Share

BAB 2

Kringg ... Kringg ...

Bunyi bel pintu yang terbuka menandakan jika ada orang yang masuk ke dalam butik. Orang itu adalah Lily dan Rachel. Keduanya saat ini sedang berada di butik Aunty Sera. Aunty Sera yang kebetulan sedang berada di butik langsung menghampiri mereka. Saat mereka masuk ke dalam, Lily terkesima dengan desain interior yang berada di butik ini. Rasanya Lily ingin berada di sini lebih lama. Butik Aunty Sera di New York lebih besar dibandingkan dengan di Jakarta. Butik disini ada tiga lantai. Lantai satu dan dua digunakan untuk memajang koleksi baju dan di lantai tiga berisi ruangan Aunty Sera serta tempat yang digunakan untuk meeting atau pertemuan penting dengan klien.

“Wah, desain interior didalam butik ini cantik sekali Aunty. Aku suka dengan desainnya!” seru Lily.

“Oh benarkah? kau tau aku ingin mencoba desain ini di beberapa cabang yang lain terutama di Jakarta. Bagaimana menurut kalian?” tanya Aunty Sera.

“Aku tidak keberatan Aunty, menurutku ini bagus,” jawab Rachel.

“Aku juga setuju,” balas Lily.

“Baiklah girls, nanti kita bicarakan kembali. Sekarang kita ke ruangan Aunty di lantai tiga,” ujar Aunty Sera.

Langit sudah menampakkan warna jingga kemerahan yang menandakan matahari akan mulai tengelam digantikan oleh bulan dan bintang. Lily, Rachel, dan Aunty Sera sudah keluar dari butik dan berjalan-jalan di sekitar Times Square. Mereka disana hanya sekedar berfoto ria, berbelanja, dan mencicipi beberapa makanan di sekitar Times Square. Keesokan harinya Lily dan Rahel berencana untuk berjalan-jalan ke tempat wisata di New York seperti Broklyn Bridge, Monumen 11/9 Memorial, New York Museums, dan Liberty Statue. Wajib rasanya jika pergi ke New York untuk mengunjungi tempat itu. Mereka menghabiskan waktu sehari penuh untuk berjalan-jalan menjelajahi New York.

Di sore harinya mereka pergi Central Park untuk bersantai dan menikmati senja setelah seharian penuh berkeliling ke tempat wisata di New York. Central Park adalah taman umum yang luas di Manhattan, New York. Di taman ini banyak kegiatan yang sering dilakukan oleh pengunjung dari yang bersepedah, berolahraga atau hanya sekedar duduk menikmati keindahan taman seperti Lily dan Rachel. Lily dan Rachel saat ini duduk disalah satu bangku taman. Mereka sedang menikmati keindahan Central Park sambil berbincang dengan ditemani kumpulan burung migran yang ada di Central Park.

“Kamu sedang mencari apa Li? daritadi aku perhatikan kamu seperti sedang mencari sesuatu," ujar Rachel.

“Iya, aku sedang mencari jepit rambutku," jawab Lily.

“Oh, jepit rambut yang biasanya kamu pakai itu?” tanya Rachel.

“Iya benar, kamu melihat jepit rambutku engga Chel? tadi jepitnya aku lepas terus aku masukkan ke dalam tas, tapi sekarang engga ada,” ujar Lily.

“Mungkin kamu lupa atau jatuh di salah satu tempat yang kita kunjungi tadi Li," kata Rachel.

“Duh gimana dong kalau jatuh, itu benda yang berharga Chel," ujar Lily.

“Hemm ... Li dari dulu aku penasaran sebenarnya jepit rambut itu dari siapa sih?” tanya Rachel.

Lily berfikir keras sudah seharusnya Rachel mengetahui tentang masalah ini karena Rachel adalah sabatnya. Umur Lily saat itu masih 10 tahun. Ibu Lily memarahinya hanya karena Lily tidak sengaja menumpahkan minuman di lantai. Linda ibunya Lily sangat membenci gadis itu, kesalahan apapun yang dilakukan Lily membuat Linda geram dan marah. Sekalipun hanya masalah kecil, Linda tidak segan untuk memarahi Lily bahkan memukulnya. Kebencian Linda terjadi bukan karena tanpa alasan. Dua hari yang lalu ayah Lily meninggal karena ditabrak mobil saat menyelamatkan Lily. Lily yang masih kecil menjatuhkan boneka kesayangannya di tengah jalan dan kebetulan dari arah depan ada mobil yang melaju sangat kencang.

Ayah Lily yang menyadari itu langsung saja berlari dan menyelamatkan Lily. Namun, ayahnya terlambat untuk menyelamatkan diri dan akhirnya tertabrak mobil. Kondisi ayah Lily sangat kritis mengingat saat tertabrak ayahnya terpental cukup jauh dari mobil. Besoknya ayah Lily dinyatakan meninggal dunia oleh dokter. Kejadian itu membuat ibunya terpukul dan menyalahkan Lily atas meninggalnya sang ayah. Belum sembuh luka Lily yang saat itu merasa sedih dengan meninggalnya sang ayah, dia juga harus dihadapkan dengan sang ibu yang membencinya. Lily kecil hanya bisa menangis sendirian. Taman adalah tempat Lily menangis dan mencurahkan kesedihannya. Saat itu Lily menangis di taman, tiba-tiba ada seorang anak laki-laki yang duduk disampingnya.

“Hai, kenapa kamu menangis? Lihatlah matamu sudah memerah," kata anak laki-laki itu. Lily hanya diam tidak menjawab pertanyaan dari anak laki-laki itu.

“Hai,” ucap anak laki-laki lagi. Lily masih terdiam dan anak laki-laki itu tetap berusaha berbicara dengan Lily.

“Ya sudah kalau tidak ingin bicara. Aku tidak tau masalahmu apa, tapi jangan menangis terus itu tidak baik. Kata mamaku daripada menangis karena masalah kita lebih baik berdoa saja. Lagipula kamu cantik, karena kamu menangis wajahmu jadi jelek,” ujar anak laki-laki.

“Benarkah aku cantik?” tanya Lily.

“Oh akhirnya kamu bicara. Itu ... memang kamu cantik,” ujar anak laki-laki sambil tersenyum.

“Tapi kamu jadi jelek karena menangis, oh iya aku punya sesuatu buat kamu,” sahut anak laki-laki itu lagi sambil memberikan suatu barang ke Lily.

“Apa ini?” tanya Lily.

“Itu jepit rambut, tadinya mau aku kasih ke mama aku tapi karena kamu menangis aku kasih ini biar tidak menangis lagi,“ ujar anak laki-laki sambil meletakkan jepit rambut di tangan Lily.

“Terima kasih, aku suka jepit rambutnya. Nama kamu siapa? nama aku Lily," kata Lily.

“Nama aku ...," ujar anak laki-laki.

Tiba-tiba seorang wanita cantik memanggil anak laki-laki itu untuk segera masuk ke dalam mobil. Anak laki-laki itu segera berlari menuju mobil tanpa memberitahukan namanya. Lily menatap punggung anak laki-laki itu yang semakin menjauh. Dirinya sedih karena tidak tahu nama anak laki-laki itu. Semenjak hari itu Lily selalu membawa jepit rambut itu bahkan memakainya. Berharap, Lily bertemu kembali dengan anak laki-laki itu.

“Jadi karena itu kamu masih pakai jepit rambut ini meskipun modelnya sudah jadul,” kata Rachel.

“Jepit rambutnya masih bagus Chel,” sahut Lily.

“Terserah kamu,” ujar Rachel sambil merotasikan kedua bola matanya.

“Sekarang dimana jepinya Chel. Aduh apa iya jatuh dijalan? gimana dong?” kata Lily

“Ya udah mau gimana lagi Li,” kata Rachel.

Tanpa mereka ketahui daritadi ada seorang laki-laki yang mengawasi mereka. Laki-laki itu seperti sedang memegang benda di tangannya dan tersadar akan sesuatu. Kemudian laki-laki itu berjalan dan menghampiri mereka. “Permisi, apa kalian sedang mencari ini?” kata laki-laki itu sambil menunjukkan suatu barang. Ternyata barang yang laki-laki itu pegang adalah jepit rambut yang sedang mereka cari.

“Oh iya benar itu milikku!” seru Lily.

“Kamu kan Dokter yang kemarin menolong teman saya Lily!” seru Rachel.

“Ternyata benar namanya Lily. Akhirnya aku bertemu kembali dengannya,” batin laki-laki itu denga tersenyum tipis.

“Ah iya benar itu aku. Senang bertemu lagi dengan kalian," ujar laki-laki itu.

“Aku tidak menyangka kalau Dokter orang Indonesia. Oh iya kemarin kita belum sempat berkenalan. Nama saya Rachel dan teman saya yang Dokter tolong namanya Lily. Nama Dokter siapa?” tanya Rachel.

“Bara. Albara,” ujar bara dengan tersenyum tipis.

Lily terdiam sambil mengamati Dokter Bara. Wajahnya seperti familiar bagi Lily, tapi gadis itu tidak memiliki teman yang bernama Bara. Apakah sebelumnya Lily pernah bertemu dengan Dokter Bara?. Lily tidak tahu pasti tentang hal itu, namun hatinya berkata jika dirinya pernah bertemu dengan Dokter Bara. "Apakah wajah Dokter itu sama dengan salah satu temannya atau hanya perasaannya saja?" gumam Lily dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status