum memesan air, aku menarik jus jeruk itu dan meminumnya.
Makanan belum habis, tapi aku langsung berdiri.
"Nggak usah sok akrab dan kenal aku! Aku benci bangat sama kau!" Aku tahu ini sangat kekanakan. Tapi berhubungan dengan laki-laki sial ini membuat hidupku makin terpuruk, bagusnya memang dia tak usah lagi menunjukkan batang hidungnya dari jangkauan hidupku.
Aku langsung berjalan keluar. Tentu saja dia akan mengejarku. Dia adalah laki-laki keras kepala yang tidak akan menyerah untuk mendapatkan yang dia mau dan aku benci dia punya sifat itu. Gara-gara ambisinya yang terlalu naif, aku dicampakkan. Memikirkan hal sial tubuhku selalu merinding dan tak percaya pernah dibuang sehina itu. Wajar, jika aku bersikap seperti ini.
"Anna!" Dulu aku paling suka dia menyebut namaku seperti banyak kembang api yang meledak dalam dadaku, tapi sekarang yang tersisa hanya kebencian.
"Anna!" Dia memegang tanganku, aku langsung menarik tanganku.
"Anna!" Menutup mata dan mengepalkan tangan, berbalik aku bisa membuat giginya rontok sekarang.
"Apa maumu?!" Tak sadar aku sudah berteriak, beruntung sudah sampai di depan jadi tak terlalu banyak orang. Ini memang memalukan, tapi aku muak!
"Anna. Aku kita perlu berbicara, aku tahu kamu pasti menertawakan aku yang bersikap seenaknya seperti ini, give me a second chance. Aku benar-benar menyesal, aku ingin menebus kesalahanku."
"Satu-satunya adalah kamu jangan pernah hadir di hadapanku! Silahkan pergi jauh! Sangat jauh!" Aku berkata pelan tapi aku tahu sangat menusuk, dia diam, tapi semoga dia sadar. Jangan keras kepala dan tak egois, sambil merenungi dirinya yang bisa mencampakkan aku sepihak seperti itu. Memori usang lima tahun masih sangat membekas di ingatan, saat dia melakukan semua itu padaku.
π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°
Aku tahu, saat Danish membicarakan tentang kebimbangan yang dia rasakan perasaanku sudah mendadak tak karuan. Aku menarik napas panjang, dan terduduk di ranjang, mencoba menyibukkan sesuatu tapi beban di pundak dan dada begitu menghimpit terasa begitu sesak. Aku kesulitan bernapas, perutku terasa mengencang, mual. Aku mau muntah mengingat hal ini.
Aku tahu dia mencintaiku, mencintaiku sangat. Semoga rasa cinta yang dia milikku, bisa membuatnya bertahan memilih untuk menikah dan bisa bekerja lain.
Aku menggigit kuku, tak tahu bagaimana bilang ke orang tuaku jika aku tak jadi menikah, bagaimana perasaan mereka? Bagaimana dengan undangan yang sudah tersebar? Apa Danish pernah berpikiran sejauh itu?
Aku terduduk sambil menarik rambut. Apa kekuatan cinta tidak membuat dia bertahan? Ya terlalu naif, love doesn't make him stay. Sex doesn't make him stay.
Aku membasahi bibirku. Terdiam, bahkan aku tak berselera untuk makan atau melakukan hal yang lain.
"Anna?" Jendela kamar diketuk. Aku langsung terkejut.
"Anna." Aku berlari ke arah jendela dan terkejut mendapati Danish di sana dengan wajah kusutnya, perasaanku sebenarnya sudah memburuk duluan, tapi masih ada setitik harapan di sana juga dia memberi berita yang menggembirakan bukan membuatku mati rasa.
Jendela itu adalah jalan rahasia kami. Terkadang dia menyusup lewat jendela malam-malam dan kami tidur bersama, bercinta. Hubungan ini terlalu liar dan nakal, tapi aku senang melakukan semua hal bersamanya. Tapi malam ini bukan hal indah, bukan dosa indah yang akan kami lakukan karena firasatku mengatakan hal buruk.
Kamarku berada di lantai dua. Biasanyaa ada sebuah kain yang diikat di tiang di balkon dan Darris akan memanggil diriku dan aku membuka jendela untuknya.
Danish langsung meloncat masuk ke dalam. Aku diam, dia hanya berdiri dengan wajah tak bersemangat sama sekali.
"Anna." Aku hanya berdiri di sana. Tak tahu harus seperti apa.
"Anna, aku mencintaimu. Sangat cinta sama kamu. Tapi aku juga naif, kesempatan itu terbuka lebar, aku tersiksa memikirkan ini, tapi lebih tersiksa jika cita-cita dan kesempatan itu yang membuatku menyesal nanti jika aku tidak mencobanya."
Perasaanku langsung berantakan seketika. Tubuhku lemas, pertahananku runtuh. Aku memandang Danish dengan air mata penuh.
"Maafkan aku, Anna." Aku menggeleng. Dia mencoba memegang tanganku tapi aku menepisnya, aku tak ingin dia menyentuhku. Entah kenapa nama Danish dan juga orangnya sudah mati di hadapanku.
Aku akan melupakan laki-laki ini dan semua hal yang telah kami lewati bersama.
"Anna."
"Pergi! Please, jangan pernah muncul lagi di hadapanku aku."
"Maafkan aku, Anna. Aku sangat mencintaimu!" Cinta my ass! Dia yang merusak cinta itu. Manusia pengecut laki-laki ini. Aku membencinya sangat dan tak percaya bisa mencintai laki-laki sial ini!
"Maafkan aku."
"Kamu pernah mikir? Undangan udah disebar, bahkan besok aku harus pakai baju pengantin!"
"Maafkan aku, Anna. Aku masih terlalu naif. Aku juga masih terlalu muda untuk menikah. Aku sepertinya belum siap untuk mengemban tanggung jawab." Ya, aku yang memaksa dia untuk menikah. Aku kira, kebersamaan selama ini dan banyak hal yang telah kami lalui bersama tujuh tahun cukup untuk tahu satu sama lain.
"Anna." Setiap saat dia menyebut namaku, hatiku semakin perih. Perutku mengencang! Aku menunduk, saat melihat ujung sepatunya. Dia tidak membuka sepatunya.
Aku mengangkat wajahku, saat Danish hanya menatapku gusar. Ini adalah ucapan selamat tinggal paling aneh yang pernah aku tahu. Perpisahan paling aneh.
Aku memikirkan bagaimana hari-hari yang kujalani besok. Bagaimana dengan orang tuaku? Bagaimana dengan tamu undangan? Bagaiamana dengan semua biaya yang sudah keluar? Bahkan aku sudah bermimpi memakai gaun pengantin yang indah, semuanya musnah dalam sekejap mata.
Tubuhku bergetar. Aku benci dengan semuanya!
"Maafkan aku, Anna. Aku sangat mencintaimu." Aku menggeleng dia tidak akan melakukan hal bodoh ini jika dia mencampakkan aku pada akhirnya.
"Maafkan aku, Anna." Danish terus saja mengatakan hal itu yang membuatku semakin muak padanya dan ingin menampar wajahnya hingga bengkok. Aku benci laki-laki ini hingga ke tulang-tulang.
"Pergi! Please, pergi. Aku benci kau, Danish!"
"Maafkan aku, Anna." Dia hanya mengatakan hal itu tapi sikapnya yang membuatku tak bisa memaafkan dirinya. Aku membenci dirinya sangat!
Menarik napas panjang aku langsung mendorongnya keluar dari ruangan itu. Selamanya aku akan membenci laki-laki ini!
Tak ada kesempatan dan maaf baginya!
Tidak akan ada!
π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°
Kayaknya bab ini feelnya kurang πππ.
Gapapa, nanti kita buat lebih ngenes lagi di bab depanπππ.
See you. Terima kasih sudah membaca.
Menangis. Aku hanya menangis semalaman. Tidak percaya dengan nasibku.Aku gagal menikah!Ya Tuhan, mengingat ini aku meraung-raung seperti orang gila. Danish brengsek sialan itu mencampakkan aku! Aku meringkuk seperti udang memeluk diriku dengan dada yang terasa perih dan perutku yang terus diaduk. Menangis memang percuma, tapi terasa lebih sesak jika aku tak melakukan hal ini. Aku tak percaya! Tidak bisa dipercaya!"Anna." Aku hanya menggeleng. Aku tak ingin berbicara dengan siapapun, aku tak ingin bertemu dengan siapapun!Pintu dikunci rapat! Aku hanya ingin seperti ini, tak tahu bagaimana semua kesialan yang kurasakan segera hilang. Awalnya si bajingan itu yang mencoba-coba mengajak menikah, mungkin dia bercanda tapi aku menganggap serius dan banyak hal yang sudah kami lalui bersama tentu jadi akar yang kuat untuk menikah, tapi dia mengacaukan semuanya. Sampai detik ini aku masih belum per
Dua jagoanku tertidur dengan pulas, setelah menghabiskan satu mangkuk ice cream masing-masing dan ayam goreng satu potong. Mereka tertidur dengan memeluk boneka masing-masing.Aku hanya menatap mereka dengan penuh cinta. Mencium kepala mereka mengelusnya dan tersenyum bangga. Dua malaikat yang hadir di saat aku merasa dunia tak pernah adil. Dunia tak pernah berpihak pada orang lemah sepertiku. Sumber kekuatan yang Tuhan hadirkan di saat aku berada di titik terlemah dalam hidupku."Bunda, akan lakukan apapun biar kalian bahagia." Wajah mereka sama. Orang-orang di sekitar tak bisa membedakan mana Celine dan Celena.Nora : Girls, Danish minta alamat rumah kamu. Serius aku bingung mau jawabnya. Gimana nih?Anna : Jangan dilayan!Laki-laki sialan! Yang tersisa untuknya hanya kebencian yang kian memupuk. Danish adalah laki-laki paling brengsek yang pernah
Coklat panas di tangan tak mampu mendinginkan perasaanku yang hancur. Laki-laki itu hadir untuk membuatku kembali terpuruk.Aku sudah menelpon anak-anak dan menyuruh untuk jadi anak yang manis. Aku akan menjemput anak-anak besok pagi, menuruti semua permintaan mereka sebelum laki-laki sial itu mencari celah agar dekat dengan anak-anakku. Aku benci jika dia menyentuh anak-anakku. Dia tak berhak sedikitpun!Aku menunduk melihat coklat panas tersebut. Berharap cangkir itu punya mulut dan berbicara padaku dan menenangkan jika aku tak boleh bersedih, Celine dan Celena hadir sebagai penyembuh untukku. Aku menyeka air mataku. Sakit hati masih terasa hingga kini. Bertahun-tahun.Dia mencampakkan aku!Mengingat ini rasanya aku ingin menangis darah. Begitu hinakah aku? Dulu di memperlakukan aku seperti seorang putri, aku tak pernah ragu menyerahkan segalanya untuknya, tapi setelah aku dibuang
"Duduk manis di sana, biar Bunda masak." Aku langsung menyuruh anak-anak karena meminta dengan tidak sabar ingin makan sushi roll crispy. Aku sudah melihat resep dan cara membuatnya juga gampang.Sebisa mungkin aku menuruti permintaan anak-anak karena laki-laki sial itu berhasil mencuri hati anak-anakku dan mereka sudah suka padanya. Anak-anak jadi suka membandingkan dirinya denganku yang tegas pada mereka.Aku mengocok telur ingin membuat telur dadar terlebih dahulu. Saat memotong sosis kecil-kecil si sialan itu masuk ke dapur. Saat pulang ke rumah, aku melarang dirinya untuk menginjak kaki di rumah ini tapi dia anak-anak yang mengundang. Mereka sangat kompak membuatku hanya bisa mengelus dada. Dasar ayah dan anak nyusahin!"Dapur kamu rapi ya." Aku berhenti memotong dan masih memegang pisau. Jika pisau ini menancap di dadanya akan membuatku puas sekali."Sebenarnya aku nggak sudi kau masuk
MEMUAT ADEGAN DEWASA YANG MENDETAIL! YANG MASIH DI BAWAH UMUR TINGGALKAN SEBELUM MIMPI BURUK!________________Setiap sentuhan yang dia berikan terasa memabukan, saat kulitnya bertemu dengan kulitku, membuatku melayang hingga langit ke tujuh. Aku menatapnya penuh gairah dan rasa cinta yang begitu membumbung tinggi. Aku sangat mencintai wanita ini.Saat tanganku menyentuh gundukan kembar itu, dia menggigit bibirnya sorot matanya mengatakan jangan berhenti. Diam-diam aku tersenyum penuh kemenangan, Anna sedang tidak mabuk sekarang, dia waras untuk mengetahui jika aku yang memberi kenikmatan padanya, bukan suaminya yang bodoh! Shit! Moodku langsung buruk mengingat suami Anna! Aku menunduk lagi melihat sorot memohon tersebut, aku mendekatkan wajahnya dan menjilatinya. Menyusu seperti anak kecil lapar, menjilati bukit itu bergantian agar yang satunya tidak merasa cemburu. Aku ingin bermain pelan, lembut dan intim.
Aku tidak akan menyerah!Hari ini, aku mencoba kembali mendekati anak-anak Anna, sambil mengorek informasi tentang suami Anna yang bodoh itu!Aku menyisir rambutku, sudah mencukur, dan meraba-raba wajah tampanku, dan merasakan bulu-bulu di wajahku sudah ditebas, terasa halus dan Anna tidak akan risih seandainya ada kesempatan aku menciumnya. Shit! Membayangkan saja, aku sudah seperti seorang penjahat kelamin! Tidak! Bukan! Maksudnya, aku ingin! Shit! Pikiranku kacau, jika membicarakan Anna. Mengambil beberapa gel rambut dan menyapu di rambutku.Dadaku masih terasa terhimpit, tak ikhlas begitu saja Anna bahagia bersama orang lain. Ya, sangat egois tapi jika aku masih mencintai wanita itu, kalian bisa apa?Aku menarik napas panjang, dan melihat wajahku di cermin. Aku masih sangat tampan dan gagah, untuk merebut kembali Anna dalam pelukanku. Sepertinya aku harus menonton serial psikopat, bagaimana menghilangkan nyawa orang. Membunuh suami A
"Bunda makan." Aku hanya menggeleng, dan tersenyum ke arah anak-anak yang bersemangat makan, sedangkan aku sudah ingin menangis. Terkadang alasan inilah yang membuat anak-anak lebih betah sama orang lain, apa aku jadi ibu yang jahat? Aku terlalu meratapi nasibku.Evan sudah pulang, dia tahu mood aku yang mendadak buruk dan hanya terdiam sepanjang perjalanan, di belakang ada anak-anak yang terus saja bernyanyi."Bunda." Air mataku turun dengan sendirinya, saat anak-anak polos ini mendekati diriku dan menyuapiku. Aku langsung menciumi Celena, dan dia tertawa terlihat gigi susunya yang putih dan rapih, ah, mereka alasan aku bertahan hidup, di saat aku dicampakkan begitu hina!Aku langsung berjalan menjauh dari anak-anak yang sudah bertengkar dan terduduk sendiri, di sofa single sambil meneliti lantai dingin tersebut.Danish sialan!Kehadiran laki-laki sial itu hanya memperburuk suasana, harusnya dia sudah mati duluan. Tap
Seumur hidupku, aku hanya satu mengenal laki-laki penting di hidupku, yang akhirnya juga menghancurkan hidupku. Setelah dia pergi, maka, kepercayaan diri dan rasa cinta yang telah dipupuk musnah.Tentu, semua akan terasa canggung, ketika ada laki-laki yang mencoba mendekati diriku, aku trauma, aku terluka. Danish sialan itu membuat hidupku terasa begitu hina, dan butuh bertahun-tahun agar aku membangun kembali kepercayaan dalam diriku.Aku hanya berjalan sambil menunduk di samping Evan. Aku tahu, laki-laki ini berusaha keras, aku juga berusaha keras walau semuanya terasa awkward.Sebenarnya usiaku sudah tua dan merasa sudah tak layak untuk berkencan, tapi aku tak bisa menolak ajakan Evan, hanya berjalan-jalan di mall. Biasanya aku akan membawa anak-anakku, tapi, aku telah membicarakan hal ini bersama dengan Aunty Ilene dan beliau yang menyuruh untuk mencoba membuka hati, walau ini tak mudah. Aunty Ilene tahu, trauma besar yang aku rasakan. Dan