Share

BAB 3

Dia adalah Albara Sabian Wijaya. Laki-laki yang menolong Lily saat dia pingsan di restoran. Sekaligus anak laki-laki yang Lily temui di taman dan memberikannya jepit rambut itu. Lily adalah nama yang tentunya selalu dia ingat. Sosok anak permpuan yang menangis sendirian di taman dan jangan lupakan satu hal bahwa anak perempuan itu sangat cantik. Wajahnya yang bulat, bibirnya kecil dan berwarna pink, serta pipinya yang gembul membuat Bara saat itu menyukai perempuan kecil itu meskipun wajahnya sembab dan matanya memerah karena menangis. Bara tidak menyangka akan bertemu kembali dengannya di sini. Bara bersyukur tidak menolak ajakan papanya untuk bertemu dengan klien di New York.

"Terima kasih sudah menolong saya dan sudah mengembalikan jepit rambut saya," ujar Lily.

"Sama-sama, memang sudah keharusan untuk saling membantu sesama manusia bukan?" balas Bara.

'Iya Dokter benar sekali, oh iya Dokter kerja disini?" tanya Rachel.

"Bukan. Saya ke sini menemani papa saya untuk bertemu klien," jawab Bara.

"Oh maaf saya pikir anda bekerja disini," ujar Rachel sambil men.

"Kalau boleh saya tahu, apakah jepit rambut ini sangat penting untuk Lily?" tanya Bara.

"Iya Dok. Barang ini sangat berharga untuk saya," jawab Lily dengan lugas.

Bara senang jika Lily masih menyimpan barangnya, itu berarti Lily masih mengarapkan untuk bertemu kembali dengannya. Bara rasanya senang memikirkan hal itu. Bara masih enggan untuk memberitahu Lily jika anak laki-laki saat itu adalah dirinya. Biarlah begini dulu, Bara ingin membuat Lily jatuh hati kepadanya. Bara seketika teringat jika kemarin dirinya menolong Lily di restoran. Memikirkan itu membuat Bara merasa sedih karena di hari itu juga Bara mengetahui jika Lily mempunyai penyakit jantung dan membutuhkan donor jantung segera. Bara bertekad untuk berusaha mencari donor jantung untuk Lily dan menyembuhkan pemyakit Lily bagaimanapun caranya. Dia tidak ingin gadisnya tersiksa karena penyakit yang dideritanya. Bolehkah Bara menyebut Lily sebagai gadisnya atau perempuan kecilnya? rasanya Bara ingin egois untuk memiliki Lily seutuhnya dan hanya dirinya yang berhak terhadap Lily. Biarlah Bara seperti itu karena memang Bara akan posesif dan egois jika menyangkut apa yang dirinya miliki. Lily hanya milikinya dan seterusnya akan seperti itu.

"Kalau begitu saya permisi dulu, saya harus segera ke bandara untuk kembali ke Jakarta," ucap Bara.

"Oh iya silahkan Dok," kata Rachel.

"Chel ayo kita balik ke hotel, badan aku rasanya lengket semua. Aku ingin segera mandi," lanjut Lily sambil mangajak Rachel untuk segera beranjak dari taman.

"Oke, yuk kita balik!" seru Rachel.

Keesokan paginya kota New York diselimuti oleh salju. Semua jalanan tertutup salju. Memang mereka disini saat musim dingin dan wajar saja jika pagi hari ini New York turun salju. Kedua sahabat itu masih bergelung di dalam selimut. Cuaca yang dingin mendukung mereka untuk tetap terlelap menyelami mimpi. Lily mengerjapkan matanya pelan dan mengernyitkan dahinya. Lily melihat jam di meja sampingnya kemudian berjalan menuju jendela untuk membuka gorden. Udara di dalam kamar terasa dingin, ternyata di luar sedang turun salju. Lily menengok tempat tidur, dimana sahabatnya yang masih bergelung dengan selimut. Lily mendengus “Pulas sekali Rachel tidurnya. Nanti saja aku bangunkan, lebih baik aku mandi dulu," ujar Lily. Lily kemudian bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Hari ini mereka akan kembali mengunjungi butik Aunty Sera untuk membicarakan persoalan cabang butik di Jakarta. Setelah itu mereka akan menghabiskan waktu berbelanja di Woodbury Common, karena keesokan harinya mereka sudah bersiap untuk kembali ke Jakarta. Meskipun dengan cuaca yang dingin karena kota New York sedang turun salju, mereka masih tetap semangat untuk bergantian memasuki satu persatu toko yang ada di Woodbury Common. Selain itu, mereka juga harus mencari oleh-oleh. Karyawan butik di tempat Rachel dan Lily bekerja meminta oleh-oleh dan mereka sebagai teman yang baik harus menurutinya.

Aunty Sera saat ini sedang mengantarkan Rachel dan Lily ke Bandara John F. Kennedy. Lily sangat senang bisa menghabiskan waktu di New York bersama sahabat dan aunty dari sahabatnya ini. Gadis itu merasa sedih harus kembali ke Jakarta. Lily langsung memeluk erat Aunty Sera dan berkata jika dia akan sangat rindu dengan Aunty Sera. "Aunty juga senang sekali bisa menghabiskan waktu dengan kalian di sini. Aunty pasti akan merindukan kalian. Kalian jaga diri baik-baik ya di sana," kata Aunty Sera. Rachel mendengus mendengarkan percakapan mereka berdua sambil merotasikan matanya.

"Ya ampun kalian ini kenapa drama sekali. Aunty juga minggu depan akan kembali ke Jakarta. Tidak perlu drama seakan kalian tidak akan bertemu selama bertahun-tahun," ujar Rachel.

"Kamu ini Rachel merusak suasana aja," kata Aunty Sera sambil mendengus.

"Oh baiklah, ayo kita harus segera masuk ke pesawat sebentar lagi pesawatnya akan take off," ujar Rachel.

"Oke, bye Aunty sampai bertemu minggu depan!" seru Lily.

"Bye, kalian hati-hati. Jangan lupa hubungi Aunty jika sudah sampai di Jakarta!" seru Aunty Sera.

"Siap Aunty!" ujar mereka berdua.

Perlahan punggung mereka mulai tidak terlihat. Mereka sudah hilang dari pandangan Aunty Sera. Aunty Sera sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama mereka berdua. Ah rasanya sudah rindu saja dengan mereka. Minggu depan dia akan kembali ke Jakarta dan bertemu kembali dengan mereka. Sesampainya di Jakarta mereka kembali ke tempat tinggal masing-masing. Besok harinya mereka akan kembali menjalani aktivitas kembali. Pagi harinya Lily sudah berada di butik untuk kembali bekerja setelah empat hari berlibur di New York bersama Rachel. Sebenarnya Lily lelah dan ingin beristirahat di apartemen tapi banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan. Apartemen, itulah tempat tinggal Lily sekarang. Lily tidak tinggal serumah lagi dengan ibunya semenjak dia bekerja di butik. Lily masuk ke dalam butik dan menyapa Santi salah satu karyawan butik. "Pagi juga Bu Lily," jawab Santi.

Dreett ... Dreett ... Dreett

"Halo," jawab Lily.

"Kamu sudah sampai di Jakarta Li? Kenapa tidak menghubungiku?" ucap seorang laki-laki.

"Maaf, semalam aku langsung tidur setelah sampai apartemen," ucap Lily.

"Bisa kita bertemu hari ini? Aku ingin bertemu denganmu," ujar seorang laki-laki.

"Oke baiklah, nanti makan siang kita bertemu di cafe," kata Lily.

Kringg ... Kringg ...

Bel pintu berbunyi yang menandakan jika ada orang yang masuk ke dalam cafe, orang itu adalah Lily. Lily mengarahkan pandangan ke segala arah untuk mencari seseorang yang akan ditemui. Seseorang itu sedang melihat Lily masuk dan melambaikan tangan supaya Lily menghampirinya. Lily yang melihatnya pun segera menuju ke meja tempat orang itu berada. Seseorang yang tadi pagi meneleponnya dan mengajak bertemu adalah Rayhan. Iya, Rayhan sahabat Lily dan juga Rachel.

“Hai Ray, maaf lama,” ucap Lily.

It’s okay Li,” jawab Rayhan.

“Enak ya habis jalan-jalan sampai sahabatnya yang satu ini dilupakan," sindir  Rayhan.

“Maaf Ray, kamu diajak ikut juga engga mau,” ujar Lily.

“Aku malas harus ikut berlibur. Kalian pasti disana juga kerjaannya cuma belanja," sindir Rayhan.

“Nah itu kamu paham," kata Lily sambil tertawa.

Rayhan mengamati Lily yang sedang tertawa dengan wajah yang serius. Entah kenapa Rayhan sangat menyukai Lily saat tertawa lepas seperti ini. Rayhan tidak tau sampai kapan dia harus memendam rasa ini. Rayhan takut jika dia bilang mengenai perasaannya Lily akan menjauhinya. Lily hanya menganggap Rayhan sebatas sahabat tidak lebih dari itu. Saat ini, Rayhan hanya mampu menyimpan perasaannya dan fokus menemani Lily untuk menyembuhkan penyakitnya. Rayhan berjanji untuk selalu berada disamping Lily sampai kapanpun.

“Keadaan kamu gimana Li? di sana baik-baik saja kan?” tanya Rayhan dengan raut wajah khawatir.

“Ehmm ... aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir Ray,” ujar Lily dengan gugup. “Benarkah?” selidik Rayhan.

Wajah Rayhan berubah serius saat Lily berucap dengan gugup. Rayhan terus saja memandangi dan mengamati mata Lily mencari kebohongan di sana. Rayhan tidak yakin Lily berkata dengan jujur. Firasat laki-laki itu mengatakan jika terjadi sesuatu selama Lily berada di New York. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Lily saat di sana? Rayhan sangat khawatir dengan hal itu. Apakah penyakit gadis itu kambuh lagi? Banyak pertanyaan yang bersarang di kepala Rayhan saat ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status