Share

BAB 2

Penulis: Anputri
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-11 15:52:11

Kringg ... Kringg ...

Bunyi bel pintu yang terbuka menandakan jika ada orang yang masuk ke dalam butik. Orang itu adalah Lily dan Rachel. Keduanya saat ini sedang berada di butik Aunty Sera. Aunty Sera yang kebetulan sedang berada di butik langsung menghampiri mereka. Saat mereka masuk ke dalam, Lily terkesima dengan desain interior yang berada di butik ini. Rasanya Lily ingin berada di sini lebih lama. Butik Aunty Sera di New York lebih besar dibandingkan dengan di Jakarta. Butik disini ada tiga lantai. Lantai satu dan dua digunakan untuk memajang koleksi baju dan di lantai tiga berisi ruangan Aunty Sera serta tempat yang digunakan untuk meeting atau pertemuan penting dengan klien.

“Wah, desain interior didalam butik ini cantik sekali Aunty. Aku suka dengan desainnya!” seru Lily.

“Oh benarkah? kau tau aku ingin mencoba desain ini di beberapa cabang yang lain terutama di Jakarta. Bagaimana menurut kalian?” tanya Aunty Sera.

“Aku tidak keberatan Aunty, menurutku ini bagus,” jawab Rachel.

“Aku juga setuju,” balas Lily.

“Baiklah girls, nanti kita bicarakan kembali. Sekarang kita ke ruangan Aunty di lantai tiga,” ujar Aunty Sera.

Langit sudah menampakkan warna jingga kemerahan yang menandakan matahari akan mulai tengelam digantikan oleh bulan dan bintang. Lily, Rachel, dan Aunty Sera sudah keluar dari butik dan berjalan-jalan di sekitar Times Square. Mereka disana hanya sekedar berfoto ria, berbelanja, dan mencicipi beberapa makanan di sekitar Times Square. Keesokan harinya Lily dan Rahel berencana untuk berjalan-jalan ke tempat wisata di New York seperti Broklyn Bridge, Monumen 11/9 Memorial, New York Museums, dan Liberty Statue. Wajib rasanya jika pergi ke New York untuk mengunjungi tempat itu. Mereka menghabiskan waktu sehari penuh untuk berjalan-jalan menjelajahi New York.

Di sore harinya mereka pergi Central Park untuk bersantai dan menikmati senja setelah seharian penuh berkeliling ke tempat wisata di New York. Central Park adalah taman umum yang luas di Manhattan, New York. Di taman ini banyak kegiatan yang sering dilakukan oleh pengunjung dari yang bersepedah, berolahraga atau hanya sekedar duduk menikmati keindahan taman seperti Lily dan Rachel. Lily dan Rachel saat ini duduk disalah satu bangku taman. Mereka sedang menikmati keindahan Central Park sambil berbincang dengan ditemani kumpulan burung migran yang ada di Central Park.

“Kamu sedang mencari apa Li? daritadi aku perhatikan kamu seperti sedang mencari sesuatu," ujar Rachel.

“Iya, aku sedang mencari jepit rambutku," jawab Lily.

“Oh, jepit rambut yang biasanya kamu pakai itu?” tanya Rachel.

“Iya benar, kamu melihat jepit rambutku engga Chel? tadi jepitnya aku lepas terus aku masukkan ke dalam tas, tapi sekarang engga ada,” ujar Lily.

“Mungkin kamu lupa atau jatuh di salah satu tempat yang kita kunjungi tadi Li," kata Rachel.

“Duh gimana dong kalau jatuh, itu benda yang berharga Chel," ujar Lily.

“Hemm ... Li dari dulu aku penasaran sebenarnya jepit rambut itu dari siapa sih?” tanya Rachel.

Lily berfikir keras sudah seharusnya Rachel mengetahui tentang masalah ini karena Rachel adalah sabatnya. Umur Lily saat itu masih 10 tahun. Ibu Lily memarahinya hanya karena Lily tidak sengaja menumpahkan minuman di lantai. Linda ibunya Lily sangat membenci gadis itu, kesalahan apapun yang dilakukan Lily membuat Linda geram dan marah. Sekalipun hanya masalah kecil, Linda tidak segan untuk memarahi Lily bahkan memukulnya. Kebencian Linda terjadi bukan karena tanpa alasan. Dua hari yang lalu ayah Lily meninggal karena ditabrak mobil saat menyelamatkan Lily. Lily yang masih kecil menjatuhkan boneka kesayangannya di tengah jalan dan kebetulan dari arah depan ada mobil yang melaju sangat kencang.

Ayah Lily yang menyadari itu langsung saja berlari dan menyelamatkan Lily. Namun, ayahnya terlambat untuk menyelamatkan diri dan akhirnya tertabrak mobil. Kondisi ayah Lily sangat kritis mengingat saat tertabrak ayahnya terpental cukup jauh dari mobil. Besoknya ayah Lily dinyatakan meninggal dunia oleh dokter. Kejadian itu membuat ibunya terpukul dan menyalahkan Lily atas meninggalnya sang ayah. Belum sembuh luka Lily yang saat itu merasa sedih dengan meninggalnya sang ayah, dia juga harus dihadapkan dengan sang ibu yang membencinya. Lily kecil hanya bisa menangis sendirian. Taman adalah tempat Lily menangis dan mencurahkan kesedihannya. Saat itu Lily menangis di taman, tiba-tiba ada seorang anak laki-laki yang duduk disampingnya.

“Hai, kenapa kamu menangis? Lihatlah matamu sudah memerah," kata anak laki-laki itu. Lily hanya diam tidak menjawab pertanyaan dari anak laki-laki itu.

“Hai,” ucap anak laki-laki lagi. Lily masih terdiam dan anak laki-laki itu tetap berusaha berbicara dengan Lily.

“Ya sudah kalau tidak ingin bicara. Aku tidak tau masalahmu apa, tapi jangan menangis terus itu tidak baik. Kata mamaku daripada menangis karena masalah kita lebih baik berdoa saja. Lagipula kamu cantik, karena kamu menangis wajahmu jadi jelek,” ujar anak laki-laki.

“Benarkah aku cantik?” tanya Lily.

“Oh akhirnya kamu bicara. Itu ... memang kamu cantik,” ujar anak laki-laki sambil tersenyum.

“Tapi kamu jadi jelek karena menangis, oh iya aku punya sesuatu buat kamu,” sahut anak laki-laki itu lagi sambil memberikan suatu barang ke Lily.

“Apa ini?” tanya Lily.

“Itu jepit rambut, tadinya mau aku kasih ke mama aku tapi karena kamu menangis aku kasih ini biar tidak menangis lagi,“ ujar anak laki-laki sambil meletakkan jepit rambut di tangan Lily.

“Terima kasih, aku suka jepit rambutnya. Nama kamu siapa? nama aku Lily," kata Lily.

“Nama aku ...," ujar anak laki-laki.

Tiba-tiba seorang wanita cantik memanggil anak laki-laki itu untuk segera masuk ke dalam mobil. Anak laki-laki itu segera berlari menuju mobil tanpa memberitahukan namanya. Lily menatap punggung anak laki-laki itu yang semakin menjauh. Dirinya sedih karena tidak tahu nama anak laki-laki itu. Semenjak hari itu Lily selalu membawa jepit rambut itu bahkan memakainya. Berharap, Lily bertemu kembali dengan anak laki-laki itu.

“Jadi karena itu kamu masih pakai jepit rambut ini meskipun modelnya sudah jadul,” kata Rachel.

“Jepit rambutnya masih bagus Chel,” sahut Lily.

“Terserah kamu,” ujar Rachel sambil merotasikan kedua bola matanya.

“Sekarang dimana jepinya Chel. Aduh apa iya jatuh dijalan? gimana dong?” kata Lily

“Ya udah mau gimana lagi Li,” kata Rachel.

Tanpa mereka ketahui daritadi ada seorang laki-laki yang mengawasi mereka. Laki-laki itu seperti sedang memegang benda di tangannya dan tersadar akan sesuatu. Kemudian laki-laki itu berjalan dan menghampiri mereka. “Permisi, apa kalian sedang mencari ini?” kata laki-laki itu sambil menunjukkan suatu barang. Ternyata barang yang laki-laki itu pegang adalah jepit rambut yang sedang mereka cari.

“Oh iya benar itu milikku!” seru Lily.

“Kamu kan Dokter yang kemarin menolong teman saya Lily!” seru Rachel.

“Ternyata benar namanya Lily. Akhirnya aku bertemu kembali dengannya,” batin laki-laki itu denga tersenyum tipis.

“Ah iya benar itu aku. Senang bertemu lagi dengan kalian," ujar laki-laki itu.

“Aku tidak menyangka kalau Dokter orang Indonesia. Oh iya kemarin kita belum sempat berkenalan. Nama saya Rachel dan teman saya yang Dokter tolong namanya Lily. Nama Dokter siapa?” tanya Rachel.

“Bara. Albara,” ujar bara dengan tersenyum tipis.

Lily terdiam sambil mengamati Dokter Bara. Wajahnya seperti familiar bagi Lily, tapi gadis itu tidak memiliki teman yang bernama Bara. Apakah sebelumnya Lily pernah bertemu dengan Dokter Bara?. Lily tidak tahu pasti tentang hal itu, namun hatinya berkata jika dirinya pernah bertemu dengan Dokter Bara. "Apakah wajah Dokter itu sama dengan salah satu temannya atau hanya perasaannya saja?" gumam Lily dalam hati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • LILY   BAB 46

    Kedua pasangan itu tampak tergugu setelah mendengarkan perkataan wanita paruh baya itu. Salah tingkah yang kini Bara rasakan. Sedangkan Lily pun juga sama tapi ada hal lain yang mengganggunya. Tentu saja gadis itu mencoba untuk menutupinya. “Apa mama salah bicara?” tanya mama Bara. Bukan tanpa alasan mama Bara bertanya seperti itu, karena kedua pasangan itu langsung diam setelah dirinya bertanya seperti itu. “Bukan seperti itu ma, hanya saja kami belum punya pikiran seperti itu,” jelas Bara. “Ohh begitu .... sudah saatnya kalian memikirkan masa depan, ingat! umur kalian tidak muda lagi, lagipula mama juga ingin cepat-cepat punya cucu,” papar mama Bara. “Astaga, tadi ditanya nikah sekarang cucu! Bisa gila dirinya,” batin Bara. Disisi lain Lily tertawa canggunng melihat anak dan ibu itu. Entahlah dirinya merasa aneh karena mereka membicarakan mengenai masa depan. Lily saja merasa pesimis dengan masa depannya. Andai penyakitnya tidak hadir dalam hidupnya, mungkin ia akan merancang mas

  • LILY   BAB 45

    Sosok perempuan yang baru saja menghampiri meja mereka membuat suasana hening seketika. “Hai,apa kabar kalian?” sapa perempuan itu lagi. Perkataan perempuan itu membuat mereka tersadar kembali. Rayhan menolehkan kepalanya ke arah Dany, seolah meminta penjelasan mengenai perempuan itu. Dany yang ditatap hanya meringis kecil.“Ekhem ... hai juga Kiara!” balas Dany dengan senyum yang terkesan dipaksa. Kiara memandang keduanya dengan tatapan senang, sedangkan salah satu sosok laki-laki di depannya itu sepertinya tidak begitu menyukai keberadaannya. Terlihat jelas tatapan datar yang ditujukan padanya. Padahal dulu hanya tatapan memuja yang sering didapatkannya dari sosok laki-laki itu.Jauh sebelum Kiara mengenal Bara dan Dany, ia mengenal Rayhan lebih dulu. Sosok sahabat yang selalu mendukungnya dan selalu ada disampingnya. Namun, semua itu musnah saat Rayhan menyatakan perasaannya pada Kiara. Tidak ada yang murni dari persahabatan antara perempuan dan laki-laki. Entah salah satu atau ked

  • LILY   BAB 44

    Cahaya matahari sudah mulai nampak yang menandakan hari telah berganti. Seorang perempuan menatap langit-langit kamar dengan mata sayunya. Sejak semalam kedua mata itu belum menutup sama sekali. Entah seperti apa penampilannya sekarang. Ia yakin pasti rupanya sudah seperti zombie.Sambil mendengus kesal, ia menyampirkan selimut yang sejak semalam bertengger manis menutupi kedua kakinya. Kaki kecilnya mulai menginjak lantai yang dingin karena pendingin ruangan yang menyala di kamarnya. Berjalan sampai di depan pintu balkon, ia menyibak gorden yang menutupi pintu balkon yang terbuat dari kaca itu.Terlihat orang sedang berlalu lalang di jalanan. Banyak orang yang sudah melakukan aktivitasnya. Apalagi matahari sudah mulai terik, tandanya para pekerja akan kembali memulai pekerjaan mereka. Begitu juga dengan Lily, dengan semangat yang membara ia memasuki kamar mandi unuk membersihkan diri.Ia meringis melihat penampilannya di cermin. Sangat menyedihkan! Kantung mata yang menghitam, wajah

  • LILY   BAB 43

    Dany berusaha menyadarkan Bara yang sejak tadi termenung memandangi wanita paruh baya yang ada di depan mereka. Dany mengakui jika wanita itu sangat cantik, bahkan masih terlihat muda meskipun usianya sama dengan kedua orang tuanya. Tapi, tetap saja yang dilakukan Bara terlihat memalukan. Apalagi sahabatnya itu sudah punya kekasih.Tunggu! Berbicara mengenai Lily, mengapa wajah wanita paruh baya di depannya terlihat mirip dengan Lily. Dany terus saja memindai wanita di depannya dengan intens. Dirinya seperti melihat Lily dalam versi tua. Tapi, apakah Lily memiliki hubungan dengan klien mereka kali ini?Saat asyik memikirkan itu di kepalanya, suara deheman dari wanita itu menyadarkan mereka berdua. “Apa ada masalah dengan penampilan saya? Sepertinya sejak tadi kalian terus saja memperhatikan saya,” ujar Wanita paruh baya itu. Mereka berdua yang mendengar itu jadi salah tingkah. Betapa memalukannya mereka!“Bukan begitu Bu Liana, hanya saja saat

  • LILY   BAB 42

    Suasana di dalam restoran itu sangat ramai berbeda dengan meja yang ditempati oleh Lily dan Bara. Keheningan tercipta diantara keduanya setelah Kiara yang kebetulan sedang berada di sana ikut makan di meja mereka. Sebenarnya Lily tidak keberatan, meskipun di dalam hatinya ia sedikit tidak rela jika waktu berduanya dengan sang kekasih diganggu. Apalagi yang mengganggu adalah Kiara yang merupakan perempuan masa lalu kekasihnya.Tidak ingin dianggap sebagai kekasih yang agresf dan posesif, ia mencoba untuk acuh dengan keberadaan Kiara. Jujur saja ini bukan sifatnya sama sekali. Entahlah semenjak Bara menjadi kekasihnya sifat itu muncul begitu saja. Ia hanya tidak ingin kehilangan Bara. Tidak bisa dibayangkan hidupnya tanpa Bara, pasti hambar.“Maaf, jika aku menganggu kalian,” ujar Kiara dengan wajah menyesal. Baiklah ia keterlaluan! Lily bisa melihat raut wajah Kiara yang tulus. Seperti benar-benar menyesal karena menganggu waktunya dengan sang kekasih. Hati

  • LILY   BAB 41

    Seorang perempuan sedang berlari tergesa-gesa di koridor rumah saki. Terlihat juga seorang laki-laki yang mengikuti perempuan itu dari belakang. Mereka menghiraukan orang-orang yang menatap dengan aneh. Namun, ada juga yang memaklumi karena pasti ada sesuatu yang membuat mereka berlari seperti itu. Mereka berhenti di ruang UGD, di sana terlihat Bi Asih yang duduk di kursi depan ruangan tersebut.“Bi, bagaimana keadaan ibu?” tanya Lily dengan gusar. Keringat membasahi dahi Lily setelah berlari menuju ke UGD. Bi Asih yang menelepon Lily tadi mengabari jika ibunya terpeleset di kamar mandi. Parahnya kepala ibunya terbentur wastafel sampai berdarah. Hal itu yang membuat Lily khawatir dan takut jika terjadi sesuatu terhadap ibunya.“Ibu sudah ditangani oleh dokter dan bibi disuruh menunggu di sini,” balas Bi Asih.Lily menghembuskan napas dengan lega, setidaknya ibunya sudah ditangani oleh pihak medis. Sekarang ia juga ikut duduk di samping Bi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status